Selasa, 20 Januari 2015

PRINSIP DASAR MEMBANGUN RELASI DAN MENCARI PASANGAN HIDUP


Pasangan hidup adalah kesatuan suami-istri yang disatukan oleh Allah untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan. Masa berpacaran adalah masa kesiapan untuk menuju ke pernikahan.
Dalam kesatuan suami-istri, ada tatanan agar relasi menjadi indah. Tatanan pernikahan dalam Efesus 5:22-33 bagi pasangan suami istri:
1.      Seorang istri tunduk kepada suami, sebagaimana ia tunduk pada Tuhan (ayat 22)
2.      Suami harus mengasihi istri (ayat 25), sebagaimana Kristus mengasihi Jemaat, agar si istri hidup dalam kekudusan.
3.       Kesatuan suami-istri bersifat eksklusif, khusus, tidak ada pribadi lain yang lebih dekat, tidak ada orang lain yang boleh campur tangan dalam hubungan tersebut, kecuali ada suatu permasalahan. Hubungan terdekat terjadi antara suami dan istri, karena keduanya menjadi satu kesatuan.
Oleh karena itu, kita harus memilih pasangan hidup yang dapat memenuhi tatanan-tatanan tersebut dan  pasangan hidup berlangsung seumur hidup, oleh karena itu harus ada ikatan yang kuat dari pasangan hidup tersebut, bukan ikatan rapuh seperti berdasarkan kecocokan atau perasaan saja. Hal-hal penting yang dibutuhkan untuk membangun relasi:
1.      Kematangan hidup
Seorang yang matang hidupnya adalah orang yang memiliki nilai-nilai hidup yang tepat dan kuat berdasarkan Firman Tuhan. Seseorang yang matang hidupnya juga bisa menanggung ketidakenakan baik dalam hal fisik dan jiwa. Menikah tidak selalu enak, tapi kadang juga ada ketidakenakan yang harus dilalui. Orang yang matang juga adalah orang yang mementingkan orang lain dan bertanggungjawab atas kehidupannya. Hanya dengan kematangan hidup, pria dan wanita dapat membangun pernikahan yang benar, saling mengasihi dan menjadi satu pernikahan yang benar-benar eksklusif.

2.      Terus-menerus mengalami penyembuhan dari luka-luka batin masa lalu
Luka-luka tersebut berasal dari keluarga, hubungan yang baik atau tidakkah dari keluarga. Ada juga luka yang berasal dari teman atau lingkungan kita. Proses pernikahan bukan untuk menyembuhkan luka, tapi sebelum adanya proses pernikahan, luka-luka tersebut harus sudah sembuh.

3.      Orang yang terus bertumbuh secara teratur
Harus taat, mengalami relasi intim dengan Tuhan, sehingga orang tersebut dapat menjadi orang yang matang dan terus berproses dalam menyembuhkan luka-luka masa lalunya.

4.      Orang yang mendengar suara Tuhan
Dalam setiap keputusan yang diambil, harus berdasarkan kehendak Tuhan. Keputusan untuk memilih pasangan hidup terlebih lagi harus berdasarkan kehendak Tuhan, bukan berdasarkan emosi dan perasaan dari diri kita sendiri.

5.      Cinta yang sungguh
Ketertarikan terhadap pasangan secara utuh dan logis. Bukan hanya tertarik kepada fisiknya saja, tapi juga tertarik kepada masa lalu dan segala hal tentang dia. Logisnya, kita juga harus mengetahui mengapa kita dapat tertarik kepada dia. Cinta yang sunguh juga dilakukan untuk membahagiakan dia dan cinta yang sungguh adalah taat kepada kehendak Allah. Hanya dengan cinta sejati, pasangan hidup dapat menompang seluruh permasalahan dalam pernikahan yang ada.

PERTANYAAN dan JAWABAN:
1.      Bagaimana dapat mendengar suara Tuhan?
Bertanyalah pada Tuhan, mengerti dan mendengar suara Tuhan menurut prinsip Firman Tuhan, apakah sesuai atau tidak dengan prinsip Firman Tuhan. Perlu erat dengan persekutuan dalam Tuhan, suara Tuhan yang khusus baik dalam saat teduh ataupun kotbah, suara Roh Kudus dalam hati, dan nasihat dari orang lain.

2.      Bagaimana jika memiliki perasaan yang menggebu?
Perasaan ini bukan perasaan yang tertarik pada orang tersebut, karena cinta itu membebaskan dan memberi yang terbaik pada orang tersebut. Perasaan yang menggebu ini berasal dari luka mungkin, dan perasaan ini adalah perasaan yang egois, dan ketika menikah malah ini adalah ikatan yang rapuh.

3.      Adakah hubungan antara pemilihan pasangan hidup dengan tempramen?
Ada perlu. Tapi tidak hanya tempramen, tapi kepribadian yang perlu diperhatikan karena kepribadian dibentuk dari tempramen dan pengalaman hidup. Sehingga kembali lagi ke atas tadi, apakah kita bisa menerima latar belakang dan luka-luka lama dan seluruh hidupnya yang lama, apakah pasangan hidup tersebut sudah matang, dan sebagiannya.

4.      Bagaimana memperhatikan kematangan hidup?
Dapat diliat dari kerohaniannya juga. Karena kematangan hidup dapat menyelesaikan seluruh masalah dalam pernikahan nantinya.

5.      Bagaimana jika kita menempatkan prioritas karakter rohani sebagai yang utama?
Betul, karena karakter adalah yang dapat mengawetkan pernikahan.

6.      Bagaimana mengelola perasaan rindu? Apakah salah?
Tidak salah, tapi jika perasaan rindu itu dijadikan sebagai dasar yang utama barulah salah. Apakah logis rasa rindu tersebut? Mengelolanya adalah dengan bertanya pada dirinya, apa dasar dari kerinduan tersebut. Menceritakan rindu tersebut kepada rekan/pemimpin rohani juga bisa dilakukan.

7.      Bagaimana jika pacar kita berbeda daerah atau pulau? Bagaimana mengujinya?
Harus ada pertemuan dan benar-benar mengenal satu sama lain. Hati-hati dengan perasaan yang menggebu-gebu, karena perasaan yang demikian dapat meminimalisir logika.

8.      Bagaimana pandangan Firman Tuhan jika ada seseorang yang masa lalunya kelam, tidak mengenal Tuhan, tapi saya punya kerinduan untuk menerima dia dan mendekatkannya pada Tuhan?
Jangan sampai pernikahan digunakan untuk penyembuhan. Sebelum menikah, luka-luka tersebut harus sudah sembuh.

9.      Adakah selisih usia ideal bagi pria dan wanita?
3-4 tahun lebih tua pria. Karena secara psikologi, wanita lebih tua dari pria.

10.  Bagaimana jika dalam pernikahan istri yang menjadi dominan?

Dominan tidak masalah, selama si istri masih tunduk kepada suami

Ringkasan dari Radio Immanuel 

1 komentar: