Minggu, 18 Januari 2015

APAKAH PASANGAN HIDUP ITU?


Pada Kejadian 2:15-25, Allah menciptakan Hawa sebagai penolong yang sepadan bagi Adam. Allah menyatukan pria dan wanita dalam pernikahan, wanita sebagai penolong laki-laki yang sepadan untuk menemani laki-laki mengerjakan pekerjaan yang Tuhan berikan.
Pernikahan dengan tujuan demikian memiliki konsekuensi, yaitu ada kesatuan antara pria dan wanita menjadi 1 daging. Kesatuan tersebut menyebabkan kesatuan yang lain putus, yakni kesatuan dengan orang tuanya. Pria/wanita meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istri/suaminya menjadi satu kesatuan baik dalam social, ekonomi, jiwa, fisik, dan lebih-lebih rohani.
Dengan demikian, pasangan hidup adalah teman untuk hidup untuk melaksanakan panggilan Tuhan, selama seumur hidup. Pasangan hidup tidak bisa dipisahkan oleh manusia, karena sudah dipersatukan oleh Allah dalam pernikahan yang kudus.
1.      Hubungan pria dan wanita yang dikehendaki Allah yang melibatkan kesatuan hanya ada dalam pernikahan. Pasangan hidup adalah suami istri. Pacar bukan pasangan hidup, berpacaran adalah proses persiapan untuk menjadi kesatuan.
2.      Pasangan hidup diikat oleh kehendak Tuhan, bukan oleh kecintaan, bukan oleh kesamaan-kesamaan, dan bukan oleh ketertarikan. Untuk memulai proses tersebut, harus adalah persiapan dan pengetahuan akan kehendak Allah
3.      Ada kesetaraan / kesepadanan antara kesatuan tersebut. Tidak ada yang terpaksa dalam kesatuan tersebut.
4.      Pasangan hidup adalah kesatuan roh, jiwa, yakni penudukan diri terhadap Tuhan. Ada tata nilai yang sama. Ada kesatuan ekonomi dan social, tidak lagi bergantung pada orang tua. Ada kesatuan fisik, yakni seksual. Hubungan pacaran tidak boleh ada kesatuan, karena pacaran adalah persiapan. Jika dilakukan, akan menimbulkan banyak persoalan.
Pertanyaan dan jawaban:
1.      Apakah kita tidak boleh berpacaran?
Pacaran bukan hubungan kesatuan yang dikehendaki Allah. Berpacaran tidak ditemukan dalam Alkitab. Tetapi pacaran dimunculkan untuk persiapan untuk mengarah pada pernikahan. Mereka yang memulai berpacaran adalah mereka yang siap untuk menikah, hanya perlu waktu dan pengenalan yang lebih dalam. Oleh karena itu, pacaran bukan karena rasa senang, bukan putus-nyambung ketika sudah surut.
2.      Bagaimana mengetahui bahwa dia adalah pasangan hidup kita?
Nanti akan dibahas dalam bab selanjutnya. Jawaban secara umum adalah tanya kepada Tuhan, memahami kriteria, yang dasar adalah yang sudah lahir baru dan bertumbuh.
3.      Bagaimana prinsip sederhana tentang pasangan hidup yang harus dijelaskan pada siswa SMP? Apakah rasa cinta/suka tidak bisa dimasukkan dalam kriteria dalam mencari pasangan hidup? Bagaimana menyikapi jika rasa suka itu muncul sedemikian rupa?
Dijelaskan, bahwa pasangan hidup itu adalah saat pernikahan terjadi. Ditanyakan dulu kapan anak SMP itu mau menikah, jika lulus SMP mau menikah, ya disilahkan berpacaran sebagai proses persiapan untuk pernikahan. Apakah bisa mngerti suara Tuhan? Apakah sudah bisa bertanggungjawab?
Jika ada rasa suka itu adalah wajar saat SMP, karena itu adalah tanda-tanda kedewasaan, karena masa puber. Jangan sampai terjadi kesatuan yang terlalu awal. Ditunjukkan bahwa ketertarikan bisa ditunjukkan kepada siapa saja. Oleh karena itu, ketertarikan tidak bisa dipakai untuk menjadi indikator dalam mencari pasangan hidup/pacar pada saat demikian.
Pada saat kita sudah benar-benar siap, salah satu bisa dari rasa tertarik kepada orang yang tepat, tapi juga memperhatikan aspek-aspek kerohanian orang yang disuka tersebut dan itu bisa menjadi pintu masuk untuk bertanya pada Tuhan apakah orang tersebut adalah pasangan hidupnya.
4.      Tidak boleh tertarik secara tiba-tiba. Jika tertarik secara tiba-tiba, selidikilah apa yang membuat Anda tertarik dan mempergumulkan itu dengan Allah. Rasa tertarik itu manusiawi dan harus diuji dengan waktu, mencari data tentang dia yang disuka, apakah memenuhi kriteria-kriteria yang Allah mau tersebut. Menahan diri.
5.      Pasangan hidup, harus setara. Tidak boleh meminta-minta dalam mencari pasangan hidup. Harus melihat apa kata Tuhan dulu. Jangan liat perasaan, perasaan itu bisa membutakan.
6.      Perlu pertobatan bagi mereka yang berpacaran tapi ada kesatuan. Ada banyak hal-hal yang harus diselesaikan.
7.      Kesatuan Roh yang dimaksud adalah penumpangan tangan, disatukan dalam Tuhan, diberkati. Kesatuan Roh ketika Allah menyatukan dalam kesatuan.
8.      Kesungguhan cinta ditunjukkan lewat penundaan kesatuan, sebelum pernikahan. Satu pasangan atau calon pasangan tidak boleh meminta-minta karena tidak berharga. Boleh saling tolong menolong, tapi masih milik sendiri-sendiri. Kesatuan tubuh juga hanya boleh dilakukan saat pernikahan. Tubuh adalah kesucian, bait Roh.
9.      Usia ideal menikah 28 thn untuk pria dan 26 thn untuk wanita. Faktor-faktor lain seperti ekonomi juga harus dipertimbangan untuk kebaikan dan kelangsungan pernikahan.
10.  Melibatkan dalam keluarga satu sama lain, tidak boleh terlalu jauh. Hanya agar keluarga sama-sama mengetahui.


Rasa suka bukanlah pondasi dasar untuk membangun hubungan.

Demikian ringkasan yang saya dapat saat mendengarkan rekaman dari Radio Immanuel dalam suatu program tertentu, yang membahas tentang pasangan hidup. Setidaknya ada 7 sesi dalam pembahasan hal ini. Ini adalah sesi pertama. Untuk sesi-sesi berikutnya, juga akan saya publish di blog ini seiring dengan berjalannya waktu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar