Sabtu, 01 April 2017

VIA DOLOROSA (Mark 8 – 10)


                Kalau kita tahu apa yang ada di depan mata itu baik dan menyenangkan, maka dengan mudah kita akan melangkah dan melakukannya. Sebaliknya, jika kita tahu apa yang ada di depan itu sulit untuk dijalani, maka mungkin kita akan berat hati untuk melangkah, enggan, atau bahkan tidak akan melakukannya. Yesus tau bahwa jalan salib yang ada di depanNya itu susah, penuh penderitaan, bahkan juga akan berujung pada kematian, tapi Ia tetap melangkah dan melakukannya dengan penuh ketaatan. Yesus berkomitmen dalam menaati kehendak Bapa.
                Komitmen berbeda dengan kontribusi. Kontribusi berarti hanya memberikan sesuatu, sebagian saja, untuk mendapatkan hal lain. Misalkan kontribusi dalam kamp/retreat, mungkin kita membayarkan uang, tapi ujungnya uang tersebut juga kembali kepada kita dalam bentuk yang lainnya, entah berupa makanan, akomodasi, dll. Komitmen berarti siap memberikan segalanya, siap kehilangan segala sesuatunya. Yesus berkomitmen taat pada Bapa, Ia menjalani hukuman salib itu, Ia rela kehilangan segala sesuatunya. Tanpa komitmenNya, karya penebusan dosa di atas salib tidak akan terjadi dan kita tidak akan diselamatkan. Mengapa Yesus dapat memiliki komitmen yang sedemikian kuat?
1.       Yesus tau apa yang dipikirkan Bapa
Pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus (Mark 8:31-32) didahului dengan Pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Mesias (Mark 8:27-30). Di pemikiran murid-murid dan orang Yahudi kala itu, Mesias adalah sosok yang akan memerdekaan umat Israel dari jajahan. Mesias adalah raja, yang telah lama mereka nantikan untuk menghapuskan penjajahan yang dialami oleh Israel. Pemikiran mereka tentang Mesias hanya sesempit itu, sehingga pada Mark 8:32b-33, Yesus menegur Petrus dengan keras, sebab ia dan murid-murid lain hanya memikirkan apa yang dipikirkan manusia, bukan pikiran Allah.
Pikiran menentukan fokus kita, berpengaruh dan menentukan segala sesuatunya, termasuk tindakan kita. Pikiran manusia bisa berbeda dengan pikiran Allah, namun seharusnya manusia tunduk kepada apa yang dipikirkan Allah.  Yesus dapat berkomitmen sebegitu kuatnya karena Ia tau apa yang menjadi pikiran Bapa. Untuk mengenal apa yang menjadi pemikiran Allah, ya kita harus mengenal Allah dan dekat padaNya, melalui waktu doa, PA, ibadah, saat teduh, KTB, dll.
Ketika kita tidak tau apa yang menjadi pikiran dan kehedakNya, namun kita tetap bersih-keras melangkah, bisa jadi kita salah komitmen. Hati-hati pula dengan komitmen yang salah. Kadang kita sibuk dengan berbagai pelayanan yang ada, kita sangat berkomitmen terhadap pelayanan, namun kita melupakan Allah. Komitme yang seharusnya pada Allah bergeser kepada komitmen terhadap pelayanan dan aktivitas rohani tanpa makna.
Dengan mengetahui pikiran Allah, dengan tetap berkomitmen pada Allah, maka kita akan kuat dalam menjalani berbagai tantangan di kehidupan, kita akan tetap teguh di dalamNya walaupun apa yang ada di depan itu sulit dan menuntut segalanya.

2.       Yesus fokus dan melihat Tuhan
Mark 8-10 juga mencatat berbagai pelayanan yang dikerjakan oleh Yesus, seperti Yesus menyembuhkan orang buta di Betsaida, Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu, dll. Mark 9:30-32 mencatat pemberitahuan kedua mengenai penderitaan Yesus. Perikop ini dilanjutkan mengenai perdebatan diantara para murid tentang siapa ang terbesar (Mark 9:33-37). Ada salah fokus diantara para murid, mereka tidak lagi fokus pada pelayanan yang sedang dikerjakan, tetapi fokus pada kebesaran, kekuasaan, dan citra diri mereka masing-masing.
                Perikop selanjutnya, Mark 9:38-41 menyatakan bahwa ada orang yang bukan murid, yang mengusir setan dalam nama Yesus. Di sini murid-murid tampak mempermasalahkan hal itu. Mereka menganggap ada yang menyaingi citra dan popularitas mereka sebagai murid Kristus. Namun, Yesus tetap fokus pada pemikiran dan kehendak Bapa dalam setiap pelayanan yang dilakukannya. Ketika Yesus dicobai orang Farisi mengenai perceraian, ketika Yesus memberkati anak-anak (Mark 10), Yesus tetap melihat Tuhan ada dalam setiap pekerjaan pelayanan yang dilakukanNya.  Yesus berkomitmen terhadap itu.
                Dalam kehidupan, seringkali ada orang yang membuat komitmen tapi tidak bisa melihat Tuhan didalamnya. Aktivitas rohani tanpa makna, membuat kita kosong, hanya menemukan kelelahan, tanpa menemukan Tuhan. Dalam kehidupan pernikahan, banyak orang yang sulit melihat Tuhan dalam pasangannya karena pasangannya tidak hidup di dalam Tuhan. Dalam kehidupan keluarga, banyak anak-anak yang susah menemukan kasih Tuhan karena orang tua yang tidak meneladankannya, dan lain-lain.
                Komitmen pelayanan Yesus dapat begitu kuat karena Ia melihat Bapa dalam segala yang dikerjakanNya. Ia melihat Bapa dalam diri orang-orang yang Ia layani. Demikianlah hendaknya kita tetap selalu melihat Bapa dalam apapun yang kita lakukan, dalam komitmen yang sudah kita ambil.

3.       Yesus tidak melupakan kasih dalam komitmen
Mark 10:46-52 mencatat Tuhan Yesus menyembuhkan Bartimeus, seorang yang buta. Bartimeus  meminta dan berseru memohon belas kasih dari Yesus. Ia berteriak sekencang-kencangnya walau banyak orang yang menegur dia. Hingga Yesus memanggilnya, menanyakan apa yang ingin ia kehendaki, Bartimeus ingin supaya ia dapat melihat. Tuhan Yesus mengabulkan keinginannya, Yesus membukakan mata Bartimeus. Membukakan mata di sini tidak hanya berarti secara fisik saja, namun juga secara rohani. Bartimeus mengalami kasih Allah yang nyata, dan kemudian Bartimeus mengikut Yesus dalam perjalananNya.
Seringkali manusia berkomitmen namun melupakan kasih, berkomitmen melakukan berbagai hal tapi justru melupakan hal yang terutama. Komitmen tanpa kasih itu tidak berarti apa-apa. Yesus berkomitmen mengerjakan karya penebusan dosa di atas salib juga karena kasihNya bagi manusia. Kitapun seharusnya demikian, kita telah mengalami kasih Allah itu, harusnya kita menyatakan kasih Allah juga kepada orang lain. Jika mungkin, dari antara kita yang masih buta – belum melihat dan merasakan kasih Allah – harusnya kita berseru, meminta, dan berharap hanya kepada kasihNya.

Komitmen itu fokus pada pemikiran Allah, terus mengerjakan dengan melihat pada Allah.
Komitmen perlu kasih dan rela memberikan segala-galanya.

God bless

CATATAN KOTBAH IBADAH MINGGU
GKI Pregolan Bunder Surabaya
KU I (06.30) - Pnt. Ezra R