Senin, 24 Desember 2012

FIRMAN TUHAN ITU SEDERHANA

Firman Tuhan itu sederhana tapi terkadang yang membuat firman itu menjadi rumit adalah manusia sendiri. Ada dua hal yang membuat manusia bingung yakni tentang kekhawatiran dan Firman Tuhan.
Tuhan tidak berkenan kepada kekhawatiran karena kekhawatiran adalah bentuk ketidakpercayaan kepada-Nya. Tuhan tahu bahwa kita memerlukan segala sesuatunya dan Tuhan pasti mencukupkannya, dan janganlah kita khawatir. Seseorang yang berjalan tanpa visi, jelas hidupnya akan kacau, dan hidupnya hanya dipenuhi oleh pergumulannya sendiri.
Maka carilah dulu kerajaan Allah di dalam dunia ini dengan cara menjaga hidup kita dari hal-hal yang kecil, misalnya saja dalam gaya hidup, cara bekerja, cara belajar, dll. Serta carilah kesetiaan, integritas, sukacita, konstitensi, dll yang dapat memenuhi kebutuhan rohani kita.
Ketika kita tidak mencari kerajaan Allah dan kebenarannya dalam kehidupan kita, maka secara tidak langsung kita akan kompromi dalam banyak hal dalam kehidupan kita, termasuk kompromi dengan  dosa. Allah sama sekali tak pernah kompromi dengan dosa, karena setitikpun dosa yang ada, itu sudah tercemar dan tidak kudus. 
Pertumbuhan itu ada dua, yakni secara kuantitas dan kualitas. 
Jangan pernah perjuangkan visimu dihadapan Tuhan, karena visi Tuhan dalam hidupmu lebih besar, lebih baik, dan lebih sempurna. Artinya, berserahlah hanya pada Tuhan, yakini bahwa Tuhan punya rencana besar atas kehidupanmu. Tinggalkan visi pribadimu yang belum tentu berkenan dihadapan Tuhan. Ingat, Firman Tuhan katakan dalam Amsal, banyaklah rancangan hati manusia, tapi kehendak Allahlah yang terjadi. 
Merry Christmas 
God Bless You









\

Grandfinal Pa-Pi Smagi 2012-2013

Grandfinal Pa-Pi (Putra-Putri) Smagi (SMAN 1 Giri) 2012-2013 ini diadakan pada Hari Sabtu, 15 Desember 2012. Acara dimulai pukul 18.30 hingga selesai pukul 20.30, acara dipandu oleh 2 MC cantik yang merupakan Finalis Putra-Putri Smagi 2011-2012, yaitu Elmin Martin dan Hadiasti Alfisyahrina. Acara ini berlangsung di Aula SMAN 1 Giri Banyuwangi, acara dibuka dengan penampilan gamelan dari kelas XI IPA 4, yang beranggotakan Minan, Airin, Otniel, Doni, Imam, Vega, Isna, Dinda, dan Alfi, penampilan ini memainkan lagu Tanduk Majeng. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan, mulai dari Ketua Panitia, yaitu Ade Apriliansyah, kemudian Wakasek Kesiswaan yakni Bapak D.P.Rimbawanto dan selanjutnya oleh Kepala Sekolah SMAN 1 Giri yakni Bapak Mujiono. Acara dilanjutkan dengan tari jaran goyang oleh Ayang dan Yosi. Setelah itu, Finalis Putra-Putri Smagi 2011-2012 menunjukkan aksi modellingnya. Kali ini, dresscode panitia dan Putra-Putri Smagi 2011-2012 adalah batik seragam dengan motif, warna, dan model yang sama. Kemudian dilanjutkan dengan parade 7 besar Finalis Putra-Putri Smagi 2012-2013 dan kemudian pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh juri. Adapun juri-juri yang ada adalah juri-juri yang dipilih dan sangat berpengalaman dalam bidangnya masing-masing. Dan selesailah acara yang ada hingga diumumkan hasilnya nanti pada saat GPGNSS (Gelar Prabangkara Nuansa Seni Smagi).









Minggu, 16 Desember 2012

MY BOY, MY DOCTOR, MY PRINCE

Seorang duta sekolah seperti dia, sudah selayaknya mendapatkan tempat terhormat, bangku tamu paling depan dengan suguhan berbagai hidangan dan konsumsi yang lebih istimewa dan spesial dibandingkan dengan tamu-tamu lainnya, dibandingkan juga dengan aku. Dia adalah seorang duta sekolah yang menjadi undangan terhormat sekaligus juri dalam acara Classmeeting Modelling ini. Sedangkan aku, aku ada di belakang stage, mempersiapkan acara demi acara, ya, aku panitia. Aku yang mondar-mandir ke sana dan ke mari demi berlangsungnya acara ini dengan baik, tentu saja dengan penampilan yang tak di nomor satukan, dengan keringat dan rasa capek yang bertumpuk. Tapi aku beruntung, aku punya teman-teman yang membantu aku, ya, teman-teman panitia. Tanpa mereka, tanpa aku, acara tidak akan berjalan dengan baik. Tentu saja aku berbeda dengannya, lihat saja, penampilannya sebagai duta sekolah sangat dinomor satukan, walaupun seorang pria, make up juga menjadi hal yang terutama baginya, bukan hanya itu, dari tatanan rambut, kostum, hingga sepatu dan aksesoris, semuanya komplit, tidak ada yang luput atau tertinggal. Dia hanya duduk di bangku terhormat itu dengan memegang pulpen dan menulis nilai peserta classmeeting modelling satu per satu.
Di kehidupan sekolah, walau dia seorang duta sekolah yang meraih berbagai prestasi di bidang non-akademik, kemampuan akademik/intelektualnya tidak bisa menyaingi kemampuanku. Saat ini, kami berada di kelas XI IPA SMA, aku berada di kelas XI IPA 1, kelas terbaik dengan rata-rata kemampuan muridnya diatas rata-rata kelas ipa lainnya. Sedang dia, dia berada di kelas XI IPA 9, yang boleh dikatakan kelas ipa buangan. Hmm, walau begitu, prestasinya juga sangat membanggakan, prestasinya banyak sekali diluar sekolah, tidak seperti aku, aku memang berprestasi, namun hanya di sekolah, bisa dikatakan kalau aku hanya jago kandang saja. Aku adalah seorang siswi dengan ranking 1 paralel di sekolah dan seorang sekertaris OSIS, dengan orang tua yang tidak berpengaruh di sekolah. Sedangkan dia, duta sekolah, duta kota dimana kami tinggal, dan duta musik propinsi, dan orang tuanya adalah ketua yayasan sekolah. Waaw, jelas berbeda, bagai pangeran dan aku hanya gadis dari rakyat jelatanya. Sang pangeran jelas sekali menjadi pujaan, ya, dia selalu jadi pujaan dari setiap siswi sekolah, entah dari kakak kelas, teman seusia, ataupun adik kelas. Coba ditanya, siapakah cowok paling nge-top di sekolah, pasti jawabannya adalah dia. Sebut saja namanya Putra. Putra sungguh jadi idola bagi setiap cewek di sekolah, termasuk juga aku, hanya saja, aku bukan tipe cewek yang mengumbar-umbar rasa sukaku terhadap seseorang seperti yang cewek-cewek lain lakukan.
Sejujurnya, aku dan dia pernah menjadi teman kecil. Dulu, ketika SD, kelas 1 tepatnya, kami bertetangga, di mulai dari keluarganya yang pindah di perumahan tempat keluargaku tinggal. Kami bersekolah di SD swasta yang sama. Masih teringat jelas, saat ayahku meninggal, ibuku harus bekerja menghidupi aku, putrinya seorang, dan oleh karena itu, setiap pagi, setelah sarapan, ibuku menghantarkan aku ke sekolah, kemudian ibuku berangkat bekerja. Ibu menitipkan aku kepada keluarganya, sepulang sekolah, aku dan Putra pulang bersama, tentu saja dengan dijemput orang tuanya. Kadang ibunya, kadang pula ayahnya, atau kadang malah berdua. Aku pernah iri kepadanya, dan pernah aku kemukakan itu dihadapan Putra dan ibunya, aku iri melihat kelengkapan dan kesempurnaan keluarganya. Namun, ibunya menanggapi dengan senyum dan berkata bahwa aku telah dianggap putrinya sendiri, oleh karena itu, aku harus menganggap mereka keluargaku juga. Maklumlah, aku tau, keluarga Putra hanya memiliki seorang anak tunggal saja, yaitu Putra. Mereka tidak mempunyai seorang putri dan ibunya pun tidak bisa mengandung lagi dikarenakan gangguan saat hamil hingga melahirkan Putra sehingga rahimnya harus diangkat.
Aku dan Putra menghabiskan waktu bersama, mulai dari kelas 1 SD hingga kelas 3 SD, kami bermain bersama. Banyak permainan yang kami lakukan, salah satu permainan yang sering kami mainkan adalah dokter dan suster, dia menjadi dokternya dan aku menjadi susternya. Itu semua karena cita-citanya menjadi dokter dan cita-citaku menjadi suster. Dia pernah berkata pula bahwa bila nanti sudah dewasa, kami akan selalu bertemu di rumah sakit setiap hari, itu karena dia akan menjadi dokternya, dan aku yang akan menjadi susternya. Waktu berlalu, hingga saat kelas 3 SD, aku dan ibuku pindah ke kota lain, rumah di perumahan, sebelah rumah Putra, dijual oleh ibuku untuk memenuhi kebutuhan hidup dan khususnya kebutuhan sekolahku yang semakin hari semakin mahal. Hingga aku dan ibuku pindah ke rumah nenek, di kota lain yang cukup jauh dari kota yang Putra beserta keluarganya tinggali.
Aku dan dia terpisah, sang dokter sudah terpisah dengan sang suster, entah berapa lama dan entah sampai kapan terpisahnya.  Waktu demi waktu, kami bertumbuh dewasa satu sama lain, tanpa adanya kabar, tanpa adanya suatu komunikasi. Kami tidak mengerti satu sama lain. Aku menjalani kehidupanku di kota kecil ini, kota tempat nenekku tinggal. Tanpa disadari, waktu cepat berjalan, aku lulus SD dengan nilai yang cukup memuaskan, aku masuk SMP favorit dan ternama di kota kecil itu dengan bebas biaya, nilaiku selama di SMP pun tertinggi, aku selalu mendapat peringkat pertama dan dengan itulah sekolahku gratis sehingga ibuku tak perlu repot-repot membiayai aku. Ibuku menjadi seorang yang memotivasi aku, sangat-sangat memotivasi aku. Sehingga setiap langkah yang aku ambil hanyalah memiliki satu tujuan yakni membahagiakan ibuku. 
Waktu-waktu ini terus berlalu, pikiranku hanya untuk sekolah dan ibu saja, pikiran tentang Putra dan keluarganya hilang sudah termakan oleh waktu. Tanpa terasa pula, sudah UNAS SMP, lagi-lagi dengan doa dan usaha, nilai UNAS ku menjadi nomor satu se-kabupaten dan nomor 2 se-propinsi. Dan hal inilah yang membuat ayah Putra, selaku kepala yayasan dari salah satu SMA di kota massa kecilku, kota tempat tinggal Putra, memberikan beasiswa kepadaku untuk masuk SMA itu, dengan biaya sekolah gratis dan biaya hidup gratis, dengan aku tinggal di asrama sekolah itu. Tentu saja, ibuku tak keberatan, ibuku hanya berpesan bahwa aku harus benar-benar belajar dan memanfaatkan kesempatan beasiswa ini dengan baik. Ibuku juga berjanji, bahwa setiap akhir bulan, ibuku akan mengambil cuti dan mengunjungi aku di asrama.
Mulailah masuk di masa SMA, kelas X-1, kelas unggulan menjadi tempatku kali ini, tentu saja, dengan nilai UNAS yang hampir sempurna itu, pastilah aku dapat masuk kelas unggulan dengan mudah. Di masa awal SMA ini, aku mulai terpikir kembali tentang semua kenangan masa kecilku bersama Putra, aku sudah bertemu ayah Putra, namun aku belum bertemu Putra. Hingga saat setelah raport semester 1 dibagikan, dengan ranking 1 paralel yang ada, rasa bahagia seolah belum lengkap, karena kehadirannya masih belum di depan mata, aku masih menunggu kehadirannya. 
Semester 2 tiba, dengan kabar seorang siswa baru pindahan dari Singapore dengan wajah tampan, tubuh tinggi, dan kulit putih. Sekilas, aku dengar dari teman-temanku, siswa pindahan itu adalah anak kepala yayasan. Langsung terlintas di pikiranku, apakah itu Putra atau bukan. Aku tak tau, siswa baru itu berada di kelas mana dan aku belum pernah menemui atau bertemu dengannya. Maklum saja, sekolahku merupakan sekolah yang sangat besar. Kelas X saja memiliki 15 kelas, dengan 30 siswa di masing-masing kelas. Dan untuk kelas XI dan XII, adalah masing-masing 9 kelas IPA, 3 kelas IPS, dan 3 kelas bahasa. Bisa dibayangkan betapa besarnya dan banyaknya murid di sekolahanku. Hingga tiba suatu pemilihan duta sekolah dengan aku yang menjadi salah satu panitianya, aku mengurus dan menyeleksi semua nama-nama yang layak menjadi duta sekolah dan hasilnya, kutemukan namanya, Putra Setiawan Prayoga dari kelas X-9. 
Hingga saat seleksi awal, saat pengumpulan data, surat kesehatan, dan administrasi lainnya, kami bertemu dan bersapa. Dimulai darinya yang melihat tag-name di seragamku dan bertanya apakah benar aku adalah Ani, suster kecilnya, yang dulu pernah satu SD dengannya. Sambil berpura-pura mengingat, akupun berkata ia, dan dengan jelas aku kembali berkata bahwa ternyata dia adalah Putra, dokter kecilku dulu, yang selalu pulang sekolah bersama denganku. Kami saling menyapa satu sama lain dan saling tersenyum. Senyumnya indah sekali, tampan sekali. 
Hingga pemilihan duta sekolah tiba pada puncaknya, dia terpilih jadi duta sekolah, dan tentu saja semua siswi semakin berdecak kagum kepadanya. Dan semakin jauhlah jarak diantara aku dan Putra, seakan semakin renggang saja, ditambah lagi di bulan yang sama dia terpilih menjadi duta pemuda kota dan duta musik propinsi. Seakan-akan, dokter kecilku telah hilang kembali, dan sang suster kembali sendiri lagi. Sangat jauh, dan aku perlahan hanya ingin melupakan dokter kecilku yang kini menjadi pangeran yang dipuji-puji setiap orang.
Hingga saat penjurusan tiba, aku dengan mudah dan sudah pasti masuk ke jurusan IPA, karena nilai-nilai ipa ku lah yang memang dominan. Dan sempat terdengar di telingaku, Putra lebih dominan di nilai IPS sehingga ia akan dimasukkan ke jurusan IPS, ditambah lagi sebagai duta, pasti kecerdasaan dan kemampuan sosialnya lebih tinggi dan akan lebih berkembang apabila ia masuk ke jurusan IPS. Bila benar, ia masuk jurusan IPS, maka pupus sudah harapan masa kecil dulu, bahwa ia akan menjadi dokter dan nantinya hanya aku sendiri yang akan menjadi suster, dengan dokter lain, yang bukan dirinya. Ternyata, dengan segala usahanya yang ditompang oleh ayahnya pula, Putra berhasil masuk ke jurusan IPA, hanya saja kelas ipa terakhir, yakni kelas XI IPA 9. Sangat jauh denganku yang berada di kelas XI IPA 1. Tapi setidaknya, itu membuatku lega, bahwa masih ada harapan bersama dokter Putra nantinya. 
Namun tetap saja, walau berada di kelas IPA, kesibukkannya menjadi berbagai macam duta mengalahkan materi-materi pelajaran IPAnya, sehingga suatu kali, dia menemuiku atas permintaan orang tuanya pula, ia meminta agar aku menjadi gurunya selama ia ketinggalan mata pelajaran. Tentu saja, rasa sungkan ada di benakku, masakan seorang rakyat jelata sepertiku mengajari sang pangeran sekolah. Tentu saja aku minder, aku merasa kurang percaya diri. Setiap kali ia belajar, pakaiannya selalu seperti orang mau pergi ke mall, sedangkan aku, setiap aku belajar, aku hanya memakai baju seadanya, bahkan daster atau baju tidurpun tak masalah menjadi pakaianku saat belajar. Ditambah lagi, setiap kali serius belajar, kadang hp nya berbunyi dengan berbagai macam pembicaraan, mulai dari acara ulang tahun sekolah, konsep acara ulang tahun kota, sampai festival kebudayaan propinsipun ada dalam teleponnya, tak peduli itu adalah waktu kerja atau tidak. Hal seperti itu tetap berlanjut hingga aku mengundurkan diri, hingga aku tak mau lagi menjadi guru pribadinya. Namun dia tetap bersih keras untuk mau berkomitmen dan belajar bersama denganku, dia memberikanku jaminan bahwa sebentar lagi, satu tahun jabatannya sebagai segala macam duta akan habis, sehingga dia bisa benar-benar berkonsetrasi terhadap materi pembelajaran, ditambah lagi dengan ibu Putra yang meyakinkan aku, akhirnya, aku urungkan niatku, dan aku tetap menjadi guru pribadinya. Waktu demi waktu berlalu, kami tetap belajar bersama, hingga masa baktinya habis sebagai segala macam duta tersebut. 
Kenaikkan kelas menuju kelas XII pun tiba, dia melepaskan segala jabatannya dan di kelas XII ini, dia hanya ingin berkonsentrasi untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi UAN, kebetulan juga, di kelas XII ini, aku dan Putra berkumpul dalam satu kelas yang sama, yakni XII IPA 4, maklumlah, memang di kelas XII tak ada kelas unggulan lagi, semuanya rata, dengan tujuan lulus bersama dalam UAN. 
Sampai suatu kali, kabar burung terdengar, Putra menjalin hubungan dengan Vinda, seorang adik kelas, yang duduk di bangku XI IPS 1, kelas IPS unggulan, disamping itu, Vinda juga merupakan duta putri sekolah, prestasinya pun tak kalah hebatnya dengan Putra, bila Putra pernah menjadi duta pemuda kota, kini Vinda menjadi duta pemudi kota, disamping itu Vinda juga seorang penari tradisional kota yang sangat berbakat dan ia adalah penari nasional. Bukan hanya dibidang non-akademik saja, kabarnya, Vinda juga merupakan ranking paralel 2 untuk kelas XI IPS. Waaw, sang pangeran bertemu dengan sang putri, sungguh cocok. Dan sang gadis jelata tak kan bisa menandingi sang putri yang sempurna itu. Perlahan demi perlahan, sungguh, aku hanya ingin berteman dan bersahabat saja dengan Putra, aku tak mau ada rasa suka di hatiku ini. 
Aku berusaha tidak menyukainya lagi. Perlahan, aku menghindar dari Putra untuk sekedar melupakan rasa sukaku. Perlahan pula, aku memendam keinginan dan cita-citaku untuk menjadi seorang suster, aku ingin alihkan cita-citaku menjadi seorang farmasis. Tapi tetap tak bisa, dari jati diriku, aku hanya ingin menjadi seorang suster saja, walau bukan Putra yang jadi dokternya, aku tetap hanya ingin menjadi seorang suster. 
Di sabtu itu, Putra mengajakku untuk belajar bersama, namun aku menolaknya dengan berbagai macam alasan semampuku. Ibu Putra mengunjungiku ke asrama, mengajakku makan malam. Berjalan bersama ibu Putra pun membuatku tak percaya diri. Ibu Putra mengenakan kemeja anggun dengan rok selutut, dengan tas mewah di tangannya, dengan sepatu hak tinggi dan berbagai macam aksesoris yang membuat beliau semakin lebih menawan, sedangkan aku hanya memakai kaos dengan jaket jamper, dengan bawahan celana jeans, dan sepatu sport d kakiku. Sempat terlintas dalam benakku, memang benar bahwa aku tak pantas menjadi anggota keluarga Putra, atau istri Putra mungkin, sama sekali aku tak pantas. 
Ibu Putra mengajakku ke mall, mengajakku untuk makan malam dan kemudian mengajakku untuk berbelanja. Ibu Putra sempat mengatakan bahwa ia merindukanku, dan memintaku menemaninya belanja, dari pakaian sampai kebutuhan keluarga. Ia juga mengatakan kepadaku agar aku maklum, karena ia tidak mempunyai anak perempuan. Ibu Putra juga menanyakan kabar ibuku. Kebersamaan dengan ibu Putra sungguh membahagiakanku, seolah-olah aku sedang bersama ibuku saat itu. 
Sampai saat tiba di bagian perbelanjaan pakaian, ibu Putra menunjuk sebuah dress batik yang anggun, beliau bertanya bagaimana pendapatku, aku hanya berkata kalau itu manis dan sederhana. Segera, ibu Putra mengambilnya dan menyuruhku mencobanya, dan pas, cocok sekali untukku. Ibu Putra membelikannya untuk aku, aku sempat menolak, tapi beliau bersih keras membelikannya. Hanya kata terimakasih yang ada di mulutku dan di hatiku, aku ucapkan itu sambil memeluknya. Beliau pun juga membeli baju-baju, bukan hanya untuk beliau saja, tetapi juga untuk Putra. Aku bahagia, ketika beliau menuruti dan mendukung saranku saat membelikan kaos dan kemeja untuk Putra.
Setelah itu, sampailah kami berbelanja di supermarket, dari buah-buahan, bahan dapur, beras, sayur-sayuran, semua kami beli dan kami pilih bersama. Nampaknya, ibu Putra sangat cocok dan senang denganku. Aku bersyukur, ada ibu Putra yang mengobati kerinduanku kepada ibuku. Kami belanja bersama, tak terasa sudah hampir 3 jam kami bersama. Mulai dari jam 4 sore, hingga jam 7 malam ini. Ibu Putrapun membujukku untuk menginap di rumahnya semalam saja, karena hari esok adalah hari libur, dan asrama membebaskan setiap murid di waktu akhir minggu. Aku pun hanya berkata ia, mengikuti seluruh perkataan beliau, karena aku tau, beliau sangat berjasa dalam hidupku. Kami menuju rumah kediaman keluarga Putra dengan membawa seluruh belanjaan yang ada.



Aku dan ibu Putra tiba di rumah, rumah itu sangat sepi. Hanya ada ayah Putra yang sedang mandi, sedangkan Putra entah pergi kemana dan belum tiba. Jam dinding menunjukkan pukul 8 malam, namun Putra juga belum datang. Ibu Putra menyuruhku untuk ke kamar tamu, dimana letak kamar tamu itu bersebelahan dengan kamar Putra. Ibu Putra menemanikku menuju ke kamar tamu. Beliau sudah mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pakaian yang akan aku pakai, handuk dan perlengkapan mandi, semuanya telah beliau persiapkan, seakan-akan kedatanganku malam ini sudah terencana.
Setiba di kamar tamu, kami duduk berdua di atas ranjang, kami saling bercerita satu sama lain. Beliau bercerita, bahwa semenjak aku pindah dahulu, rumah menjadi semakin sepi, dan teman bermain Putra hanyalah komputer dan alat elektronik lainnya. Aku pun bercerita segala sesuatunya setelah aku pindah hingga aku bisa kembali lagi ke kota dimana ibu Putra tinggal ini. Aku juga bercerita tentang ibuku, yang membuatku meneteskan air mata dan beliau memelukku, sambil menguatkan aku.
Selanjutnya, malam itupun aku dan ibu Putra tidur di kamar tamu. Aku terlelap sedemikian rupa sehingga aku tak mengerti kedatangan Putra. Esok harinya, pagi benar aku sudah bangun dan mandi, aku membantu ibu Putra menyiapkan sarapan pagi. Tanpa sadar, setelah kejadian semalam, aku semakin menjadi akrab kepada ibu Putra dan aku tak melihat lagi bahwa ada perbedaan diantara kami. Yang aku tau, ibu Putra dan seluruh keluarga Putra adalah baik dan menyukai pribadiku. 
Pagi itu, aku, ibu dan ayah Putra, beserta Putra makan bersama dalam satu meja. Saat itu, aku tak tahu bahwa piring yang aku ambil adalah piring spesial yang khusus hanya untuk Putra. Ibu Putra berkata bahwa piring itu milik Putra, khusus untuk Putra saja, dan menyuruhku memberikannya kepada Putra. Namun justru Putralah yang kembali memberikannya kepadaku dan menyuruhku memakai piring itu. Setelah sarapan, Putra mengajakku untuk belajar bersama di taman belakang, dengan berat hati, aku mengiyakannya. Mau bagaimana lagi, bila menolaknya, aku merasa sungkan kepada kedua orang tua Putra. 
Setiba di taman belakang, hanya aku dan Putra saja di sana. Suasananya sangat cerah, kicauan burung dimana-mana. "Mana buku-bukunya?", tanyaku. Dia hanya diam, kemudian berdiri di tepi kolam ikan. Akupun menghampirinya, dan bertanya apakah mau belajar atau tidak. Segera, jari telunjuknya menutup mulutku seakan-akan menyuruhku berhenti bicara. Kemudian kembali dia yang bertanya, "Selama ini kamu kemana?". Aku bingung dengan pertanyaannya, selama ini aku tidak kemana-mana, aku sekolah dan bukankah kami sekelas dan kami saling bertemu satu sama lain. 
Aku terdiam sejenak, kemudian, aku kembali bertanya, "Beneran, Putra dengan Vinda sekarang?".  Secara tegas Putra menjawab, "Ani, kamu memang gak berubah dari dulu sampai sekarang, kamu tetap aja gak bisa memanggil orang lain dengan kata kamu atau dia, kamu tetap aja memakai namanya. Vinda dan aku hanya sebatas pasangan senior-junior sebagai duta sekolah, kami hanya melakukan kegiatan bersama, namun kami tidak punya hubungan apa-apa. Kenapa? Kamu takut?" 
Secara tegas, aku kembali bertanya sambil menutupi perasaanku, "Takut apa?" 
Dia menarik tanganku, tubuh ini dekat sekali dengan tubuhnya, tangan kirinya memegang tanganku dan tangan kananya berada di pinggangku. Aku kaget, aku hanya terdiam, tidak dapat berkata apa-apa rasanya. Kemudian dia berkata, "Dari dulu sampai kapanpun, jadilah suster yang selalu menemaniku." Wajahnya mendekati wajahku, namun wajahku berpaling darinya. Lalu ia melepaskan tangannya dariku dan masuk ke dalam rumah, kemudian ia kembali lagi dan mengajakku untuk belajar. Aku masih belum paham benar apa yang dia maksudkan lewat kata-katanya tadi. 
Sambil belajar, kami saling bergurau dan bercerita satu sama lain, apa saja kami ceritakan, dari dulu sampai sekarang. Lalu perlahan, kami sama-sama berkhayal, menceritakan masa depan impian kami. Dimulai dari aku, "Kalau Ani, Ani pengen setelah lulus SMA ini, Ani nglenjutin ke akademi keperawatan. Nanti setelah lulus, Ani pengen kerja dengan dokter yang baik, yang nantinya akan jadi suami Ani. Terus, kalau ibu Ani sakit, Ani pengen Ani sendiri yang ngurus ibu Ani. Terus kalau boleh juga, kalau Ani punya rejeki, Ani pengen bangun rumah sakit kecil untuk orang-orang yang membutuhkan. Kalau Putra gimana?" 
Putra meneruskan, "Kalau aku, setelah lulus pengen masuk fakultas kedokteran. Setelah lulus kedokteran umum, aku mau ambil spesialis anak. Terus, selain jadi dokter, aku juga pengen tetep jadi duta budaya dari kota ini. Setelah lulus jadi dokter, aku akan buka klinik anak, yang aku urus bersama kamu. Kamu mau kan An?" 
Aku hanya tersenyum, sambil dalam hati mengaminkan itu semua. 
Dalam hati, aku yakini, kalau sebenarnya Putra juga menyukaiku, trbukti dari kata-kata yang ia ungkapkan, walaupun tersirat, tapi aku tau, Putra pun suka. Mungkin saja, bakatnya sebagai duta itulah yang mendorongnya setiap kali berbicara haruslah sopan , santun , dan tak ada blak-blak an seperti orang awam umumnya.
Hari-hari berlalu, kini bukan lagi siswa atau mahasiswa, kini yang adalah Dokter Putra dan Suster Ani. Kami melewati hari-hari kami berdua di rumah sakit, setiap hari bertemu, kami berangkat dan pulang bersama kadang. 
Dan pangeran itu kini menjadi dokter, dan pangeran itu kini dimiliki oleh seorang gadis jelata yang beruntung itu. Kini, dokter dan suster selalu bersama, tak pernah terpisah. Bulan depan, kami akan menikah, dengan lamaran Putra yang ia sampaikan di rumah sakit. kini, pangeran yang benar-benar mengungkapkan hatinya secara terang-terangan, tanpa tersirat lagi. 
Betapa bahagianya sang gadis jelata yang kini menjadi seorang suster, gadis itu telah memiliki pangeran dan suster itu telah memiliki dokternya. Gadis dan suster itu adalah Ani. Dokter dan Pangeran itu adalah Putra. :) <3



Jumat, 14 Desember 2012

NATAL PERSEKUTUAN SISWA KRISTEN BANYUWANGI



Hari Jumat, 7 Desember 2012 adalah satu even dimana salah satu progam kerja Persekutuan Siswa Kristen Banyuwangi, yakni natal PSKB. PSKB adalah suatu organisasi dibawah naungan Perkantas (Persekutuan Antar Universitas) yang merupakan kumpulan siswa kristen yang bersatu hati dalam pelayanan untuk mengabarkan Firman Tuhan dan untuk memupuk persatuan dan persaudaraan antar siswa kristen. Pada hari jumat, 7 Desember tersebut, siswa-siswi kristen dipertemukan dalam ibadah natal PSKB, yang bertempat di GKT Banyuwangi, dengan Ev.Yafet Wahyudi sebagai pembicara. Acara tersebut dimulai pukul 16.30, dengan 3 orang MC, yakni Lisa dan Riko dari SMAN 1 Giri dan Bisma dari SMPN 1 Banyuwangi. Dengan pemusik Yesicha, Tio, dan Gresika. Acara ini bertemakan "Immanuel, Tuhan Yesus besertaku, tak pernah ditinggalkanku". Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 orang siswa-siswi kristen dari SMA-SMP Banyuwangi. Para petugas pelayanan memakai seragam batik. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu "Hai mari berhimpun" dan dilanjutkan dengan berbagai pujian bagi kemuliaan Tuhan, hingga tiba saatnya Firman Tuhan. Firman Tuhan yang disampaikan mengingatkan setiap kita bahwa sebagai anak Tuhan, sebagai milik Allah, yang sudah ditebus oleh-Nya, Tuhan selalu menyertai kita, dimanapun kita berada, apapun yang kita lakukan dan bagaimanapun situasi dan kondisi hati kita. Tuhan tetap menyertai kita, dan Tuhan tetap menjaga kita. Oleh karena itu, haruslah kita menghargai Tuhan juga, yang ada dalam setiap kehidupan kita, janganlah kita mendukakan Tuhan dengan berbagai hal-hal buruk dan dosa yang kita lakukan, yang kita pikirkan ataupun perkataan yang kita ucapkan. Berikutnya, adalah penyalaan lilin yang diwakili oleh seorang siswa/siswi dari masing-masing sekolah, mulai dari SMPN 1 Banyuwangi, SMPN 2 Banyuwangi, SMPN 3 Banyuwangi, SMPN 1 Giri, SMPN 1 Glagah, SMPK Santo Yusup, SMAN 1 Banyuwangi, SMAN 1 Giri, SMAN 1 Glagah, SMKN 1 Banyuwangi, SMKN 1 Glagah dan SMAK Hikmah Mandala. Penyalaan lilin ini diiringi dengan lagu "Kami perlu Kau Tuhan" dan disambung sekaligus dengan doa syafaat, dimana pokok-pokok doa yang ada adalah Ujian Akhir Semester, keberadaan siswa-siswi kristen, dan juga mendoakan banyuwangi, kota kami tercinta yang sedang marak-maraknya dengan berbagai even menyambut hari jadi kota Banyuwangi. Selanjutnya, adalah persembahan, dan sambutan dari Ketua Panitia Natal, yakni Peter Permana, siswa SMAN 1 Giri. Selanjutnya ibadah di tutup dengan Doa Persembahan dan Doa Penutup oleh Ev. Yafet Wahyudi yang menjadi pengkotbah dalam acara tersebut.






NATAL GKT WILAYAH - se KABUPATEN BANYUWANGI

Hari Rabu, 5 Desember 2012, Gereja Kristus Tuhan (GKT) se wilayah Kabupaten Banyuwangi, yakni wilayah V, mengadakan ibadah gabungan Natal bersama. Adapun GKT wilayah 5, meliputi GKT Banyuwangi, GKT Syalom Jajag, GKT Galilea Muncar, GKT Siloam Rogojampi, dan GKT Genteng. Ibadah Natal Gabungan ini diadakan di GKT Rogojampi, yang dimulai pada pukul 17.00 dan selesai pada pukul 19.00. Liturgis dari ibadah ini adalah Bapak Sugiono, anggota GKT Rogojampi, dibantu dengan 2 orang singer dari GKT Rogojampi, serta musik band, yakni dari gabungan gereja GKT, natal ini bertemakan Natal Yang Luar Biasa, dimana, firman Tuhan disampaikan oleh Ev.Gumulya, selaku penginjil dan dosen Sekolah Tinggi Theologia Alethea (STTA) Malang. Ibadah ini dibuka dengan pujian "Kau Sungguh Indah Tiada Taranya", yang menyatakan bahwa Tuhan sungguh luar biasa, tanpa Tuhan, tidak ada yang terjadi, dan semuanya yang ada hanya karena kasih dan bagi kemuliaan Tuhan saja. Dilanjutkan dengan doa pembukaan dan puji-pujian lainnya, dan drama mengenai persiapan natal di berbagai tempat, hingga tiba di puncak ibadah, yakni penyampaian Firman Tuhan. Firman Tuhan yang disampaikan memiliki inti bahwa dari seluruh persiapan natal yang ada, entah tari-tarian, puji-pujian, ibadah dan perayaan natal, ataupun segala pernak-pernik natal, dan lain-lain adalah harus mengarah dan tertuju hanya kepada Tuhan saja, jangan sampai seluruh kegiatan natal yang ada hanya menjadi ajang kebiasaan, ajang belanja dan bersenang-senang, dan membuat kita melupakan arti dan makna natal yang sebenarnya. Di natal ini, kembali Tuhan mengingatkan, bahwa makna natal adalah memperingati lahirnya Allah menjadi manusia, Allah yang rela turun ke dunia untuk menebus dosa umat-Nya, yang percaya kepadanya. Setelah Firman Tuhan, dilanjutkan dengan acara berikutnya, yakni persembahan dengan pujian "Semua Bagi Tuhan Yesus", selanjutnya dilanjutkan dengan Doa Persembahan dan Doa Syafaat. Setelah persembahan, perayaan lilin dimulai, semua lampu dimatikan, lagu "Seribu Lilin" dinyanyikan bersamaa dengan penyalaan lilin yang dimulai dari lilin besar diatas panggung, yang satu per satu dinyalakan oleh panitia natal, majelis wilayah, dan perwakilan majelis dari tiap-tiap gereja. Kemudian, perlahan-lahan, lilin jemaat menyala, hingga setelah seluruh lilin menyala, Doa dihaturkan. Lilin-lilin itu yang bersinar di tengah kegelapan adalah makna, bahwa sebagai anak Tuhan, kita harus menjadi terang dalam kegelapan ini, saat itu, lilin dan terang itu berkumpul di gereja, di satu tempat, namun setelah ibadah itu, lilin dan terang itu akan menyebar dan tugas kitalah, sebagai anak-Nya, tetap bersinar, tetap menjadi terang dan berkat, bukan malah menjadi batu sandungan. Setelah itu, pengumuman di sampaaikan oleh Ketua majelis Wilayah, yakni Pdt. Misael Ubik, selaku Gembala Sidang di GKT Muncar, dalam pengumuman ini disampaikan pula, bahwa natal wilayah tahun depan akan diselenggarakan di GKT jajag. Selanjutnya, ibadah pun di tutup dengan doxologi, seluruh kemuliaan dikembalikan lagi kepada Tuhan, dan doa penutup sekaligus doa berkat disampaikan oleh Bapak Misael Ubik. Demikianlah rangkaian acara dari natal wilayah GKT se-kabupaten Banyuwangi tahun 2012. Semoga dapat menjadi natal yang luar biasa, sesuai dengan temanya. GBU.



Jumat, 30 November 2012

“HARI TUHAN” (2 Petrus 3 : 1 – 16)

RENUNGAN AGAMA KRISTEN Di hari-hari ini tanda-tanda akhir jaman seperti yang telah dinubuatkan oleh para rasul telah tergenapi, mulai dari manusia yang mencintai dirinya sendiri, mencintai uang, membual, menfitnah, menyombongkan dirinya sendiri, durhaka, tidak tahu berterimakasih, tidak suka berpikir panjang, menuruti segala hawa nafsu, dll (2 Timotius 3 : 1 -4 ; 2 Petrus 3:3). Dan karena tanda-tanda ini mulai tergenapi, maka banyaklah pula nubuat palsu manusia tentang hari dan tanggal di mana hari Tuhan itu akan datang. Salah satunya adalah nubuat dari Suku Maya, yang cukup terkenal, bahwa pada Desember 2012 akan tibalah hari tersebut. Selain suku Maya, banyak pula suku-suku atau orang-orang lain yang menubuatkannya, padahal tidak terjadi. Bahkan, tak jarang, para tokoh gereja pun ada yang menubuatkannya. Dampak dari nubuat yang palsu dan tidak terjadi itu tak tanggung-tanggung, banyak dampak buruk, contohnya saja, di suku Maya, banyak orang yang mati dengan bunuh diri karena takutnya akan kiamat tersebut. Sebagai orang percaya, seharusnya: 1. Jangan percayai nubuat-nubuat palsu tentang kedatangan Tuhan Hari Tuhan akan datang tiba-tiba dan tanpa terduga oleh siapapun ( 2 Petrus 3:10 ; Matius 24:43). Tidak ada satu orang pun yang dapat memastikan kapan terjadinya hari tersebut, hanya Allah saja yang tahu, karena Dialah Alfa dan Omega. 2. Tetaplah berjaga-jaga ( Matius 24:37-44 ; Lukas 21: 34-38) Tuhan sendiri yang menasihatkan pada kita agar tetap berjaga-jaga. Menjaga hati, sikap, perkataan, dan perbuatan kita. Janganlah kita melakukan dosa lagi. Berusahalah agar tetap setia dan nantinya kita kedapatan tidak bernoda dan tak bercela dihadapan-Nya ( 2 Petrus 3:14) 3. Tetap memelihara iman percaya kepada janji kehidupan kekal bersama Tuhan Tuhan telah berjanji pada kita, bahwa Ia akan menyediakan tempat di surga bagi kita, umat yang percaya kepada-Nya ( Yohanes 14:1-3). Kapanpun kita di panggil, asalkan kita benar-benar percaya pada-Nya, kita akan beroleh hidup yang kekal, bersama-Nya dalam Kerajaan Surga. Itu janji Tuhan sendiri yang pasti akan ditepati. Jadi, sekali lagi, jangan pernah kita takut akan kiamat (yang disebut oleh orang awam), karena pada hari itulah, kita, umat percaya, telah dimateraikan oleh Roh Kudus sebagai milik Allah, yang selamat dari penghakiman dan akan berada di kedamaian Kerajaan Surga selamanya bersama dengan Allah Tritunggal. Tuhan Memberkati. GBU. (AiLing)

Minggu, 25 November 2012

DOA SEORANG PELAJAR

Ya Allah Bapa yang ada di dalam Kerajaan Surga, kiranya nama-Mu yang ditinggikan dan di agungkan di seluruh bumi, karena Engkaulah yang menciptakan segala sesuatu di bumi ini. Saat ini kami bersyukur Tuhan, untuk segala kasih dan penyertaan-Mu, hingga kami, pelajar-pelajar ini dapat memperoleh pendidikan dengan layak di sekolah memiliki fasilitas yang berkecukupan, guru-guru yang profesional dan membantu kami untuk belajar menjadi lebih pintar lagi dan menambah ilmu kami. Semoga apa yang kami pelajari kali ini benar-benar bermanfaat yang dapat menjadi berkat, terlebih juga dapat memajukan negara kami tercinta ini lewat karya-karya kami, lewat pendidikan yang kami beroleh, yang benar-benar nantinya dapat membawa Indonesia sebagai negara maju, bukan negara berkembang lagi. Disamping itu ya Tuhan, kami juga berdoa bagi teman-teman seusia kami, yang seharusya juga memperoleh pendidikan sama seperti kami, namun mereka belum bisa bersekolah seperti kami, entah karena dana yang diperlukan yang mereka tidak mampu, atau keberadaan mereka masih di daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas pendidikan, ataupun juga mereka yang dapat bersekolah namun sekolah nya masih dibawah standart, mungkin keberadaan guru dan pengajar yang masih sedikit dan kurang memadai, ataupun gedung dan kelas di sekolah mereka yang sudah tidak layak dipakai, dan layak untuk di renovasi, ataupun mereka yang disana memiliki otak yang dibawah normal, dibawah rata-rata sehingga menyulitkan mereka unntuk menerima pembelajaran seperti kami, Tuhan, semuanya kami mau serahkan dalam-Mu, kiranya ya Tuhan, tetap, nama-Mu saja yang mereka serukan dalam segala kekurangan dan kebutuhan yang tak dapat mereka penuhi dalam pendidikan. Kami yang ada di sini juga ya Tuhan, kami sungguh bersyukur dengan segala macam pemenuhan kebutuhan pendidikan yang ada, bantu kami untuk benar-benar memanfaatkan fasilitas yang ada dalam pendidikan, buku-buku dan sekolah yang boleh kami punya, bantu kami agar kami dapat memanfaatkan segala sesuatunya dengan baik, dengan tidak menyia-nyiakan semuanya itu. kami sadar ya Tuhan, masih banyak rekan-rekan kami di luar sana yang membutuhkan segala kebutuhan pendidikan itu. Ampuni kami ya Tuhan, kalau dalam segala pemenuhan fasilitas yang ada, kami justru tidak memanfaatkannya dengan baik, malahan kami menyalahgunakannya dengan berbagai macam kegiatan yang tidak berkenan dihadapan-Mu. Ampuni kami ya Tuhan, bila masih ada di antara kami yang kami lakukan denga tidak benar, seringkali kami memandang rendah guru atau mata pelajaran, seringkali kami tidak jujur dalam proses pembelajaran, seringkali kami juga melakukan hal-hal lain yang buruk dan melupakan tanggungjawab kami sebagai pelajar. Ampuni kami Tuhan, ampuni kami. Kami berdoa pula bagi guru-guru yang ada, kami bersyukur atas adanya guru-guru yang membimbing kami membantu kami dalam pembelajaran, yang benar-benar pula mendidik kami, yang membagikan ilmunya kepada kami. Berkati mereka, tolong mereka ya Tuhan dalam segala keseharian mereka, bantu mereka benar-benar agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pengajar dengan sebaik-baiknya. Kami berdoa pula, mungkin ada diantara mereka yang sebagai pengajar masih berpenghidupan yang kurang layak, mungkin gaji mereka yang terlalu kecil, mereka yang mengajar dalam keterbatasan yang ada, atau apalah masalah yang lainnya, kami tahu bahwa Tuhan mengerti, bahwa Tuhan juga akan mencukupkan mereka masing-masing. Berkati pemerintah pula ya Tuhan, sebagai salah satu unsur yang membentuk negara ini. Kiranya, pemerintah juga peduli terhadap pendidikan dan mencukupkan segala sesuatu, khususnya dana untuk pendidikan, bukan hanya dana untuk kesenangan pribadi mereka saja. Akhirnya ya Allah, Inilah ya Tuhan, seruan doa kami para pelajar, yang benar-benar kami ingin bahwa pendidikan dapat maju, selangkah demi selangkah dan tujuan negara inipun dapat tercapai nantinya, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Trimakasih Tuhan, di dalam nama-Mu kami sudah berdoa. Kiranya ya Tuhan, Engkau yang mencukupkan segala sesuatunya, dan kami percaya, bahwa Engkau pula yang akan menyatakan rencana-Mu yang indah bagi kami semua, para pelajar dan seluruh dunia ini, khususnya Indonesia. Amin.

PERKENALAN SINGKAT

Minggu sore itu, sekitar pukul 3, kami bertemu, di sebuah warung bakso depan kampus BIFA (Bali International Flight Academy), di Blimbingsari tepatnya, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. Hal pertama yang membuat kedua bola mata kami masing-masing saling bertatapan adalah aku melihat kalung Salib yang terpakai di lehernya dan dia melihat aku memakai kaos yang bertuliskan Jesus Christ, dan itulah mulai dari pandangan kami satu sama lain. Ketika itu, dia bertanya : "Maaf dek, kristen ya? mau tanya, gereja di dekat sini ada? Maklum, saya baru masuk ke kampus ini, dan tidak mengerti yang namanya daerah dekat sini." Jawabku :"kalau di dekat sini gak ada kak, kan soalnya sini daerah desa, adanya di Rogojampi." Balas tanyanya: "Rogojampi yang dari bandara itu lurus terus mengikuti jalan itu kan dek?" Jawabku: "Ia kak, terus setelah itu di pertigaan Kantor Pos, belok ke kanan, ikuti aja, ntar ada gereja di sebelah kiri jalan, itu juga gereja tempat aku beribadah, kalau ibadah paginya setiap pukul 06.30, kalau ibadah sorenya jam 6." Dia berkata kembali:"Wah, sayang ya, kalau tau gitu, tadi kan bisa ibadah pagi. Ya sudah, nanti aja ibadah sore. jam 6 kan? Masih ada waktu 3 jam buat siap-siap. Oh ia, nama adek siapa? kelas berapa? rumahnya di sini jugakah?". Jawabku:" namaku Levi kak, kelas 2 SMA, enggak kok, rumahku di Rogojampi, di sini cuma habis jalan-jalan dari pantai terus mampir makan deh di warung bakso ini." Katanya: "o, nama kakak, Petra, asalnya dari Solo sih, cuma sekolah di Bali, di BIFA, terus setelah 1 semester, dipindahkan kampus ke sini, sekalian untuk praktek juga." "jadi, kakak calon pilot ya?", kataku. Jawabnya dengan senyum lebar dan dengan tampang meyakinkan, "Ia donk, pastinya. Orang sekolahnya di akademi penerbangan, masak kan mau jadi tukang ojek dek? hahaha.." Setelah itu, kami berpisah, dia kembali ke kampusnya, dimana di kampusnya ada asrama yang ia tinggali, dan aku pulang ke rumah. Itulah, awal kami berkenalan. Sore harinya, aku pergi ke gereja, aku duduk di bangku nomor 4 dari belakang, jam dinding menunjukkan masih pukul enam kurang 10 menit, alunan piano mengiringi waktu saat teduh sebelum ibadah dimulai. Di situlah aku berdiam diri, berdoa, mempersiapkan hati untuk mengikuti ibadah. Sampai tepat jam 6, petugas liturgis masuk ke mimbar bersama pendeta yang akan menyampaikan khotbah. Semua jemaat berdiri, melantunkan lagu bagi kemuliaan nama Tuhan, "Sbab kau besar, perbuatan-Mu ajaib, tiada seperti Engkau, tiada seperti Engkau..................". Tiba-tiba, duduklah seorang lelaki muda di sebelahku, di bangku yang satu deret dengan aku, tinggi, putih, berkalungkan Salib, memakai kemeja kotak-kotak yang warnanya sama denganku. Sama-sama warna merah, hanya saja saat itu aku memakai dress polos. Dia segera duduk dan berdoa, kemudian berdiri dan menyanyi, mengikuti jalannya ibadah. Dia sempat menyapa aku, aku pun menyapanya dengan senyum pula. Saat itu, ketika warta jemaat disampaikan, adakah yang baru pertama kali hadir dan mengikuti ibadah ditempat ini, Kak Petra berdiri, memperkenalkan dirinya, "Nama saya Petra Setiawan, saya mahasiswa di BIFA-kampus Blimbingsari, asal dari Solo, mungkin tinggal sementara disini sampai saya menyelesaikan praktek disini, sekitar 1,5 tahun." Setelah ibadah selesai, kami berdua bercakap-cakap sembari keluar dari ruang ibadah. Kami perlahan menuju ke sepeda motor kami masing-masing, dimana sepeda motor kamipun bersebelahan. Tiba-tiba, "plok", ada putih-putih menetes di bahu Kak Petra, waw, sambutan pertama dari burung-burung yang tibggal di tiang listrik depan gereja, kotoran burung. Refleknya, "waw, kotoran. ada tissu?". Segera kuberikan tisu yang ada di dalam tasku, tidak cukup itu, dia pergi ke toilet untuk membersihkan kotoran itu dari bahunya, dan meninggalkan alkitabnya di sepedaku. Aku menunggunya di depan dengan tertawa, sebenarnya, aku ingin pulang, hanya saja, tanggungjawabku, karena ia membiarkan kunci motornya tetap ada di motornya, tanpa membawa kunci motor itu. Lantas, aku harus menunggunya sambil memastikan sepeda motornya tetap aman. Jam menunjukkan, pukul 8 malam, kami pulang bersama namun dengan persimpangan yang berbeda nantinya, pertigaan kantor pos, ia menuju ke kiri, sedangkan aku masih terus tanpa belok. Kami berpisah lagi. Waa, tidak terasa dan tanpa sadar, bahwa alkitab yang ia taruh di sepedaku, tetap aku bawa. Sampai rumah aku baru sadar, ternyata itu alkitabnya. Minggu kemudian lagi, aku kira kami bisa bertemu lagi di gereja, ternyata tak ada. Dirinya tidak ada di gereja, mungkin dia ke ibadah pagi, dan aku di ibadah sore. Aku mulai gelisah, mengapa aku tak bertemu kembali dengannya. Minggu berikutnya lagi, aku coba datang ke ibadah pagi, dan tak ku temui dirinya, apa mungkin dia dapatnya pada ibadah sore, akhirnya aku coba datang saat ibadah sore, ternyata diapun tidak nampak. Apa yang salah? 2 minggu sudah alkitabnya bersama-sama dengan alkitabku di dalam tas gereja ini, di dalam kamarku, setiap hari ketika aku saat teduh, alkitabku selalu ada di sebelah alkitabnya. Hingga berikutnya, minggu ketiga setelah aku tak bertemu dengannya, aku tetap ke gereja, saat ibadah pagi. Ibadah sorenya aku tidak datang, karena aku ada acara keluarga. Dan sekitar jam 8 malam, saat itu, biasanya, waktu-waktu setelah selesai ibadah sore. Hpku berbunyi, dan ada sms dari nomor tak dikenal dengan isi: "Malam, tolong cepat ke kantor pos, bawa alkitabnya juga." Segeralah, aku pergi ke kantor pos, karena yang ada di pikiranku, itulah sms darinya. Setibanya di kantor pos, ada seorang laki-laki yang menyapaku dan menanyakan alkitab Petra, aku berikan dan dia adalah teman dari Petra, sama-sama satu asrama di BIFA, aku bertanya pula di mana Petranya namun ia tak menjawab. Dia hanya berkata bahwa ia hanya mengambil alkitab Petra yang tertinggal dan Petra titip salam untukku. Aku juga bertanya, darimana ia dapat nomorku, ternyata juga dari Hamba Tuhan di gereja. Ya sudahlah, mungkin perkenalanku dengan Petra hanya sebatas ini saja, dan pikirku, bahwa Petra mungkin sudah memiliki orang lain yang lebih dari aku, sehingga aku tidak terlihat olehnya. Inilah perkenalan yang singkat antara aku dan dia, hanya sebatas itu saja, padahal bila boleh jujur, aku ingin lebih dari ini, aku ingin mengenalnya lebih dalam lagi. Tapi, hanya ini akhirnya, perkenalan singkat dengan pertemuan yang indah, di Rumah Tuhan.

PRIORITAS

Hari ini capek sekali, walaupun hari minggu yang merupakan hari libur, tapi tetap saja, rasanya tiada hari libur bagi siswi SMA seperti aku, yang aktif dalam berbagai ekskul dan organisasi. Di tambah lagi dengan keberadaan diriku di kelas unggulan, itu semakin membuat jadwalku semakin padat dan waktu istirahatku pendek. Sehari ini, diadakan olimpiade matematika tingkat SMP oleh sekolahku dan pada kesempatan itu pulalah, kelasku sebagai kelas 11 IPA unggulan, diminta untuk menjadi pengawas ruangan. Dengan jumlah peserta olimpiade matematika yang mencapai 600 orang, tentulah 32 orang siswa di kelasku tidak cukup untuk menjaga jumlah sebanyak itu, akhirnya bersama rekan-rekan lain dari anggota KPMP (Kelompok Penggemar Mata Pelajaran) Matematika juga diminta menjadi pengawas sama seperti kelasku. Setelah menjadi pengawas kelas, setelah berakhirnya babak penyisihan, diadakanlah segala demo ekskul sambil menunggu hasil dari babak penyisihan. Semua ekskul yang aku ikuti ternyata mengeluarkan seluruh penampilannya, dari teater yang aku ikuti, kami menampilkan sebuah drama yang berakhir dengan flash-mob. Setelah teater, aku langsung tampil dengan ekskul paduan suaraaku, saat itu lagu yang dinyanyikan adalah Umbul-Umbul Belambangan dan Banyuwangi Jaya, sebagai wujud cinta kami pada kota tercinta. Selanjutnya adalah ekskul dari PMR dan PA(Pecinta Alam), kali ini dapatlah aku sejenak bernafas dan beristirahat, karena dua ekskul ini tidak aku ikuti, namun tetap, aku harus mempersiapkan diri untuk ekskulku berikutnya, yakni band. Sambil beristirahat, aku memegang bass dan check-sound. Setelah itu, tampillah bandku, aku memainkan bass. memang sih, aku seorang cewek, ibuku tidak terlalu suka bila aku memainkan alat musik seperti bass atau gitar, yang ibuku mau, aku memainkan piano/keyboard, memang sih aku bisa, namun hanya sebatas bisa, tidak mahir. Akhirnya, tampillah bandku, band ku ini merupakan salah satu band yang cukup berbakat di sekolah, bisa dikatakan, band ku adalah tim inti band sekolah. Saat itu, band ku membawakan lagu Terlalu Lama dari Vierra yang di lanjutkan dengan lagu Kisah Kasih di Sekolah. Setelah itu, tampilah Choral Speaking dari kelasku, karena kelasku, sebagai kelas unggulan, wajib menampilkan itu. Setelah choral, mulai terasalah sudah, letihku seakan-akan sudah ada di ujung, namun aku harus tetap semangat, aku harus cepat berganti pakaian, karena setelah adanya demo ekskul jurnalistik ini, akan dilanjutkan dengan ekskul modelling, salah satu ekskul yang aku ikuti pula, cepatlah aku berganti pakaian, pakaian necisku saat tampil band, berubahlah kini menjadi seorang cewe yang anggun, yang memakai dress batik berwarna pink, rambut yang tadinya terikat rapi saat tampil band, kini berubah menjadi rambut yang terurai dengan indah, sepatu yang tadi adalah sepatu sport, kini berubah menjadi higheels, yang siap berlenggak-lenggok di atas catwalk. Ya, tampilah kemudian, ekskul modelling. Tidak hanya itu saja, kemudian juga, setelah modelling ini, ada ekskul dance, untunglah, aku juga tidak mengikutinya, sehingga, aku dapat kembali duduk, minum segelas air, dan istirahat pastinya. Dan tak lupa, untuk kali ini, yang terakhir, aku adalah ekskul karate, tidak aku ikuti sih, namun setelah itu taekwondo, yang aku ikuti dan aku sudah berada pada tingkat sabuk biru untuk taekwondo ini. Aku bersiap-siap, setelah karate, tampillah taekwondo. Saat itu, aku berkesempatan untuk memecahkan genteng dengan kepalaku, dan tentu saja, itu sangat mudah bagiku. 3 genteng bertumpuk, dapat aku pecahkan sekaligus dengan satu kali pukulan dengan kepalaku. Dan aku juga berkesempatan untuk menendang apel yang ditancapkan pada sebuah pedang. O o, kali ini aksiku gagal, karena capekku sudah di ujung, energiku sudah benar-benar habis, saat aku melompat untuk menendang apel tersebut, bukan apelnya yang jatuh, melainkan aku yang pingsan karena terlalu lelah. Anggota PMR segera menolongku, membawaku ke UKS. Pingsanku cukup lama, sekitar 45 menit, sehingga membuat seluruh kawan-kawan merasa kuatir atas keadaanku. Setelah aku sadar, aku segera kembali ke rumah untuk beristirahat, dan malam ini, aku ingat, bahwa besok, ulangan biologi menantiku, sepulang sekolah esok, Rapat OSIS menungguku, dan jam 3, bimbingan OSN Kimiapun menungguku, di tambah lagi jam 6 sore, aku harus pergi ke gereja untuk rapat persiapan natal. ooooo, no no,, capekku seakan bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Selanjutnya, aku merefleksikan segala sesuatunya. Yang aku lakukan di hari ini, aku menjadi pengawas ruang olimpiade, selanjutnya aku tampil teater, paduan suara, band, choral, modelling dan taekwondo yang semua berujung pada pingsannya aku. Mungkin yang aku lakukan lebih dari porsiku, melebihi kekuatan, stamina, atau energiku, sehingga beginilah jadinya. Dan mungkin juga, ekskul yang aku ikuti terlalu banyak, walau sih, dari sekolah hanya menganjurkan maksimal dua, tapi tetap saja, aku mengikuti hingga 5 ekskul, yang ditambah lagi dengan KPMP Kimia, KPMP Bahasa Inggris, dan KPMP Matematika. Di tambah pula dengan organisasi-organisasi lainnya. Waaaw, memang terlalu banyak bagi orang awam, dan banyak orang yang mungkin bertanya-tanya bagaimana caraku unTuk mengatur waktuku. Dan jawabnya adlah aku dapat mengatur waktuku sedemikian rupa dan aku dapat tetap mengikuti seluruh ekskul itu, dan tentunya, prestasi akademikku juga baik, aku tetap memperoleh beasiswa karena aku mendapatkan ranking paralel. Aku cukup bersyukur di balik itu semua, hanya saja, semuanya berakibat bahwa waktu istirahatku yang berkurang, yang mungkin lebih singkat daripada murid-murid lainnya. Malam ini, aku coba buat prioritas, mana yang harus aku tetap ikuti, mana yang harus aku tinggalkan diantara ekskul-ekskul tersebut. Yang aku minati, yang aku punyai bakat, yang aku dapat berprestasi di dalamnya, itulah ekskul yanng akan aku tetap ikuti. Susah untuk meninggalkan ekskul-ekskul yang aku ikuti ini, tapi ini yang harus aku lakukan, aku harus pilih mana yang benar-benar aku dapat bertumbuh dan berkembang dlam ekskul itu, bukan soal gengsi atau takut dimusuhi kawan, tapi ini hanya soal prioritas. Apa gunanya aku ikut seluruh ekskul jika aku hanya jadi sakit dan lelah. Apa artinya aku ikut seluruh ekskul, dimana dalam ekskul itu aku tidak berkembang. Jam dinding menunjukkan pukul 10.10, dan aku putuskan, aku akan tetap ada dalam ekskul band, karena jiwaku ada di sana, dan untuk KPMP aku tetap ada di Kimia, karena itulah hal yang membuatku merasa paling nyaman. Selain itu, ekskul dan KPMP yang lain mulai aku tinggalkan. Sekali lagi, ini hanya soal prioritas dan hanya soal bakat dan cita-cita. Aku hanya ingin jadi seorang musikus dengan semua alat musik, khususnya gitar dan bass dan aku juga ingin menjadi seorang apoteker yang menyenangkan orang tuaku. Maka dari itulah, aku hanya pilih, aku prioritaskan pada band dan KPMP Kimia.

Selasa, 20 November 2012

RUMAH BELAJAR

Waktu demi waktu berganti, tak terasa saat ini sudah bertambah umurku di dunia, aku semakin tua, semakin dewasa. Kini 18 tahun sudah, dengan hadiah doa dan pengharapan dari keluarga, kawan, ataupun pacar. Tidak lagi seperti dulu, dikala usia masih sebiji jagung, ulang tahun hanyalah sebagai ajang pesta kado dan makan makanan serta minum minuman yang enak dan lezat. Saat ini 18 tahun sudah umurku, di semester awal aku memasuki Fakultas MIPA ini, Universitas Udayana Bali. Memang, bersyukur kalau hingga umur 18 tahun ini aku masih diberi kesempatan ada di dunia, walaupun sih, seiring bertambahnya waktu dan umur di dunia ini, semakin dekat pula aku dengan waktu kepulangan kembali kepada Yang Kuasa. Hmmm, hari itu, setelah perayaan ultah di rumahku, di Banyuwangi, aku kembali ke Bali dan keeseokan harinya melanjutkan kuliahku kembali. Harapanku, aku bisa meraih gelar S1 Fisika ini hanya selama 3,5 tahun mungkin. Memang sih, aku salah satu mahasiswi di atas rata-rata daripada yang lain. Setiap pagi hari, aku berdoa, agar apa yang aku pelajari di kuliahku cepat selesai dan tentunya aku memahaminya, karena aku hanya ingin cepat-cepat membuka sebuah lembaga belajar. Dimana, lembaga belajar tersebut diperuntukkan bagi siswa-siswi SMA yang mungkin kurang mampu dalam menyerap pelajaran di sekolah dan juga bagi para anak-anak yang putus sekolah. Aku selalu berharap agar apa yang aku kerjakan nantinya dapat bermanfaat bagi orang lain, atau setidak-tidaknya, aku jadi salah satu orang yang berjuang bagi kemajuan bangsa ini, khususnya lewat peranku dalam bidang pendidikan. Di masa kuliah ini, aku ditemani oleh penjaga hatiku, sebut saja Rendi. Dia adalah mahasiswa tingkat 2 di fakultasku, hanya saja, dia mengambil S1 Matematika. Masa ospek MOS, adalah awal kami bertemu, dimana dia menjadi senior dan aku menjadi juniornya. Banyak sekali kesamaan diantara kami, mulai dari sama-sama anak tunggal, kemudian asal yang sama yaitu dari Banyuwangi, hanya saja kami dulu berbeda SMA, dan kami baru dipertemukan saat kuliah ini. Bukan hanya itu saja, membuka lembaga/rumah belajar juga sama-sama menjadi impian kami. Waktu itu, 2 bulan setelah kami jadian, kami sama-sama memikirkan rumah belajar tersebut, dimana Rendi yang akan jadi tentor matematikanya, dan aku yang akan jadi tentor fisikanya. Indah sekali rasanya, hari-hari kami akan selalu kami jalani bersama di rumah belajar itu. Suatu kali, ketika hubungan kami berjalan hampir satu tahun, ketika aku digembirakan dengan IP-ku yang totalnya 4,0. Bersama itu pula aku disedihkan olehnya, karena dia akan pindah ke ITS, di fakultas yang berbeda, yakni Teknik Informatika, yang sangat bertolak-belakang dengan matematika, jurusan yang diambilnya sebelumnya. Dia hanya berjanji, bahwa aku dan dia harus tetap saling menjaga yang namanya cinta di hati masing-masing ini. Hmmm, perlahan rasa sedih ini hilang pula. Namun masih ada 1 hal yang seakan-akan patah, yakni impian kami berdua untuk membuat rumah belajar, kini yang ada hanya aku, sang tentor fisika, tentor matematikanya sudah tiada, karena berpindah ke jurusan informatika. Semester demi semester berlalu hingga aku lulus, dan akulah yang membuka rumah belajar itu sendiri, tanpa Rendi. Untuk sementara ini, karena tentornya hanya aku, maka rumah belajar itu hanya khusus fisika saja, matematika mungkin aku bisa, hanya saja matematika dasar, matematika untk SD atau SMP mungkin. Hubunganku dengan Rendi masih berlanjut, kami masih bertemu satu sama lain dalam even-even tertentu, seperti ulang tahunnya, atau ulang tahunku, ataupun saat natal dan tahun baru tiba. Kami sering bertemu dan berbicara satu sama lain, seperti janji kami, yakni selalu menjaga hati satu sama lain. Setahun kemudian, Rendipun lulus dari fakultas Teknik Informatikanya, ia langsung ditarik oleh sebuah perusahaan telekomunikasi yang cukup ternama di Indonesia dan tanpa sengaja, ia langsung di tempatkan di kantor cabang di kota yang sama dengan rumah belajar fisikaku. Setiap pagi hingga sore, ia bekerja di kantor cabang perusahaan tersebut dan setelah itu dia beristirahat sejenak, kemudian membantuku untuk menjadi tentor matematika bagi siswa SMA yang belajar di rumah belajarku. Impian kami yang dulu mulai pupus dan pudar, sekarang ternyata menjadi suatu kenyataan yang benar-benar indah, kami bersama, di rumah belajar ini. Kami saling membantu sama lain dan tentunya, cinta kasih kami semakin tumbuh pula di rumah belajar ini.

Senin, 19 November 2012

TERHADAP WAKTU

Aku hanya seorang gadis berusia 16 tahun, kelas 2 IPA SMA, yang beruntung dengan masuk di kelas unggulan dari salah satu sekolah top di kotaku. Ayahku hanya seorang petani di pinggiran kotaku dan ibuku hanya seorang karyawati di sebuah apotek di kotaku. Aku adalah anak tunggal, dimana aku harus kesepian saat pulang sekolah, saat ayahku masih di sawah dan ibuku masih bekerja, tanpa kakak, tanpa adik. Itulah yang membuat aku jadi sedikit lebih diam dibanding dengan teman-teman sekelasku lainnya. Mungkin bila dipikir, ada atau tanpaku di dalam kelas, dalam suasana belajar, itu sama saja. Kecuali dalam pelajaran olahraga, aku merupakan salah satu gadis tangguh di kelas dalam bidang olahraga apa saja. Dalam futsal, aku pernah menjadi kapten tim kelas saat ada perlombaan futsal antar kelas, begitu pula dengan basket ataupun voli, semuanya bergantung kepadaku. Pernah juga saat classmeeting renang, aku dinobatkan menjadi ratu renang SMA-ku, dan raja renangnya adalah dia, seorang anak lelaki kelas IPS unggulan, pinter sih, atlet juga, kurang lebih sama denganku, hanya saja aku tidak pernah mengikuti turnamen hingga kelas internasional sepertinya, ya, aku harap, sebentar lagi aku bisa menyusul, bukan hanya sampai propinsi seperti yang aku alami kini, namun juga hingga internasional sepertinya. Namun, semangatku itu patah, rapuh hingga kini, yang bermula dari classmetting renang yang membuatku mengalami kelelahan yang tidak seperti biasanya, kelelahan ini sangat-sangat luar biasa lelahnya, sehingga aku sempat pingsan didalam kolam dan beruntunglah, sang raja renang membawaku ke tepian dan karena kondisiku belum sadar pula, dibawanyalah aku ke rumah sakit. Selidik demi selidik, ternyata jantungku mengalami kelainan, kelainan yang sangat langka, apa itu namanya, aku tak tahu, karena terlalu susah untuk disebutkan dan bila pun itu tersebutkan, hanya air mata yang keluar setelah itu. Disamping itu pula, akibat pingsan didalam air, paru-paruku basah, kemasukan air, yang mengharuskanku dirawat di rumah sakit. Entah berapa banyak biaya yang harus ditanggung orang tuaku yang notabene kurang mampu. Dan yang aku tau, seluruh perkumpulan atlet kotaku pun mendukung aku dan pengobatanku, baik melalui dana ataupun doa. Di samping itu pula, rasa hati ini mulai pupus, seakan-akan hanya waktu yang menentukan, kapan aku harus pergi. Pembersihan paru-paru dari air yang masuk, sudah selesai. Tinggal kelainan jantung ini, entah dapat disembuhkan atau tidak. Sekarang, aku tidak lagi seperti dulu, aku tidak bisa jadi kapten dari tim olahraga kelasku, karena aku harus beristirahat, sedikit lebih diam dalam olahraga. Ketika teman-teman tim ku melawan tim lain, aku hanya duduk diam, sambil berdoa, dan kadang berteriak menyemangati. Aku sangat menghargai waktu, sedikit demi sedikit, kadangpun aku hanya diam meratapi detik-detik jam dinding yang terus berputar entah kapan berhentinya, aku tak tahu. Suatu kali, di sore yang cerah, saat olahraga kelasku adalah praktek renang yang kebetulan digabung dengan kelas sang raja renang, aku ingin kembali berenang, walaupun hanya sekedar berendam, tapi dia mencegahku, dia tidak memperbolehkan aku turun ke dalam kolam renang, karena ia takut, kejadian yang lalu itu terulang kembali. Air mataku menetes, seakan tak dapat menahan lagi, dia hanya berkata: "Semangatlah, masih ada jalan lain!". Setelah itu, aku semakin semangat menjalani hari-hari disekolahku, aku lebih belajar tekun dalam mata pelajaran ipa, khususnya kimia. Kimia seakan menjadi pengganti dari olahraga. Akupun semakin menghargai waktu-waktuku bersama teman-teman di sekolah, khususnya dia yang sudah memotivasiku, juga waktu dengan orang tuaku. Kini, setelah orang tuaku mengerti bahwa jantungku kelainan, orang tua ku semakin memperhatikanku, kini aku berangkat dan pulang dengan ojek dari ayah atau ibuku kadang, setiap aku pulang sekolah, selalu ada salah satu orang tua yang di rumah, dan sebagainya. Aku cukup bahagia di waktu-waktu akhirku ini mungkin, yang benar-benar aku hargai. Terhadap waktu, apa yang bisa aku lakukan? Sekalipun, aku takkan bisa menghentikan waktu. Hanya waktu yang bisa menghentikanku, kapan itu? Aku tak tahu. Yang aku tahu hanyalah, waktu-waktu inilah yang menyenangkanku di sisa hidupku dengan kesakitan ini.

ANGEL VS DEVIL

Suatu kali malaikat dan iblis membuat sebuah perlombaan, dimana dalam perlobaan itu, malaikat dan iblis diharuskan menawarkan permintaan kepada manusia. Tujuannya adalah membuat manusia senang dan bahagia. Dimulai dari iblis, tentu saja iblis punya berbagai cara yang licik untuk memenangkan perlombaan tersebut, dari awal iblis memikirkan bagaimana kesenangan manusia tersebut dapat membawa manusia itu menuju neraka pula, menjadi teman dari iblis itu.Iblis menawarkan 3 permintaan kepada manusia, sedangkan malaikat hanya menawarkan 1 permintaan saja kepada manusia. Manusia pertama ini memilih iblis, karena manusia tersebut berpikir bahwa semakin banyak permintaan yang ditawarkan, maka semakin menguntungkan pula buat dirinya. Manusia yang memilih iblis ini adalah manusia yang hidupnya cukup berkelimpahan, ia adalah seorang pejabat pemerintah dengan posisi yang cukup tinggi di organisasi pemerintah tersebut. Pada permintaan pertama, ia meminta sebuah kenaikan jabatan kepada iblis, dan tentu saja, dikabulkan oleh iblis. Dia memperoleh kenaikan jabatan. Permintaan kedua, pejabat ini meminta agar punya sebuah toko perhiasan sebagai sampingan bisnis untuk dirinya dan keluarganya, iblis mengabulkannya pula. Pada hari tertentu, adalah hari anak nasional, dimana saat itu Pak Pejabat sedang menghadiri acara bakti sosial kepada anak Yatim Piatu di sebuah panti asuhan. Pak Pejabat meminta permintaannya yang ketiga kepada iblis, iblis mulai khawatir, bagaimana bila Pak Pejabat itu meminta sesuatu untuk kebaikan. Waa, hati iblis mulai takut dan gentar. Dan senanglah hati iblis, ketika yang diminta Pak Pejabat pada permintaannya yang ketiga adalah sebuah kehormatan, ya kehormatan, dimana Pak Pejabat dapat disegani oleh seluruh anak panti tersebut dan orang-orang lainnya. Banggalah hati iblis dan ia meninggikan dirinya dihadapan malaikat, katanya: " Hai malaikat, lihatlah, pejabat itu sudah aku senangkan dengan berbagai permintaannya yang aku kabulkan. " Malaikat hanya diam, dan tiba giliran malaikat beraksi, malaikat dipilih oleh seorang anak panti yang yatim piatu dan memiliki cacat fisik, dimana tubuhnya kurang sempurna, ia hanya punya tubuh setinggi 1 meter, tanpa tangan. Ia melakukan segala sesuatunya, mulai makan, mandi, berpakaian, menulis, dan lain-lain, hanya menggunakan kakinya, tanpa tangan. Dengan haru, malaikat bertanya, "Hai anak penuh belas kasihan, sebutkan permintaanmu, satu permintaan saja." Dengan senyum lebar, anak itu menjawab, "Aku ingin semua anak panti yang cacat seperti aku bisa membawa terang dan berkat bagi semua orang dengan cara apapun yang memuliakan Tuhan." Tuhan mendengar kata-kata dan iman dari anak cacat tersebut dan Tuhan mengabulkannya. Akhirnya Malaikat memenangkan perlombaan itu, malaikat ada dalam kemuliaan bersama Tuhan, sedangkan iblis ada dalam api neraka bersama Pejabat dan seluruh orang yang berdosa, yang mementingkan diri sendiri tanpa mau peduli terhadap sesamanya.

Sabtu, 27 Oktober 2012

RENUNGAN KRISTEN : SIMPLE/SEDERHANA

Simple, dalam bahasa Indonesia berarti sederhana. Sederhana, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna “cukup, pertengahan, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, tidak menuntut karena menerima semua apa adanya.” Sederhana selalu berkaitan dengan sesuatu yang baik, tidak muluk-muluk, rendah hati, dsb. Dalam Kisah Para Rasul 2 : 41 - 47, tentang kesederhanaan cara hidup jemaat pertama, yang dapat kita teladani. Cara hidup jemaat yang pertama antara lain: • Bertekun dalam pengajaran dan persekutuan (ay.42) • Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (ay.42) • Mengadakan mujizat dan tanda atas karunia dan kuasa Allah (ay.43) • Mereka bersatu, milik mereka adalah milik bersama, mereka berbagi kepunyaan mereka dengan sesama sesuai kebutuhan masing-masing (Ay.44-45) Kesederhanaan jemaat yang pertama dapat terlihat dari bacaan tersebut, khususnya pada ayat 44-45, mereka berbagi satu sama lain sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Berarti, mereka tidak berlebihan dan tidak kekurangan, mereka berkecukupan. Dalam Doa Bapa Kami pun, kita diajarkan untuk sederhana, untuk hidup secukupnya, dalam Matius 6:11 dicatat: Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Orang yang sederhana memiliki banyak manfaat, antara lain: • Bahagia, karena mensyukuri semua yang diberikan oleh Tuhan dan dekat dengan Tuhan, dan merasakan penyertaan Tuhan yang luar biasa itu. • Tenang dan damai, karena tidak pernah iri atas apa yang terjadi pada orang lain dan tidak pernah menuntut segala sesuatu. Yang ada hanya mensyukuri apa yang terjadi dan mengerti akan apa yang terjadi. Dan tentunya semua karena Tuhan, bukan karena diri sendiri, sehingga tak perlu untuk memegahkan diri. Jadi, apa buruknya jadi orang yang sederhana? Apa jeleknya? Sederhana adalah sesuatu yang baik. Then, cobalah untuk menjadi orang sederhana. Memang susah di awalnya, tapi cobalah belajar dan minta penyertaan Tuhan, pasti bisa pada nantinya. Semoga jadi berkat, thanks. Tuhan Memberkati. GBU.  (by: AiLing)

Kamis, 18 Oktober 2012

DON'T SAY IT

Lelaplah kita bersama di dalam waktu, mungkin saja perlahan hati kita menyatu. Tapi bukan seperti itu yang ku mau, hanya saja ingin kita bersama selalu. Bukan bersama dengan ikatan cinta, hanya bersama dalam bahagia, dari kasih dan persahabatan semata saja, bukan cinta. Memang jalani waktu tanpamu itu tak mudah, kesepian maupun duka akan menghampiri. Tapi jalani hari denganmu begitu indah, hanya ada bahagia, hilang sudah rasa sepi. Namun jangan pernah, meminta lebih, karena ini aku, aku yang memang aku. Jangan paksakan kehendakmu, ikutilah hari dan waktu. Biarkan semua mengalir tanpa hambatan, tanpa paksaan, tanpa hal-hal yang buat kita jauh. Jangan pernah katakan cinta, bila hanya perkataanmu semata. Jangan katakan kata, biar hati yang bicara, sebagai sahabat, sebagai teman, sebagai saudara dalam dunia. Kita tak akan pernah bisa satu dalam cinta, karena pada faktanya, kita sangatlah berbeda, ingatlah Firman Allah berkata bahwa cintailah orang yang sepadan. Ingat.. ingat.. jadi, jangan pernah katakan cinta. Ini semua hanya karena waktu, karena waktu yang buat kita takkan menjauh saat ini. Namun bila nantinya, sungai itu akan bercabang. Kau akan mengalir, ke kiri. Dan aku akan ikuti arus tersebut ke kanan. Dan pada akhirnya, kita akan berpisah, cinta takkan pernah satu. Nantinya kita akan bersama di lautan luas, di mana sungai bermuara, kita akan kembali satu sebagai kawan yang selalu bersama dengan kasih saja, tanpa cinta.

CELATHU

What is celathu? Maybe for Banyuwangi people, itu sudah banyak didengar dan dimengerti. Namun, bagi sebagian orang, khususnya orang luar Banyuwangi, itupun jarang sekali didengar, bahkan mungkin tidak dimengerti. Arti pendek dari "celathu" adalah omelan atau ocehan. Celathu sendiri merupakan bahasa using, yakni bahasa tradisional dari daerah Banyuwangi, khususnya daerah Kemiren hingga Licin. Celathu sering digunakan untuk memarahi orang, mengungkapkan kekesalan, atau apapun yang sejenisnya. Mungkin bagi mayoritas orang, celathu merupakan suatu kejelekan, karena di identikkan dengan marah-marah. Namun, dengan celathu ini juga lah, yang akan menumbuhkan dan melestarikan bahasa using khususnya, dari penggunaan kata dalam bahasa using, dan sampai logat using. Dalam era globalisasi ini, seringkali generasi muda hanya menggunakan bahasa-bahasa gaul, dan meninggalkan bahasa tradisional dari daerahnya sendiri, contohnya saja, kebanyakan siswa-siswi banyuwangi, lebih banyak menyebut lo-gue, daripada menyebut "isun-riko", dll. Dari contoh sederhana seperti itu, membuktikan, bahwa budaya lokal seringkali ditinggalkan. Waw, gak kebayang rasanya, kalau bahasa Using diklaim oleh negara lain, misal diklaim oleh negara Amerika Serikat. Yang di Indonesia, bilangnya pakai "I and You, shit, etc". Yang di Amerika pakai "isun, siro, riko, neng kene, nagud", hahahaha :D Back to celathu and using, rasanya patut deh, masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Banyuwangi, benar-benar bisa dan lancar dalam berbahasa Using, sebagai ajang pelestarian budaya. Sedikit menyinggung tentang Bahasa Using, bahasa Using sendiri merupakan bahasa turunan/ sub-language dari bahasa Jawa. Waaa, masih ada hubungannya lohh... Ya, maybe that's my opinion about Celathu in Using. Then,, semoga bermanfaat dan juga tetap cinta budaya Indonesia yaaa :D (GBU)

LOVE OUR CULTURES

Globalisasi semakin merajalela di dunia, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi, tidak ada memiliki dampak positif, melainkan memiliki dampak negatif pula. Akhir-akhir ini, jarang sekali ditemukan generasi muda yang benar-benar cinta, melestarikan, bahkan mau mengakui kebudayaan daerahnya sendiri. Yang ada, hanya budaya barat, Korea, Jepang, dll, yang malah justru menarik perhatian generasi muda Indonesia. Yang patut disayangkan adalah ketika budaya tradisional Indonesia diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, malah justru seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi mudanya yang berapi-api marah terhadap negara lain yang meng-klaim tersebut.Padahal, justru negara lain berbaik hati untuk merawat budaya yang diambil tersebut, karena di negara asalnya, budaya tersebut tidak dirawat, tidak diakui, bahkan tidak disentuh sekalipun oleh generasi muda. Hal inilah yang mungkin tidak terpikirkan oleh sebagian besar orang. Namun, yang pasti, apabila tidak ingin, budaya Indonesia direbut lagi oleh negara lain, patutlah kita semua menjaga budaya-budaya tersebut, khususnya bagi kita, generasi muda Indonesia. Kalau generasi mudanya saja tidak mau tahu tentang budaya tradisional, mungkin 50 tahun lagi pun, budaya Indonesia akan habis karena dipatenkan oleh negara lain. So, that's why, we must more really care to our traditional cultur. So, from the start, from now, begin to love our cultur, maybe from the songs, the dance, the traditional grammar, and etc. Semoga, tidak ada lagi budaya Indonesia yang dipatenkan oleh negara lain. Cukup sudah yang lalu, namun yang saat ini sampai seterusnya, try to love our cultur, supaya lestari dan jadi satu hal yang membuat negara ini sedikit, walau perlahan, untuk maju.

Sabtu, 13 Oktober 2012

CHORAL SPEAKING CIA

Setiap tahun, dalam rangka menyambut Dies Natalis SMA Negeri 1 Giri dan GPGNSS, OSIS SMAN 1 Giri mengadakan berbagai perlombaan antar kelas. Salah satunya adalah choral speaking. Choral speaking merupakan perlombaan per tim, dimana satu tim terdiri dari satu kelas, yang membawakan serangkaian cerita seperti obade, dalam bahasa inggris, di sertai dengan mimik, ekspresi, gerakan tubuh, dan improvisasi yang meningkatkan kreatifitas masing-masing tim. Pada perlombaan tahun ini, CIA (nama kelas 11 IPA 4), membaawakan choral speaking dengan tema "The Game". Tema ini dipilih karena di anggap memiliki pesan moral, yakni bahwa kekalahan dalam suatu permainan,bukanlah segalanya, karena masih banyak kesempatan lainnya. Seperti dipaparkan dalam penampilannya: "SO, LOSE IS NOT THE END OF THE WORLD. THERE ARE STILL SO MANY ANOTHER CHANCES". Disamping itu, tema ini juga menunjukkan ciri khas dari choral speaking, yaitu cheers, atau ceria. Perlombaan / Classmeeting choral ini dinilai oleh 3 orang juri, yakni Bu Laila Kartikasari, Bu Rita Dolarina, dan Bapak Ashadi. Kelas XI IPA 4, menggunakan kostum dengan bawahan celana training hitam, dan atasan warna-warni seperti warna pelangi, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kostum ini dipilih sesuai tema choralnya, yakni game. dan warna-warni dari kostum tersebut, semakin menampakkan bahwa keceriaan dari mereka sendiri yang menjadi salah satu ciri khas choral speaking.