Kamis, 31 Desember 2015

Analisis Aspek Sosial Serta Model Konseling Pada Lansia

1.      Pengertian Lansia
Pengertian lanjut usia (lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih hidup. Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan Setiabudhi,1999;8).
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
- Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki lansia
- Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
- Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Usia tua atau sering disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang berbeda untuk individu yang berbeda (Papalia, 2001). Memasuki usia lanjut biasanya dudahului oleh penyakit kronis, kemungkinan untuk ditinggalkan pasangan, pemeberhentian aktivitas atau kerja dan tantangan untuk mengalihkan energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga, pekerjaan dan hubungan intim (Wolman, 1982).

1.      Lansia Dipandang Melalui Aspek Sosial, Biologi dan Ekonomi
Secara sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

2.      Kebutuhan Lansia
Lansia memiliki banyak kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi :
(1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, dan fasilitas fasilitas kesehatan.
(2) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan  hobby dan sebagainya.

3.      Aspek Hubungan Sosial pada Lansia
Menurut Lilian Troll, menemukan bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan keluarganya mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stress dibanding lansia yang hubunganny jauh. Terdapat tiga aspek hubungan sosial tersebut antara lain : 
a.      Friendship
Laura Carstensen menyimpulkan bahwa orang cenderung mencari teman dekat dibandingkan dengan teman baru ketika mereka semakin tua. Penelitian ini membuktikan bahwa lansia perempuan yang tidak memiliki teman baik kurang puas akan hidupnya dibanding yang mempunyai teman baik.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga, dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh, tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur, gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri sendiri(Wijayanti,2008).
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
Pada akhirnya ditemukan korelasi antara kemunduran fisik yang dialamai seorang lansia akan berpengaruh terhadap hubungan pertemanannya. Menurunnya koordinasi tubuh, gangguan fungsi kognitif dan psikomotorik akhirnya akan membentuk perilaku menutup diri dan enggan berhubungan dengan orang lain terutama orang baru.
b.      Social Support
Menurut penelitian, dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengatasi masalahnya secara efektif. Dukungan sosial juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada lansia. Dukungan sosial berhubungan dengan pengurangan gejala penyakit dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan perawatan kesehatan. Toni Antonucci, menyimpulkan bahwa interaksi sosial dengan orang yang menyediakan dukungan sosial memberikan pandangan yang lebih positif mengenai dirinya kepada orang-orang tua tersebut.
Dukungan sosial juga memengaruhi kesehatan mental dari para orang tua tersebut. para orang tua yang mengalami depresi memiliki jaringan sosial yang kecil, mengalami masalah dalam berinteraksi dengan anggota dalam jaringan sosial yang mereka miliki, dan sering mengalami pengalaman kehilangan dalam hidup mereka. Pernyataan ini didukung oleh penelitian dari Mishra, Bagga, Nalini, Chadha & Kanwar (dalam Mishra,2004), yang menemukan bahwa lansia yang tinggal di suatu institusi menderita kesepian dan merasa tidak puas karena terpisah dari keluarga dan komunitas yang lebih luas. Mereka juga menemukan bahwa lansia yang tinggal dalam suatu institusi merasa lebih kesepian daripada yang tidak tinggal dalam suatu institusi yang diakibatkan juga karena kurangnya dukungan sosial yang mereka terima.
Dukungan sosial sendiri mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain, atau kelompok kepada individu (Sarafino,2006). Untuk memperoleh dukungan sosial tersebut para lansia perlu berinteraksi dengan orang lain seperti kontak sosial. Dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai pihak, tetapi dukungan sosial yang amat bermakna dalam kaitannya dengan masalah kesepian adalah dukungan sosial yang  bersumber dari mereka yang memiliki kedekatan emosional, seperti anggota keluarga dan kerabat dekat (Gunarsa,2004). Biasanya dukungan sosial ini tidak didapatkan dari kelurga terdekat misalkan dari anak-anaknya dikarenakan kesibukan dari anak-anaknya, maka sebagian lansia akan membentuk komunitas atau perkumpulan sebagai manifestasi dukungan sosial yang mereka butuhkan.
c.       Integrasi Sosial
Integrasi sosial memainkan peranan yang sangat penting pada kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan lansia. Sebuah studi menemukan bahwa dengan menjadi bagian dari jaringan sosial, hal ini akan berdampak pada lamanya masa hidup terutama pada laki-laki.
Integrasi sosial merupakan evaluasi terhadap kualitas hubungan seseorang dengan masyarakat dan dengan komunitasnya. Integrasi merupakan suatu tingkatan ketika seseorang merasa bahwa dirinya memiliki kesamaan dengan orang lain pada kenyataannya, dan ia memang merupakan milik komunitas dan masyarakatnya. Diindikasikan oleh perasaan menjadi bagian dari lingkungan sekitar, serta berpikir bahwa ia memiliki, merasa didukung dan berbagi kebersamaan dengan lingkungan sekitar (Indriana,2011).
Pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut atau 60 tahun ke atas, akan mengalami berbagai perubahan sosial. Meskipun kehidupan sosial menurun, tetapi akan mengalami pergantian. Aktivitas yang menurun berhubungan dengan menurunnya kemampuan fisik, dapat diganti aktivitas baru yang tidak tergantung pada energi fisik. Hilangnya peran-peran sosial dapat diganti dengan peran-peran yang baru. Demikian juga partisipasi sosial yang menurun dapat diganti dengan meningkatnya partisipasi dalam bidang yang berbeda, seperti peningkatan partisipasi sosial dalam bidang keagamaan.

4.      Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan Lansia
a.       Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi, stress, paranoia, dan gangguan lain dengan cara :
1.      Melakukan komunikasi dengan keluarga, teman maupun tetangga sekitar
2.      Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya untuk mengisi waktu luang
3.      Berkumpul bersama teman-teman semasa sekolah/ kerja dan membuat teman baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah pindah
Adapun bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang lanjut usia adalah:
1.      Memberikan kenyamanan dengan suasana keluarga yang bahagia dan harmonis
2.      Memberikan semangat dalam diri lansia untuk tetap produkiv dalam hidupnya
3.      Memberikan semangat dalam hal spiritual untuk mengurangi perasaan takut atau khawatir dalam diri lansia

5.      Rancangan Konseling Bagi Lansia
Berdasarkan pada penurunan kemampuan cognitive dan fisik serta keadaan sosial dari lansia maka rancangan konseling bagi lansia haruslah sesuai dengan keadaan tersebut agar konseling dapat mencapai tujuan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :
-          Konseling dimulai dengan pemberian dukungan sosial berupa motivasi, perhatian dan kasih sayang sehingga lansia merasa lebih diperhatikan dan dihargai
-          Konseling dapat dilakukan dengan cara ikut serta dalam kegiatan yang digemari oleh lansia seperti dilakukan dalam komunitas atau perkumpulan yang diikuti lansia
-          Saran yang diberikan hendaknya sesuai dengan fungsi cognitive dari lansia. Saran yang diberikan haruslah singkat dan diberikan satu per satu.
-          Konseling dapat melibatkan orang-orang terdekat dari lansia tersebut seperti keluarga atau pengasuh


DAFTAR PUSTAKA

            Adriani,Merryana & Wirjatmadi,Bambang. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
            Indriana,dkk. 2011. Religiositas, Keberadaan Pasangan dan Kesejahteraan Sosial (Social Well Being) pada Lansia Binaan PMI Cabang Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip Vol.10.no:2
            Marini,Liza & Hayati,Sari. 2012. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kesepian pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Jurnal
            Wijayanti. 2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia terhadap Kondisi Sosial Lansia. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman. Vol.7.no: 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar