Kamis, 25 Juli 2013

UNTUK YANG KUTUNGGU DI SANA

     Penantian bukan sesuatu yang indah ataupun yang menyenangkan, karena penantianmu tidak 100% akan membuahkan hasil yang baik. Kadang pula, penantianmu justru akan membuatmu patah semangat dan berujung pada patah hati, ketika penantianmu tidak terbalas, tidak membuahkan hasil yang manis, hasil yang tidak sesuai dengan harapanmu, dengan apa yang kamu nantikan saat itu.
     Sudah hampir 3 tahun lamanya, aku menduduki bangku kuliah. Jarak antara Kota Surabaya dan Kota Bandung tidaklah dekat, namun sangatlah jauh, butuh menempuh jarak yang berpuluh-puluh kilometer dan melewati satu provinsi yaitu Jawa Tengah. Surabaya adalah ibukota Jawa Timur dan Bandung adalah ibukota Jawa Barat. Terpisah jarak jauh antara kami berdua.
     Teringat cerita masa SMA yang lalu, ketika kami berdua bersekolah di salah satu SMA Negeri ternama di kota asal kami, Denpasar. Terkenal namanya, yang merupakan salah satu siswa yang suka bergonta-ganti pacar. Tampan memang, namun playboy. Apalah artinya jika tampan namun memainkan kaum hawa. Kami berdua berteman, namun tidak dekat, kami hanya bersama ketika ada acara keagamaan dan saat ekstrakulikuler teater saja. Namun, dari kebersamaanku dengannya yang singkat itu, muncullah rasa yang berbeda pada diriku kepadanya.
     Di satu sisi, ketika duduk di bangku kelas XI SMA, iya, aku mengakui pada diriku sendiri, bahwa aku menyukainya. Namun di sisi yang berbeda, aku juga meyakinkan diriku, bahwa dirinya bukanlah orang yang tepat untukku, karena sikapnya yang berganti-ganti pacar. Cukup tahu diri pulalah diriku, bahwa dibandingkan dengan mantan-mantan pacarnya, aku tidak cukup cantik. Namun, aku cukup pandai daripada mereka.
     Naik ke kelas XII, kami ditempatkan dalam satu kelas yang sama, di kelas XII IPA 2, dengan nomor absen yang berurutan pula, absen urutan nomor 5 dan 6, yang menyebabkan kami sering bersama, baik dalam kelompok piket, kelompok kerja laboraturium, dan kami duduk bersama berjejer setiap kali kami masuk ke laboraturium bahasa, multimedia, dan komputer. Sampai ketika jam pelajaran BP/BK tiba, tercetuslah sebuah ungkapan dari mulutnya, bahwa dia telah duduk di bangku kelas XII dan sebentar lagi ujian kelulusan, sehingga sebuah komitmen muncul darinya bahwa dia akan serius belajar dan meraih cita-cita, melupakan yang namanya urusan pacaran terlebih dulu.
     Sampai ujian kelulusan tiba dan selesai dilaksanakan, benar, dia memegang teguh komitmen dan ucapannya. Dia tidak pacaran, dia serius belajar guna meraih cita-citanya masuk ke jalur undangan SMNPTN sebuah perguruan tinggi negeri yang terkenal akan fakultas kesehatannya di Indonesia. Pengumuman kelulusan tiba, nilai totalnya cukup jauh di bawah nilai totalku. Nilai totalku 56,50 sedangkan nilainya 48,00. Secara rata-rata pun, nilaiku masih diatas 9, sedangkan dia tepat 8.
     Pengumuman SNMPTN tiba, dengan rasa syukur dan gembira aku mendapatkan pengumuman tersebut, aku di terima di sebuah universitas ternama di Bandung. Berbeda dengan dia, yang belum lolos di SNMPTN, dia mencoba SBMPTN, jalur ujian tulis, dan ternyata dia diterima di Surabaya, di fakultas kesehatannya. Sebelum kami berpencar dan berpisah, kelas kami, XII IPA 2 mengadakan perpisahan, perpisahan dilaksanakan di sebuah cafe restoran ternama di kota asal kami.
     Pada acara perpisahan itulah, kami mendapatkan kesempatan untuk menjadi MC, kami berdua menjadi pemandu acara perpisahan tersebut dari awal sampai selesainya. Dengan dresscode batik, pakaian kami serasi, ditambah dengan tinggi badan kami yang tidak terlalu berbeda jauh, kami menjadi makin serasi dalam acara tersebut. Hingga di ujung acara, aku dengannya berduet membawakan sebuah lagu perpisahan. Kami sekelas saling mengucapkan kata perpisahan, pesan dan kesan, hingga kami sekelas berjanji bahwa 10 tahun lagi, ketika rata-rata usia kami 28 tahun, kami akan bereunian kembali di tempat yang sama ini, pada tanggal yang sama ini, 13 Juni.
     Akhirnya kami sekelas bubar dan pulang ke rumah kami masing-masing. Begitu pula aku, aku pulang. Namun kali ini, dia yang mengantarku pulang, karena dia pula yang awalnya menjemput aku. Pada perjalanan pulang itulah, sebuah ungkapan hati keluar dari mulutnya, pernyataan suka dan cinta dicetuskannya untuk diriku. Mulutku diam, hatiku senang, namun aku berpikir pula, bahwa sebentar lagi kami berdua akan terpisah jauh dan cukup lama guna menyelesaikan masa kuliah. Dia di Surabaya dan aku di Bandung, bukankan itu jarak yang cukup jauh?
     Sebuah jawaban bijak muncul dariku, bahwa aku akui bahwa aku sudah memendam rasa padanya sejak lama. Aku juga suka hingga sekarang, namun, kembali lagi mengingat masa dulunya yang adalah playboy, biarlah masing-masing dari kami kuliah dan mencari karir yang cukup terlebih dahulu, kemudian apabila masih ada rasa diantara kami, biarlah nantinya kami bertemu kembali dan memadu kasih itu. Yang aku katakan saat itu, "aku juga suka, sebenarnya aku mau. Cuma aku takut, kamu masih mau main-main dengan cinta. Aku gak mau jadi mainanmu, aku maunya jadi yang terakhir buat kamu. Biar kita begini dulu ya, kita temenan dulu, kita menyelesaikan kuliah masing-masing dulu. Kamu kalau udah selesai kuliah, kalau udah selesai main-main, dan mau serius, silakan kembali ke aku sebelum usia aku 22 tahun. Jadi kita punya waktu 4 tahun dari sekarang, selama 4 tahun itu, aku akan terus nunggu kamu karena aku pun suka denganmu,tapi jika kamu gak juga dateng ke aku sampai usia kita 22 tahun, aku anggap, kamu udah temukan yang lainnya dan akupun akan mencari penggantimu."
     Kami setuju akan hal itu, kami berkomitmen untuk tetap menjaga hati dan diri kami satu sama lain untuk nantinya akan kami berikan kepada satu sama lain, ketika kuliah selesai dan mendapatkan karir yang kami inginkan, ketika kami dewasa dan serius menjalani hubungan yang lebih dari pada saat ini. Bulan agustus pada tahun itu, kami berpisah, aku di Bandung, dia di Surabaya. Kami berdua menjalani kehidupan kami masing-masing di jurusan yang kami tekuni masing-masing. Dia di jurusan kesehatan dan aku di jurusan kependidikan.
     Sampai saat ini, hampir tiga tahun berlalu, semester 6 kuliah hampir berakhir, kami masih menjalani kehidupan kami tanpa hubungan spesial, karena hingga saat ini pula, dia belum juga datang padaku. Sampai saat ini pula, aku masih menunggunya, aku masih menjaga diriku untuknya seorang, buktinya, sampai saat ini aku serius berkuliah, dan targetku di semester depan adalah ujian kelulusan dan wisuda, sehingga S1 ku diselesaikan dalam waktu 3,5 tahun. Entah bagaimana dengannya, apakah dia masih memendam rasa denganku dan akan kembali sebelum usia ini 22 tahun? Ataukah dia telah larut dalam kuliah dan permainan cintanya dengan wanita lain?
     Usia ini sudah menginjak 21 tahun dan aku tidak tahu bagaimana keadaan hatinya. Yang aku tahu hanyalah menunggunya, masih ada 1 tahun lagi untuk menantikan hasilnya, apakah dia kembali padaku dan serius menjajaki hubungan ini, hubungan yang terungkapkan di beberapa tahun yang lalu? Ataukah sudah pergi, meninggalkan rasaku ini sendiri. Aku tetap berharap, bahwa nanti di usia 22 tahun, kami berdua kembali bertemu dan mengungkap rasa cinta satu sama lain dan kemudian bersama selamanya. Semoga ini semua akan membuahkan hasil yang manis, semoga penantianku akan terjawab oleh kedatangannya. Aku berharap, aku berdoa, untuk yang kutunggu di sana....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar