Jumat, 18 Januari 2013

ANTARA BUKU DAN HUJAN

     Sore itu, aku lewat depan SMA favorit yang merupakan SMA saingan dari SMA-ku, ternyata hujan deras mengguyur begitu saja, memang sih hari sudah mendung sejak tadi, tapi tak disangka, hujan langsung saja datang tiba-tiba tanpa pelan-pelan atau rintik-rintik. Aku berteduh sejenak di depan warnet, tepat di seberang pintu gerbang sekolah itu. Seorang siswi sekolah itu yang membawa tas dan 4 buku paket di tangannya, langsung berlari, berharap hujan tak terlalu membasahinya, cepat-cepat menyebrang jalan dengan suasana hujan yang sangat lebat itu. Tak disangka, di tengah-tengah larinya, ia terjatuh sampai berlutut, ia tersandung batu yang ada di trotoar. Mungkin masih shock, sehingga ia terdiam beberapa saat dan aku hampirinya dengan belas kasihan, walau kehujanan dan basah, aku menghampirinya dan membantu dia untuk bangkit. Betapa terkejutnya aku, ketika ia bangkit berdiri dengan menangis. Sudah baju seragam yang ia pakai basah kuyup, buku dan tasnya pun ikut basah kuyup, ditambah lagi air matanya yang berlinang, membuatku semakin kasihan melihatnya. Segera aku ajak dia berteduh di depan warnet itu.
     "Kenapa nangis? sakit ya? Apanya yang sakit? Ada yang luka berdarah nggak?", tanyaku
     Dia hanya berdiam diri dan tetap menangis saja, sekilas aku lihat, tak ada luka sama sekali. Dia hanya berdiam, melihat buku-bukunya yang basah, dan tentunya, dia masih tetap menangis. Di sebelah kanan seragamnya, ada nama, yakni Levina Airin.
     "Bajumu basah semua, tasmu juga, buku-buku yang kamu pegang juga basah, gimana terus? Hari ini masih hari senin, besok seragamnya dipakai lagi kan?", kataku padanya.
     Mendengar perkataanku itu, dia bertambah lagi menangis, kali ini isak tangisnya lebih keras daripada sebelumnya. Kakinya melangkah maju, tangan kanannya mengecek apakah hujan masih lebat seperti sebelumnya atau sudah lebih terang. Kakinya melangkah kembali seperti semula karena hujan masih selebat tadi.
     "Levina Airin, kamu bisu kah? Aku bicara dari tadi, tapi kamu hanya diam.", kataku keheranan.
     "Aku gak bisu, aku bisa bicara normal. Maaf.", jawabnya.
     Melihatnya menjawab dan isak tangisnya yang mulai hilang, aku mulai tenang. Aku pikir ini baru saatnya aku bisa bertanya tentang keadaannya karena terjatuh tadi.
     "Ooo, maaf juga. Sakit gak tadi jatuhnya? Hati-hati ya...", kataku
     "Gak terlalu sakit sih, ia, lain kali aku lebih hati-hati.", katanya sambil tersenyum walau air mata masih membekas di pipinya.
     "Terus, kamu kenapa nangis tadi?", tanyaku perlahan.
    "Karena buku-buku ini basah, buku-buku ini milik perpustakaan sekolah, bukan milikku, ada tanggungjawabku untuk menjaga dan merawat buku-buku pinjaman ini. Ditambah lagi, seragam sekolah ini yang basah dan aku masih harus memakainya di hari esok.  Sepatuku juga basah, aku hanya ada 1 pasang sepatu yang aku pakai ini saja di kost an, sepatuku lainnya ada di rumah. Belum lagi, sekarang hujan masih lebat, sekarang udah jam 3 sore, jam 4 aku harus kembali ke sekolah untuk bimbingan kimia." , jawabnya dengan nada yang lemas dan dengan mata berkaca-kaca pula.
     "Yang sabar ya, nanti juga akan kering kok, bukunya akan baik-baik aja. Seragam pun begitu dan sepatu, kamu juga bisa pinjam teman lain yang punya sepatu lebih dari satu kan?", kataku menghiburnya. Kasihan sekali dirinya.
     "Iya, semoga. Maaf ya, gara-gara bantuin aku, kamu ikut basah juga. Seragammu basah juga. Kamu siswa SMA sebelah ya?", tanyanya.
      "Iya, dari SMA sebelah. Walau sekolah kita saingan, kita bisa jadi teman kan? Iya, gak papa kok, daripada kamu terus-terusan di situ dan gak bangun-bangun, ntar kamu tambah basah kuyup loh." Kataku sambil tersenyum lebar padanya.
     "Tentu, kita bisa jadi teman kok. Makasih banget ya, maaf ngrepotin. Rasanya udah mulai reda deh, aku pulang dulu ya ke kost an, sampai ketemu lagi. Daaaa...", pamitnya kepadaku karena hujan sudah mulai reda. Dia pergi, berjalan menuju kost nya dan meninggalkan aku di trotoar itu. Aku mengetahui namanya dan dia tak mengetahui namaku, tapi semoga kita bisa jadi teman dan dia mengingat aku.
     Aku pun mengingat kejadian itu, aku belajar dari dia, yang sangat menghargai dan memanfaatkan buku sebagai media belajar sebaik-baiknya. Aku juga belajar untuk lebih menghargai waktu, khususnya memanfaatkan waktu-waktu untuk belajar, karena sebagai pelajar, tugas utamaku adalah belajar, bukan bermain game online yang selama ini aku lakukan saat jam pelajaran. Buku yang ada adalah untuk aku pelajari dan aku manfaatkan sebaik-baiknya hingga bisa menambah ilmuku, bukan untuk penunggu tas saja.
     Hari itu, aku dapat banyak pelajaran dari seorang Levina Airin, yang sangat menyayangi buku seperti menyayangi dirinya sendiri, karena buku adalah kumpula kertas yang berisi ilmu yang membuat seseoran belajar, dari yang tidak bisa, menjadi bisa dan mahir.
:)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar