Senin, 19 November 2012

TERHADAP WAKTU

Aku hanya seorang gadis berusia 16 tahun, kelas 2 IPA SMA, yang beruntung dengan masuk di kelas unggulan dari salah satu sekolah top di kotaku. Ayahku hanya seorang petani di pinggiran kotaku dan ibuku hanya seorang karyawati di sebuah apotek di kotaku. Aku adalah anak tunggal, dimana aku harus kesepian saat pulang sekolah, saat ayahku masih di sawah dan ibuku masih bekerja, tanpa kakak, tanpa adik. Itulah yang membuat aku jadi sedikit lebih diam dibanding dengan teman-teman sekelasku lainnya. Mungkin bila dipikir, ada atau tanpaku di dalam kelas, dalam suasana belajar, itu sama saja. Kecuali dalam pelajaran olahraga, aku merupakan salah satu gadis tangguh di kelas dalam bidang olahraga apa saja. Dalam futsal, aku pernah menjadi kapten tim kelas saat ada perlombaan futsal antar kelas, begitu pula dengan basket ataupun voli, semuanya bergantung kepadaku. Pernah juga saat classmeeting renang, aku dinobatkan menjadi ratu renang SMA-ku, dan raja renangnya adalah dia, seorang anak lelaki kelas IPS unggulan, pinter sih, atlet juga, kurang lebih sama denganku, hanya saja aku tidak pernah mengikuti turnamen hingga kelas internasional sepertinya, ya, aku harap, sebentar lagi aku bisa menyusul, bukan hanya sampai propinsi seperti yang aku alami kini, namun juga hingga internasional sepertinya. Namun, semangatku itu patah, rapuh hingga kini, yang bermula dari classmetting renang yang membuatku mengalami kelelahan yang tidak seperti biasanya, kelelahan ini sangat-sangat luar biasa lelahnya, sehingga aku sempat pingsan didalam kolam dan beruntunglah, sang raja renang membawaku ke tepian dan karena kondisiku belum sadar pula, dibawanyalah aku ke rumah sakit. Selidik demi selidik, ternyata jantungku mengalami kelainan, kelainan yang sangat langka, apa itu namanya, aku tak tahu, karena terlalu susah untuk disebutkan dan bila pun itu tersebutkan, hanya air mata yang keluar setelah itu. Disamping itu pula, akibat pingsan didalam air, paru-paruku basah, kemasukan air, yang mengharuskanku dirawat di rumah sakit. Entah berapa banyak biaya yang harus ditanggung orang tuaku yang notabene kurang mampu. Dan yang aku tau, seluruh perkumpulan atlet kotaku pun mendukung aku dan pengobatanku, baik melalui dana ataupun doa. Di samping itu pula, rasa hati ini mulai pupus, seakan-akan hanya waktu yang menentukan, kapan aku harus pergi. Pembersihan paru-paru dari air yang masuk, sudah selesai. Tinggal kelainan jantung ini, entah dapat disembuhkan atau tidak. Sekarang, aku tidak lagi seperti dulu, aku tidak bisa jadi kapten dari tim olahraga kelasku, karena aku harus beristirahat, sedikit lebih diam dalam olahraga. Ketika teman-teman tim ku melawan tim lain, aku hanya duduk diam, sambil berdoa, dan kadang berteriak menyemangati. Aku sangat menghargai waktu, sedikit demi sedikit, kadangpun aku hanya diam meratapi detik-detik jam dinding yang terus berputar entah kapan berhentinya, aku tak tahu. Suatu kali, di sore yang cerah, saat olahraga kelasku adalah praktek renang yang kebetulan digabung dengan kelas sang raja renang, aku ingin kembali berenang, walaupun hanya sekedar berendam, tapi dia mencegahku, dia tidak memperbolehkan aku turun ke dalam kolam renang, karena ia takut, kejadian yang lalu itu terulang kembali. Air mataku menetes, seakan tak dapat menahan lagi, dia hanya berkata: "Semangatlah, masih ada jalan lain!". Setelah itu, aku semakin semangat menjalani hari-hari disekolahku, aku lebih belajar tekun dalam mata pelajaran ipa, khususnya kimia. Kimia seakan menjadi pengganti dari olahraga. Akupun semakin menghargai waktu-waktuku bersama teman-teman di sekolah, khususnya dia yang sudah memotivasiku, juga waktu dengan orang tuaku. Kini, setelah orang tuaku mengerti bahwa jantungku kelainan, orang tua ku semakin memperhatikanku, kini aku berangkat dan pulang dengan ojek dari ayah atau ibuku kadang, setiap aku pulang sekolah, selalu ada salah satu orang tua yang di rumah, dan sebagainya. Aku cukup bahagia di waktu-waktu akhirku ini mungkin, yang benar-benar aku hargai. Terhadap waktu, apa yang bisa aku lakukan? Sekalipun, aku takkan bisa menghentikan waktu. Hanya waktu yang bisa menghentikanku, kapan itu? Aku tak tahu. Yang aku tahu hanyalah, waktu-waktu inilah yang menyenangkanku di sisa hidupku dengan kesakitan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar