Tibalah
saat ketika alat-alat musik tersebut berhenti berbunyi, kemudian lukisan
penunggu ruang musik, Feria Musicano, bertepuk tangan dan mengacungi Azka
dengan kedua jempol tangannya. Azka heran, Azka kaget, jantungnya hampir copot,
aneh, mana ada lukisan yang dapat bergerak dan bertepuk tangan sedemikian rupa.
Akhirnya, Azka keluar dari ruangan musik tersebut. Dan terdengar suara bel
berbunyi, dimana jam pelajaran tahap pertama sudah selesai.
Dengan
rasa kagum, Azka melihat para pelajar Hogwart yang mengenakan jubah berpindah
kelas, menyusuri koridor-koridor di bangunan tersebut. Azka keluar dari koridor
tua dan melihat lapangan yang sangat hijau. Namun, pandangan mata pelajar
Hogwart yang lewat langsung menuju pada sosok Azka, sosok yang sungguh asing. Satu per satu dari mereka melewati Azka dengan
tatapan sinis, mereka saling berbisik satu sama lain, ‘‘Siapa dia? Siapa dia?‘‘
adalah pertanyaan yang terlontar dari mulut para pelajar.
Tiba-tiba,
dari belakang Azka, ada sosok lelaki muda dengan rambut pirang, yaitu Malfoy.
Malfoy menarik Azka, menyeretnya ke salah satu sudut lapangan, dekat sebuah
pohon besar di pinggir lapangan tersebut. Malfoy bertanya terus terang kepada
Azka, siapa Azka sesungguhnya. Azka menjelaskan bahwa ia adalah mahasiswi musik
di Oxford University. Malfoy tidak bisa menerima penjelasan dari Azka, karena
dunia mereka berdua berbeda. Tempat itu adalah Hogwart, tempat penyihir.
Sedangkan Azka berasal dari dunia kini, dunia manusia modern. Malfoy tidak
habis pikir siapa Azka sesungguhnya, yang Malfoy tau hanyalah ada seorang gadis
berpakaian aneh. Malfoy meninggalkan Azka sendirian karena akan melanjutkan jam
pelajaran, namun Azka tidak mau ditinggalkan oleh Malfoy, Azka merasa bahwa
Malfoy adalah orang pertama yang peduli kepadanya, yang mengajaknya berbicara
selama ia berada di tempat tersebut, tempat yang menakjubkan tersebut.
Azka
terus mengikuti Malfoy, hingga kesabaran Malfoy hilang, dimana ia menggunakan
mantra yang mengubah Azka menjadi patung es, yang diam. Mantra tersebut terlontar
oleh mulut Malfoy dan seketika itu pula Azka terdiam, menjadi patung es. Malfoy
segera meninggalkan patung Azka yang berada di koridor persimpangan antara
ruang makan dan asrama Griffindor.
Jam
pelajaran belum berakhir, namun Harry, Hermione, dan Ron telah terlebih dulu
meninggalkan kelas karena kelas mereka membosankan, yakni mata pelajaran sihir
hitam yang merupakan mata pelajaran dan Proffesor Snape. Mereka membolos mata
pelajaran itu dan mereka kembali ke asrama mereka, yakni asrama Griffindor. Alangkah
terkejutnya mereka bertiga ketika melihat sebuah patung es berbentuk seorang
gadis yang terletak di persimpangan antara ruang makan dan asrama Griffindor.
‘‘Astaga,
patung apa ini?‘‘, tanya Ron.
‘’Patung ini berbentuk seorang gadis, rambutnya pirang, aku tak
mengenalnya‘‘, kata Harry.
Hermione
memegang salah satu sisi pada patung tersebut, dan kemudian berkata, ‘‘Ini
mantra‘‘.
‘‘Mantra
bagaimana? Siapa yang memantrainya? Dan kenapa?‘‘, kata Harry.
‘‘Ia,
lagipula ini jam pelajar, tidak ada pelajar lain yang berkeliaran selain
kita‘‘, ucap Ron.
Seraya berpikir, tiba-tiba
muncullah Hagrid dari arah yang berlawanan.
‘’Apa yang kalian lakukan? Apa ini? Patung apa ini?‘‘, tanya Hagrid.
‘‘Kami
tidak tahu, kami mau masuk ke asrama, tiba-tiba kami melihatnya‘‘, kata Harry.
‘‘Iya,
kami benar-benar tidak tahu apa-apa‘‘, kata Ron sambil gelagapan.
‘‘Ini
masalah, kita harus melaporkannya ke Dumbledore‘‘, kata Hagrid.
Mereka
berempat pergi ke Dumbledore dan melaporkan kejadian tersebut. Seraya mereka menjelaskan
kepada Dumbledore, tiba-tiba Profesor Snape datang dengan raut wajah sinisnya.
‘‘Apa
lagi ulah kalian bertiga? Apa yang terjadi dengan patung es itu?‘‘, tanya
Snape.
‘‘Kami
tidak mengerti, kami menemukannya begitu saja‘‘, tegas Harry.
‘‘Kami
tidak melakukan apa-apa......‘‘, kata Hermione belum selesai.
‘‘Lalu
apa yang kalian lakukan selama membolos mata pelajaranku?, sahut Snape sinis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar