“Belum kenyang jika belum makan
nasi”, itulah paradigma mayoritas masyarakat Indonesia, yang bergantung pada
beras sebagai sumber karbohidrat dalam makanan sehari-hari. Sehingga, kebutuhan
beras nasional cukup tinggi dan guna mencukupi kebutuhan tersebut, Indonesia
perlu mengimpor beras dari negara lain. Padahal, beras bukanlah satu-satunya sumber karbohidrat, masih ada
bahan makanan lain yang merupakan sumber karbohidrat, seperti umbi-umbian.
Kandungan karbohidrat dalam umbi-umbian juga cukup tinggi.
Umbi-umbian yang sering diketahui oleh orang awam diantaranya kentang,
singkong, ketela, ubi jalar, garut, dan talas. Namun, sebenarnya masih banyak
jenis umbi-umbian yang tumbuh di negara kita, seperti suek, gembili, ganyong,
gaplek, gadung, dan lain-lain. Semua jenis umbi-umbian ini adalah sumber
karbohidrat, yang tentunya bisa mengenyangkan juga. Berikut beberapa manfaat mengonsumsi
umbi-umbian:
a.
Manfaat
dari segi kesehatan
Kalori dari
umbi-umbian lebih rendah daripada kalori beras dengan jumlah yang sama. Dengan
jumlah kalori lebih rendah, umbi-umbian bisa dimanfaatkan dalam diet penurunan
berat badan.
Jumlah serat pada
umbi-umbian lebih banyak daripada pada beras. Hal ini tentunya membuat konsumsi
umbi-umbian jauh lebih membuat perut kenyang. Selain itu, serat berfungsi untuk
melancarkan proses pencernaan manusia.
Indeks glikemik
umbi-umbian lebih rendah daripada beras, karena struktur karbohidrat dalam
umbi-umbian lebih kompleks. Dengan indeks glikemik yang rendah, tentunya
umbi-umbian lebih lama diabsorpsi oleh tubuh, sehingga tidak mengakibatkan
naiknya kadar gula darah secara drastis. Oleh karena itu, diet umbi-umbian juga
baik bagi penderita diabetes melitus.
Dengan kalori
rendah, jumlah serat tinggi, dan indeks glikemik rendah, tentunya membuat
umbi-umbian memiliki nilai plus
tersendiri bagi kelompok masyarakat yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
a.
Manfaat
dari segi ekonomi
Harga umbi-umbian
di pasar jauh lebih murah dibandingkan dengan harga beras. Berdasarkan
survei harga yang penulis lakukan di Pasar Mulyorejo (Surabaya), harga beras
berkisar diantara Rp 11000,00 hingga Rp 15000,00 per kilogram. Harga singkong
hanya Rp 3000,00 per kilogram. Harga ubi jalar kuning Rp 2500,00 per kilogram.
Selain itu, umbi-umbian juga bisa tumbuh mudah di kebun atau halaman rumah.
Dengan demikian, tentunya membuat umbi-umbian lebih
mudah diakses oleh semua kalangan masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki
tingkat pendapatan menengah ke bawah.
b. Manfaat
dari segi politis
Konsumsi
umbi-umbian dapat menekan jumlah kebutuhan beras. Dengan menukar nasi yang
dikonsumsi dalam 1 kali jam makan sehari dengan umbi-umbian, misalkan masyarakat
yang biasanya sarapan nasi, kini ditukar dengan sarapan singkong rebus atau ubi
jalar kukus; tentunya mengurangi jumlah kebutuhan beras nasional. Sehingga,
pemerintah tidak perlu lagi mengimpor beras dari negara lain.
Dari ulasan di atas, kita dapat melihat bahwa konsumsi
umbi-umbian memiliki banyak manfaat dari berbagai segi. Diet umbi-umbian perlu
dimasukkan ke dalam menu makan sehari-hari, khususnya guna menggantikan posisi
beras, walau tidak secara total. Misalkan hanya sebagai makanan pada sarapan.
Oleh karena itu, perlu peran berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga dan
tenaga kesehatan, dan lain-lain; untuk mengubah presepsi masyarakat bahwa tidak
hanya beraslah yang menjadi makanan utama dan mengedukasikan kepada masyarakat
mengenai manfaat diet umbi-umbian.
DAFTAR
PUSTAKA
Rofles, Sharon Rady., Whitney, Ellie.
2013. Understanding Nutrition. 13th ed. United States America:
Wadsworth Cengange Learning.
Persagi. 2013. Pengantar Dietetik Rumah
Sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar