Dalam Kej 2:18-25, Allah melihat bahwa manusia perlu pasangan hidup supaya
manusia punya teman yang sepadan untuk mengelola mandat Allah, yakni mengelola
alam semesta. Tuhan tidak hanya melihat, tapi Tuhan juga menyediakan dan
membawa Hawa kepada Adam dan Adam menerimanya sebagai karunia dari Tuhan. Adam
dan Hawa bersatu dan menjadi satu daging.
Dalam Kej 24, kisah Abrahan mencarikan istri bagi anaknya, Ishak. Abraham
membuat suatu kriteria untuk pasangan bagi Ishak. Dalam proses pencarian, hamba
Abraham melakukan dengan hati-hati, ditunjukkan bahwa ia berdoa. Akhirnya,
Tuhan menyediakannya.
Intinya, pasangan hidup itu berasal dari Allah, Allahlah yang memberi. Langkah
awal mencari pasangan hidup adalah BERDOA. Kita berdoa meminta kepada Allah,
supaya kita diberi pasangan hidup yang tepat. Jadi, yang mengikatkan kita
kepada pasangan hidup adalah karena Allah adalah yang memberikannya. Bukan
berdasarkan rasa tertarik atau perasaan saja.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan/lakukan dalam mencari pasangan hidup:
1.
Bagian kita adalah menentukan waktu yang
tepat untuk memulai hubungan serius dalam pasangan hidup. Waktu yang tepat
dilihat dari kematangan hidup seseorang, dimana ia sudah bisa mengerti dan
melakukan kehendak Tuhan, yang bisa mengendalikan emosinya, yang bisa
bertanggungjawab atas setiap keputusannya, dan ada pertumbuhan, bisa menanggung
ketidakenakan, terus menjadi dewasa dan makin menyelesaikan luka-luka dalam
hidupnya. Selain itu, diperhatikan juga waktu kapan akan menikah. Pernikahan
ideal pada usia 26-28 tahun. Saran, pada usia 22-23 tahun, sudah dapat dimulai
hubungan tersebut, yang serius. Dengan catatan, sudah matang dalam
kerohaniannya.
2.
Menetapkan kriteria yakni dengan berdoa
secara tulus, pasangan hidup seperti apakah yang Tuhan inginkan bagi kita.
Terus berdoa dan sambil berpikir, dan menuliskannya berdasarkan keadaan kita
juga. Menentukan pula kehidupan dasar yang utama, yakni apakah dia punya persekutuan
yang benar dengan Tuhan, apakah dia sudah melakukan kehendak Tuhan, bagaimana
kematangan wataknya, apakah dia bertumbuh atau tidak, dan apakah dia punya
kesediaan untuk melakukan kehendak Tuhan. Hal selain itu, bagaimana kehidupan
sosialnya dan kesehatannya.
3.
Pintu masuk untuk memulai hubungan
dengan orang lain, misalnya lewat rasa tertarik (bukan dari fisik, latar
belakang keluarga, profesi, tapi tertarik pada kehidupannya), kecocokan
kriteria, nasihat pembimbing.
4.
Lewat pintu masuk, mendoakan agar kita
lebih mengenalnya, dengan cara bergaul dengan dia lewat persekutuan atau
sebagainya.
5.
Jika sudah mantap, jika pria, datanglah
kepada si wanita untuk mengajak berdoa. Dan jika wanita, berdoalah pada Tuhan
supaya si pria datang dan mengajak berdoa untuk mencari kepastian apa bisa
menjadi pasangan hidup.
6.
Setelah ketemu, maka ambillah waktu
berdoa sendiri-sendiri untuk merenungkan dia dan meminta Tuhan memberi hikmat
agar mengerti apakah dia yang dikehendaki Tuhan.
(radio Immanuel)
7.
Memastikan hubungan, apa hasil dari
pergumulan. Jika iya, ambilllah komitmen untuk menikah. Jika tidak, maka perlu
ada pengenalan dan pergaulan lagi. Dan jika tidak seterusnya, maka berhentilah,
berarti dia bukanlah pasangan hidup yang Tuhan sediakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar