Pasangan hidup adalah kesatuan
suami-istri yang disatukan oleh Allah untuk melaksanakan pekerjaan Tuhan. Masa
berpacaran adalah masa kesiapan untuk menuju ke pernikahan.
Dalam kesatuan suami-istri, ada
tatanan agar relasi menjadi indah. Tatanan pernikahan dalam Efesus 5:22-33 bagi
pasangan suami istri:
1. Seorang istri tunduk kepada suami,
sebagaimana ia tunduk pada Tuhan (ayat 22)
2. Suami harus mengasihi istri (ayat 25),
sebagaimana Kristus mengasihi Jemaat, agar si istri hidup dalam kekudusan.
3. Kesatuan suami-istri bersifat eksklusif,
khusus, tidak ada pribadi lain yang lebih dekat, tidak ada orang lain yang
boleh campur tangan dalam hubungan tersebut, kecuali ada suatu permasalahan.
Hubungan terdekat terjadi antara suami dan istri, karena keduanya menjadi satu
kesatuan.
Oleh karena itu, kita harus memilih
pasangan hidup yang dapat memenuhi tatanan-tatanan tersebut dan pasangan hidup berlangsung seumur hidup, oleh
karena itu harus ada ikatan yang kuat dari pasangan hidup tersebut, bukan
ikatan rapuh seperti berdasarkan kecocokan atau perasaan saja. Hal-hal penting
yang dibutuhkan untuk membangun relasi:
1. Kematangan hidup
Seorang yang matang hidupnya adalah
orang yang memiliki nilai-nilai hidup yang tepat dan kuat berdasarkan Firman
Tuhan. Seseorang yang matang hidupnya juga bisa menanggung ketidakenakan baik
dalam hal fisik dan jiwa. Menikah tidak selalu enak, tapi kadang juga ada
ketidakenakan yang harus dilalui. Orang yang matang juga adalah orang yang
mementingkan orang lain dan bertanggungjawab atas kehidupannya. Hanya dengan
kematangan hidup, pria dan wanita dapat membangun pernikahan yang benar, saling
mengasihi dan menjadi satu pernikahan yang benar-benar eksklusif.
2.
Terus-menerus mengalami penyembuhan dari
luka-luka batin masa lalu
Luka-luka
tersebut berasal dari keluarga, hubungan yang baik atau tidakkah dari keluarga.
Ada juga luka yang berasal dari teman atau lingkungan kita. Proses pernikahan
bukan untuk menyembuhkan luka, tapi sebelum adanya proses pernikahan, luka-luka
tersebut harus sudah sembuh.
3.
Orang yang terus bertumbuh secara
teratur
Harus
taat, mengalami relasi intim dengan Tuhan, sehingga orang tersebut dapat
menjadi orang yang matang dan terus berproses dalam menyembuhkan luka-luka masa
lalunya.
4.
Orang yang mendengar suara Tuhan
Dalam
setiap keputusan yang diambil, harus berdasarkan kehendak Tuhan. Keputusan
untuk memilih pasangan hidup terlebih lagi harus berdasarkan kehendak Tuhan,
bukan berdasarkan emosi dan perasaan dari diri kita sendiri.
5.
Cinta yang sungguh
Ketertarikan
terhadap pasangan secara utuh dan logis. Bukan hanya tertarik kepada fisiknya
saja, tapi juga tertarik kepada masa lalu dan segala hal tentang dia. Logisnya,
kita juga harus mengetahui mengapa kita dapat tertarik kepada dia. Cinta yang
sunguh juga dilakukan untuk membahagiakan dia dan cinta yang sungguh adalah
taat kepada kehendak Allah. Hanya dengan cinta sejati, pasangan hidup dapat menompang seluruh
permasalahan dalam pernikahan yang ada.
PERTANYAAN dan JAWABAN:
1. Bagaimana dapat mendengar suara Tuhan?
Bertanyalah pada Tuhan, mengerti dan
mendengar suara Tuhan menurut prinsip Firman Tuhan, apakah sesuai atau tidak
dengan prinsip Firman Tuhan. Perlu erat dengan persekutuan dalam Tuhan, suara
Tuhan yang khusus baik dalam saat teduh ataupun kotbah, suara Roh Kudus dalam
hati, dan nasihat dari orang lain.
2. Bagaimana jika memiliki perasaan yang
menggebu?
Perasaan ini bukan perasaan yang
tertarik pada orang tersebut, karena cinta itu membebaskan dan memberi yang
terbaik pada orang tersebut. Perasaan yang menggebu ini berasal dari luka
mungkin, dan perasaan ini adalah perasaan yang egois, dan ketika menikah malah
ini adalah ikatan yang rapuh.
3. Adakah hubungan antara pemilihan
pasangan hidup dengan tempramen?
Ada perlu. Tapi tidak hanya
tempramen, tapi kepribadian yang perlu diperhatikan karena kepribadian dibentuk
dari tempramen dan pengalaman hidup. Sehingga kembali lagi ke atas tadi, apakah
kita bisa menerima latar belakang dan luka-luka lama dan seluruh hidupnya yang
lama, apakah pasangan hidup tersebut sudah matang, dan sebagiannya.
4. Bagaimana memperhatikan kematangan
hidup?
Dapat diliat dari kerohaniannya juga.
Karena kematangan hidup dapat menyelesaikan seluruh masalah dalam pernikahan
nantinya.
5. Bagaimana jika kita menempatkan
prioritas karakter rohani sebagai yang utama?
Betul,
karena karakter adalah yang dapat mengawetkan pernikahan.
6. Bagaimana mengelola perasaan rindu? Apakah
salah?
Tidak salah, tapi jika perasaan rindu
itu dijadikan sebagai dasar yang utama barulah salah. Apakah logis rasa rindu
tersebut? Mengelolanya adalah dengan bertanya pada dirinya, apa dasar dari
kerinduan tersebut. Menceritakan rindu tersebut kepada rekan/pemimpin rohani
juga bisa dilakukan.
7. Bagaimana jika pacar kita berbeda
daerah atau pulau? Bagaimana mengujinya?
Harus
ada pertemuan dan benar-benar mengenal satu sama lain. Hati-hati dengan perasaan
yang menggebu-gebu, karena perasaan yang demikian dapat meminimalisir logika.
8.
Bagaimana pandangan Firman Tuhan jika
ada seseorang yang masa lalunya kelam, tidak mengenal Tuhan, tapi saya punya
kerinduan untuk menerima dia dan mendekatkannya pada Tuhan?
Jangan
sampai pernikahan digunakan untuk penyembuhan. Sebelum menikah, luka-luka
tersebut harus sudah sembuh.
9. Adakah selisih usia ideal bagi pria
dan wanita?
3-4 tahun lebih tua pria. Karena
secara psikologi, wanita lebih tua dari pria.
10. Bagaimana jika dalam pernikahan istri
yang menjadi dominan?
Dominan tidak masalah, selama si istri
masih tunduk kepada suami
Ringkasan dari Radio Immanuel
Sudah selesai dengar semua rekaman PH nya dek?
BalasHapus