1.
Pengertian
Lansia
Pengertian lanjut usia
(lansia) ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih hidup.
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi,1999;8).
Penggolongan lansia menurut
Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni :
-
Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru memasuki
lansia
- Kelompok lansia (65
tahun ke atas)
- Kelompok lansia
resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
Usia tua atau sering
disebut senescence merupakan suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai
dengan perubahan atau penurunan fungsi tubuh, biasanya mulai pada usia yang
berbeda untuk individu yang berbeda (Papalia, 2001). Memasuki usia lanjut
biasanya dudahului oleh penyakit kronis, kemungkinan untuk ditinggalkan
pasangan, pemeberhentian aktivitas atau kerja dan tantangan untuk mengalihkan
energi dan kemampuan ke peran baru dalam keluarga, pekerjaan dan hubungan intim
(Wolman, 1982).
1.
Lansia
Dipandang Melalui Aspek Sosial, Biologi dan Ekonomi
Secara sosial, penduduk
lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk
lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari
keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan
keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di
Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997).
Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus
menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari
pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua
tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat.
2.
Kebutuhan
Lansia
Lansia memiliki banyak
kebutuhan dalam hidupnya agar dapat hidup dengan mandiri. Kebutuhan ini sejalan
dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991) yang menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi :
(1) Kebutuhan fisik (physiological
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang,
papan, dan fasilitas fasilitas kesehatan.
(2) Kebutuhan sosial (social needs) adalah
kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui
paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya.
3.
Aspek
Hubungan Sosial pada Lansia
Menurut Lilian Troll,
menemukan bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan keluarganya mempunyai
kecenderungan lebih sedikit untuk stress dibanding lansia yang hubunganny jauh.
Terdapat tiga aspek hubungan sosial tersebut antara lain :
a. Friendship
Laura Carstensen menyimpulkan bahwa orang cenderung mencari teman dekat
dibandingkan dengan teman baru ketika mereka semakin tua. Penelitian ini
membuktikan bahwa lansia perempuan yang tidak memiliki teman baik kurang puas
akan hidupnya dibanding yang mempunyai teman baik.
Seseorang yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat
penurunan fungsi sistem tubuh. Salah satu perubahan tersebut adalah perubahan
kejiwaan dan fisik. Masalah kesehatan jiwa lansia yang sering muncul adalah
gangguan proses pikir yang ditandai dengan lupa, pikun, bingung, dan curiga,
dan gangguan perasaan ditandai dengan perasaan kelelahan, acuh tak acuh,
tersinggung, sedangkan gangguan fisik/somatik meliputi gangguan pola tidur,
gangguan makan dan minum, gangguan perilaku yang ditandai dengan enggan
berhubungan dengan orang lain, dan ketidakmampuan merawat diri
sendiri(Wijayanti,2008).
Pada umumnya pada masa lanjut usia ini orang mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotorik. Menurut Zainudin (2002) fungsi kognitif meliputi
proses belajar, persepsi pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain yang
menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut usia menjadi semakin lambat. Fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
gerakan, tindakan, koordinasi yang berakibat bahwa lanjut usia kurang cekatan.
Pada akhirnya ditemukan korelasi antara kemunduran fisik yang dialamai
seorang lansia akan berpengaruh terhadap hubungan pertemanannya. Menurunnya
koordinasi tubuh, gangguan fungsi kognitif dan psikomotorik akhirnya akan
membentuk perilaku menutup diri dan enggan berhubungan dengan orang lain
terutama orang baru.
b. Social Support
Menurut penelitian,
dukungan sosial dapat membantu individu untuk mengatasi masalahnya secara
efektif. Dukungan sosial juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental
pada lansia. Dukungan sosial berhubungan dengan pengurangan gejala penyakit dan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri akan perawatan kesehatan. Toni
Antonucci, menyimpulkan bahwa interaksi sosial dengan orang yang menyediakan
dukungan sosial memberikan pandangan yang lebih positif mengenai dirinya kepada
orang-orang tua tersebut.
Dukungan sosial juga
memengaruhi kesehatan mental dari para orang tua tersebut. para orang tua yang
mengalami depresi memiliki jaringan sosial yang kecil, mengalami masalah dalam
berinteraksi dengan anggota dalam jaringan sosial yang mereka miliki, dan
sering mengalami pengalaman kehilangan dalam hidup mereka. Pernyataan ini
didukung oleh penelitian dari Mishra, Bagga, Nalini, Chadha & Kanwar (dalam
Mishra,2004), yang menemukan bahwa lansia yang tinggal di suatu institusi
menderita kesepian dan merasa tidak puas karena terpisah dari keluarga dan
komunitas yang lebih luas. Mereka juga menemukan bahwa lansia yang tinggal
dalam suatu institusi merasa lebih kesepian daripada yang tidak tinggal dalam
suatu institusi yang diakibatkan juga karena kurangnya dukungan sosial yang
mereka terima.
Dukungan sosial sendiri
mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan
orang lain, atau kelompok kepada individu (Sarafino,2006). Untuk memperoleh
dukungan sosial tersebut para lansia perlu berinteraksi dengan orang lain
seperti kontak sosial. Dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai pihak,
tetapi dukungan sosial yang amat bermakna dalam kaitannya dengan masalah
kesepian adalah dukungan sosial yang
bersumber dari mereka yang memiliki kedekatan emosional, seperti anggota
keluarga dan kerabat dekat (Gunarsa,2004). Biasanya dukungan sosial ini tidak
didapatkan dari kelurga terdekat misalkan dari anak-anaknya dikarenakan
kesibukan dari anak-anaknya, maka sebagian lansia akan membentuk komunitas atau
perkumpulan sebagai manifestasi dukungan sosial yang mereka butuhkan.
c. Integrasi Sosial
Integrasi sosial
memainkan peranan yang sangat penting pada kehidupan lansia. Kondisi kesepian
dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan
lansia. Sebuah studi menemukan bahwa dengan menjadi bagian dari jaringan
sosial, hal ini akan berdampak pada lamanya masa hidup terutama pada laki-laki.
Integrasi sosial merupakan evaluasi
terhadap kualitas hubungan seseorang dengan masyarakat dan dengan komunitasnya.
Integrasi merupakan suatu tingkatan ketika seseorang merasa bahwa dirinya
memiliki kesamaan dengan orang lain pada kenyataannya, dan ia memang merupakan
milik komunitas dan masyarakatnya. Diindikasikan oleh perasaan menjadi bagian
dari lingkungan sekitar, serta berpikir bahwa ia memiliki, merasa didukung dan
berbagi kebersamaan dengan lingkungan sekitar (Indriana,2011).
Pada waktu seseorang
memasuki masa usia lanjut atau 60 tahun ke atas, akan mengalami berbagai
perubahan sosial. Meskipun kehidupan sosial menurun, tetapi akan mengalami
pergantian. Aktivitas yang menurun berhubungan dengan menurunnya kemampuan
fisik, dapat diganti aktivitas baru yang tidak tergantung pada energi fisik.
Hilangnya peran-peran sosial dapat diganti dengan peran-peran yang baru.
Demikian juga partisipasi sosial yang menurun dapat diganti dengan meningkatnya
partisipasi dalam bidang yang berbeda, seperti peningkatan partisipasi sosial
dalam bidang keagamaan.
4. Faktor-faktor
yang Harus Diperhatikan Lansia
a.
Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap lingkungan
sekitarnya untuk menghindari terjadinya depresi, stress, paranoia, dan gangguan
lain dengan cara :
1. Melakukan komunikasi dengan keluarga, teman maupun
tetangga sekitar
2. Melakukan aktivitas yang sesuai minat dan kemampuannya
untuk mengisi waktu luang
3. Berkumpul bersama teman-teman semasa sekolah/ kerja dan
membuat teman baru untuk menggantikan mereka yang telah meninggal atau yang telah
pindah
Adapun bagi keluarga yang mempunyai
anggota keluarga yang lanjut usia adalah:
1.
Memberikan kenyamanan dengan suasana
keluarga yang bahagia dan harmonis
2. Memberikan semangat dalam diri lansia untuk tetap
produkiv dalam hidupnya
3.
Memberikan semangat dalam hal spiritual
untuk mengurangi perasaan takut atau khawatir dalam diri lansia
5.
Rancangan
Konseling Bagi Lansia
Berdasarkan pada
penurunan kemampuan cognitive dan fisik serta keadaan sosial dari lansia maka
rancangan konseling bagi lansia haruslah sesuai dengan keadaan tersebut agar
konseling dapat mencapai tujuan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :
-
Konseling dimulai dengan pemberian
dukungan sosial berupa motivasi, perhatian dan kasih sayang sehingga lansia
merasa lebih diperhatikan dan dihargai
-
Konseling dapat dilakukan dengan cara
ikut serta dalam kegiatan yang digemari oleh lansia seperti dilakukan dalam
komunitas atau perkumpulan yang diikuti lansia
-
Saran
yang diberikan hendaknya sesuai dengan fungsi cognitive dari lansia. Saran yang
diberikan haruslah singkat dan diberikan satu per satu.
-
Konseling dapat melibatkan orang-orang
terdekat dari lansia tersebut seperti keluarga atau pengasuh
DAFTAR
PUSTAKA
Adriani,Merryana
& Wirjatmadi,Bambang. 2012. Peranan Gizi
dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group
Indriana,dkk.
2011. Religiositas, Keberadaan Pasangan
dan Kesejahteraan Sosial (Social Well Being) pada Lansia Binaan PMI Cabang
Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip
Vol.10.no:2
Marini,Liza
& Hayati,Sari. 2012. Pengaruh
Dukungan Sosial terhadap Kesepian pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan
Habibah. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Jurnal
Wijayanti.
2008. Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia
terhadap Kondisi Sosial Lansia. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan
Permukiman. Vol.7.no: 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar