Berpacaran adalah persiapan untuk
menuju pernikahan yang kudus, yang seturut dengan kehendak Tuhan. Sekalipun
demikian, hubungan pacaran tetap ada kemungkinan putus, artinya tidak jadi
menikah.
Penyebab putusnya hubungan pacaran:
1. Dalam perjalanan menuju ke
pernikahan, tidak ada kecocokan yang terjadi.
2. Salah
satu merasa tidak cocok.
3. Terjadinya pengkhianatan, salah satu
membangun hubungan dengan pihak lain.
4. Ditinggal pergi, tanpa kabar berita.
5. Ada pihak luar yang mempengaruhi,
misalnya keluarga tidak setuju.
Yang dapat dilakukan adalah:
1.
Ketika
sudah tidak cocok, lebih baik dihentikan. Daripada putusnya pada saat
pernikahan, apalagi sudah punya anak. Ketika menghadapi seperti ini, harusnya
masing-masing tenang, membicarakan ketidakcocokan, menjaga emosi baik marah
ataupun takut kehilangan dan mengambil waktu berpikir dan mencari kehendak
Tuhan. Lebih baik juga jika didiskusikan dengan pembimbing rohani, bergumullah,
dan ketika sudah mendapat keputusan, jika memang tidak cocok, ya sudah
beranilah mengatakan putus. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa dulu kita salah mendengar dan mengartikan kehendak Tuhan.
2. Apabila salah satu merasa tidak cocok
dan memutuskan hubungan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengambil waktu untuk
berpikir dan mendoakan, kedua-duanya bertanggungjawab untuk mencari kehendak
Tuhan. Jika memang salah satu tidak cocok, ya sudah putus. Hubungan pacaran
adalah tidak berdasarkan paksaan, hubungan berpacaran tidak ada keterikatan,
tidak boleh saling memiliki dan adanya saling menyerahkan diri. Jika anda mau
menyerahkan diri anda kepada pasangan, namun pasangan tidak mau menyerahkan
diri, sama saja, tidak boleh, maka putus. Daripada berbahaya pada pernikahan
nantinya.
3. Pengkhianatan dan ditinggal pergi.
Jika anda dikhianati atau ditinggal pergi, maka ingatlah bahwa dia bukan yang
tepat bagi anda dan bersyukurlah itu masih terjadi dalam proses pacaran, bukan
dalam proses pernikahan. Kehendak Tuhan tidak 100% menjamin orang tersebut tidak berbuat dosa atau
kesalahan. Orang yang sudah menikahpun, kadang juga bisa berbuat dosa,
selingkuh atau meninggalkan keluarganya pergi. Sarannya, tenangkan diri dan
mencobalah berdoa lagi untuk mencari yang baru.
4. Jika ada pengaruh dari orang lain,
maka putuslah dan bersyukurlah bahwa dia bukan orang yang tepat. Hubungan anda
masih bisa diintervensi, dicampuri oleh orang lain. Ingat, bahwa nantinya dalam
pernikahan, hubungan suami-istri adalah hubungan yang paling dekat, tidak boleh
dan tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain, bahkan termasuk anak.
Hal-hal praktis
yang harus dilakukan untuk mengatasinya:
1.
Bersyukurlah, sebab itu semua
menyelamatkan anda dari pernikahan yang rusak nantinya. Seberapapun sakitnya
hati kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat atas hidup kita.
2.
Menguasai diri. Jangan sampai keadaan
yang menguasai anda. Jangan membiarkan diri kita untuk terluka. Ingat, hidup
anda adalah milik Tuhan. Jangan biarkan juga anda membenci dia. Jika anda
membenci orag lain, maka anda hanya akan merusak karakter anda, bahkan ketika
anda sudah bertemu dengan orang lain yang mau menikah dan mencintai anda dengan
sungguh-sungguh. Jangan merasa gagal membangun hubungan, jangan menghukum diri.
3.
Temuilah seorang teman yang dewasa atau
pembimbing rohani untuk bercerita dan mengatasi perasaan-perasaan yang tidak
enak.
4.
Mulailah berdoa untuk mencari pasangan
baru. Tutup masa lalu, jangan mengingat-ingat kenangan indah di masa lalu. Masa
depan adalah kebahagiaan.
Maka
bersyukurlah jika anda putus, karena Tuhan menyelamatkan anda dari pernikahan
yang rusak, dari calon pasangan hidup yang tidak baik. Tetaplah bersyukur dan
jangan berlarut-larut dalam luka.
(beside on Radio Immanuel)