Sistem baru dijalankan di sekolahanku tercinta, yaitu sistem moving class, yang dilaksanakan mulai semester genap ini. Sistem moving class adalah salah satu sistem pendidikan dimana setiap guru memiliki ruangannya masing-masing dan murid-murid yang berpindah ruangan setiap kali pergantian jam pelajaran. Sistem ini diselenggarakan di sekolah dengan salah satu tujuan yaitu persyaratan melepaskan huruf R dari RSBI yang merupakan standart sekolahanku dan tentunya masih banyak syarat lain yang belum dipenuhi, salah satunya adalah adanya Sistem Kredit Semester (SKS). Namun sayangnya, di awal pelaksanaan moving class ini, isu-isu terdengar bahwa RSBI akan dihapuskan oleh pemerintah, karena dinilai siswa-siswi yang pintar hanya bersekolah di RSBI, mengelompok di RSBI, sehingga standart pelajaran yang ada tidak merata.
Selain itu, tentang undangan penerimaan mahasiswa baru pun (SNMPTN) ada pembaharuan kembali, dimana pembaharuan tersebut sangat merugikan sekolah-sekolah negeri, khususnya yang sudah menyandang gelar RSBI. Dalam pembaharuan tersebut, penerimaan mahasiswa hanya melihat nilai raport dan nilai ujian nasional. Tentulah tiap sekolah memiliki standart yang berbeda dalam memberikan nilai raport kepada siswanya. Ada sekolah yang memang menjual nilai, ada pula sekolah yang gampang memberikan nilai tinggi kepada muridnya untuk masa depan murid tersebut supaya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, disamping itu juga ada sekolah yang benar-benar mendidik muridnya menjadi berilmu dan memberikan nilai sesuai kemampuan dari muridnya masing-masing tanpa menambah atau mengurangi nilai muridnya. Menurut saya, ini tidak adil. Selain itu, dalam jalur undangan juga, yang boleh mengikuti hanya 50% tanpa membedakan sekolah tersebut swasta, negeri, terakreditasi A, B, atau C. Tentu saja, ini juga sangat merugikan bagi sekolah-sekolah yang memang unggul dan maju.
Kemudian dalam Ujian Nasional di tahun ini juga peraturan barunya adalah dengan 20 tipe soal, sehingga setiap siswa memiliki soalnya masing-masing dan soal-soal tersebut diacak, tidak setiap hari siswa menerima tipe soal yang sama dengan hari sebelumnya. Menurut saya, dibalik kebijakan ini ada dampak positif dan negatifnya juga. Dampak positifnya adalah siswa-siswi mandiri, tidak ada lagi contek-menyontek, tidak ada saling kerja sama lagi, tentunya ini merupakan salah satu dari pendidikan berkarakter, yakni penanaman kejujuran dan kemandirian, siswa juga akan lebih teliti, khususnya dalam mengisi identitas kode soal. Dibalik dampak positif yang ada, juga ada dampak-dampak negatif yang sangat fatal apabila terjadi. Dampak negatifnya antara lain pengawas yang kebingungan dalam membagi soal dan mengumpulkan lembar jawaban, kemudian dalam pengoreksian, apabila ada yang salah mengumpulkan tipe A ke tipe B misalnya, maka akan terjadi kesalahan dalam koreksi yang mungkin menyebabkan siswa tersebut tidak lulus ujian nasional.
Kembali lagi kepada kebijakan pemerintah yang menghapuskan RSBI karena dianggap semua sekolah harus sama rata dan siswa pintar tidak hanya harus ada dan mengelompok di sekolah unggul. Kalau menurut saya, saya tidak setuju kalau dikatakan siswa pintar harus tersebar merata di seluruh sekolah, tidak hanya disekolah RSBI atau sekolah unggul atau sekolah maju. Karena saya anggap, bila siswa-siswi pintar dan hanya bersekolah di sekolah biasa atau bahkan sekolah dengan standart rendah (tanpa SDM dan fasilitas yang memadai), siswa-siswi yang sebenarnya pintar itu tidak akan bisa mengembangkan dirinya dengan baik dan maksimal. Begitu juga dengan siswa-siswi yang berbakat, mungkin dalam bidang olahraga. Misalnya saja, bila murid tersebut sangat berbakat dalam olahraga basket, namun sekolahnya tidak memiliki lapangan basket, bagaimana murid tersebut bisa mengembangkan dirinya secara maksimal? apakah sekolah/pemerintah pun tidak mendukung bakat murid tersebut? Dan masih banyak contoh yang lainnya.
Kebijakan yang diambil pemerintah, saya yakin bahwa semua dijalankan demi kesejahteraan bangsa ini. Namun kembali lagi, bagi pemerintah, harap benar-benar mengambil keputusan yang benar-benar positif dan jangan hanya melihat kepada hal yang besar saja. Pikirkan dan tenggungjawab kepada hal yang kecil dulu, baru hal yang kecil itu lama-lama akan berkembang jadi hal yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar