Sekolah Menengah Atas Harapan Bangsa merupakan sekolah swasta sekaligus asrama bagi siswa-siswi nya, namun sekolah ini berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya yang dalam satu kelas dapat terdiri dari siswa sekaligus siswi. Sekolah ini punya dua kelas dalam masing-masing tingkatannya, yang dalam satu kelas hanya terdiri dari siswa atau siswi saja. Sekolah ini boleh dibilang sekolah aneh atau sekolah unik, karena kekhususannya tersebut. Sekolah ini tidak hanya menekankan pada prestasi akademik dari siswa, secara survei global, prestasi non-akademik dari sekolah ini juga lebih menonjol daripada prestasi akademiknya.
Tingkatan I di tahun ini punya cerita unik, tentang siswa maupun siswinya.. Pendaftaran dilakukan hanya dengan test bakat, baik bakat dalam akademik maupun non akademik, yang anehnya dalam pendaftaran tersebut, berhasil disaring 40 siswa dan 40 siswi. Dan diantara 40 orang siswa itu terdapat 39 siswa yang berlatarbelakang seni dan olahraga. Sedangkan yang 1 siswa berlatarbelakang akademik, yakni dalam mata pelajaran matematika. Hal serupa terjadi pada 40 siswi yang masuk sekolah tersebut, terdapat 39 siswi yang berlatarbelakan seni dan olahraga dan hanya 1 siswi yang berlatarbelakang akademik, yakni dalam bidang kimia.
Pada umumnya, sekolah ini juga dapat disebut sebagai sekolah seni dan olahraga karena prasarana dan sarana yang sangat ditunjang adalah bidang itu disamping dengan prestasi-prestasi yang sudah terukir dalam 2 bidang tersebut. Yang membuat rancu adalah ketika anak-anak dengan prestasi akademik memilih untuk bersekolah di situ, seperti yang dilakukan oleh Vino dan Veta tersebut, siswa-siswi tingkatan I yang masuk dengan latar belakang akademik tanpa ada latar belakang seni ataupun olahraga.
Tingkatan I dibagi menjadi tingkat I A, untuk para siswa dan I B untuk para siswi. Kebanyakan manusia yang pintar dalam akademik hanya memerankan sebagian besar dari otak kirinya dan dalam bidang non akademik memerankan sebagian besar otak kanannya. Hal itulah yang terjadi pada Vino dan Veta, dimana kedua orang tua mereka menginginkan mereka tidak hanya unggul dalam bidang akademik saja yang hanya mengandalkan kekuatan otak kiri, tapi juga dalam bidang non-akademik, yang mengandalkan otak kanan. Sehingga, didapati pada nantinya, mereka dapat menyeimbangkan otak kiri dan otak kanannya.
Hari demi hari berlalu, pembelajaran efektif dilakukan di masing-masing kelas, entah tingkat IA maupun IB. Hingga siswa-siswi pada umumnya menyadari ada keganjilan diantara teman sekelas mereka, keganjilan diantara pergaulan mereka sebaya, bahwa ada diantara mereka yang menyendiri, bahwa ada diantara mereka yang terdiam tanpa sebab, bahwa ada diantara mereka yang berbeda dengan diri mereka yang berlatarkan olahraga dan seni. Siapa itu? Vino dan Veta jawabannya, karena mereka berdua adalah berlatarkan akademik, bukan seni ataupu olahraga.
Perkumpulan tiap tingkat selalu ada, badan seperti OSIS pada sekolah umumnya, begitu pula dengan perkumpulan tingkat I di tahun ini.. Perkumpulan yang diikuti oleh seluruh siswa-siswi tingkat satu. Perkumpulan ini menjadi sarana bagi siswa dan siswi dapat bertemu. Pada umumnya, perkumpulan ini beranggotakan seluruh siswa-siswi dalam satu tingkat, namun berbeda pada tingkat I di tahun ini. Ada 1 siswa dan 1 siswi yang tidak bergabung dalam perkumpulan ini dikarenakan jadwal perkumpulan yang bersamaan dengan jadwal club eksak. Artinya, 1 siswi dan 1 siswa yang tidak bergabung dalam perkumpulan ini adalah anggota dari club eksak, club yang dianggap aneh oleh siswa-siswi tingkat I pada umumnya, karena club eksak hanya diikuti oleh siswa-siswi tingkat II akhir dan tingkat III hanya untuk mempersiapkan ujian nasional sebagai syarat kelulusan.
Menindaklanjuti kejadian tersebut, dimana perkumpulan tingkat I tidak diikuti oleh seluruh siswa-siswi tingkat I pada umumnya, terdapat progam kerja oleh perkumpulan ini, salah satunya adalah mengupayakan seluruh siswa dan siswi tingkat I agar bergabung seluruhnya dengan lengkap tanpa terkecuali. Dengan demikian, jelas menunjuk bahwa Vino dan Veta dengan cara apapun harus berhasil diajak masuk pada perkumpulan ini oleh siswa dan siswi tingkat I lainnya. Misi mereka yang pertama guna mengajak Vino dan Veta masuk dalam perkumpulan tersebut adalah membuat Vino dan Veta bukan menjadi orang yang pendiam, membuat mereka berdua peduli kepada sesamanya.
Bertepatan dengan bulan bahasa yang diadakan bulan tersebut, cara yang pertama yang dilakukan mereka adalah menunjuk Vino dan Veta sebagai duta bulan Bahasa di kelas mereka, Dalam bulan bahasa tersebut, sebagai duta, Vino dan Veta diwajibkan untuk berpidato dan mendeklamasikan puisi. Namun, Vino dan Veta tidak menyanggupi itu walaupun dipaksa, saat latihan yang diadakan bersama oleh kelas, mereka berdua tidak hadir, berulang kali latihan diadakan, mereka tetap tidak hadir, sehingga daripada saat bulan bahasa, tingkatan i didiskualifikasi, terpaksa, duta bahasa di ganti, Vino diganti oleh siswa lain dan Veta diganti oleh siswi lain.
Cara yang kedua, di pekan seni antar kelas, Vino dan Veta kembali direkrut menjadi anggota vocal grup di masing-masing kelas. Kali ini, Vino dan Veta tidak dapat menghindar, karena latihan vocal grup diadakan langsung setiap pulang sekolah. Tapi tetap saja, walaupun sudah diadakan demikian, Vino dan Veta hadir, namun saat latihan, Vino maupun Veta tidak pernah membuka mulutnya dan mengeluarkan suara merdu mereka. Mereka berdua justru memegang buku mata pelajaran dan membacanya selagi teman-teman mereka berlatih. Kesimpulannya, cara kedua ini gagal dipakai guna membawa Vino dan Veta menjadi salah satu anggota mereka.
Cara ketiga dilakukan oleh siswa-siswi tingkat I tahun ini, dilakukan bertepatan dengan adanya pekan olahraga antar kelas yang diadakan setelah ujian semester ganjil. Pada event ini, Vino dan Veta dimasukkan ke dalam tim basket putra IA dan tim basket putri IB. Namun apalah daya, walaupun mereka berada di arena lapangan basket, mereka hanya sebagai patung saja, anggapannya mereka sama saja tidak bermain, sehingga dikeluarkan dan digantikan oleh siswa-siswi lainnya.
Berbagai cara dilakukan dan tiada membuahkan hasil, hingga dipakailah cara tekanan dan paksaan dengan harapan bahwa Vino dan Veta dapat bergabung dengan perkumpulan mereka. Cara yang pertama dilakukan adalah dengan mengasingkan tugas-tugas sekolah mereka berdua yang telah mereka berdua kerjakan. Cara ini mereka lakukan dengan tujuan menurunkan nilai Vino dan Veta, sehingga mereka merasa bosan dan mencari kegiatan lain selain dari mata pelajaran eksak yang ada. Namun, apalah daya, tugas mereka berdua tetap sampai ke tangan guru dan nilai mereka tidak turun seperti harapan teman-teman mereka berdua.
Cara berikutnya adalah menggagalkan keikutsertaan Vino dan Veta dalam Olimpiade Sains tingkat Nasional dengan cara mengubah formulir peserta yang mereka isikan dengan nama peserta lain yang merupakan siswa-siswi tingkat II yang merupakan anggota club eksak sekaligus anggota perkumpulan siswa-siswi tingkat II pada tahun itu. Cara mereka berhasil, mereka berhasil membuat Vino dan Veta tidak mengikuti olimpiade tersebut. yang Vino dan Veta tahu, hanyalah kesalahan dalam pengisian format formulir. Padahal mereka sudah merasa benar, namun akhirnya demikian, mau bagaimana lagi, ya sudah, Vino dan Veta akan mengikutinya di tahun depan saja.
Suatu kali, sepulang dari club eksak, Vino dan Veta berjalan bersama menuju asrama, memang asrama mereka berbeda. Asrama putra sebelah barat dari sekolah dan asrama putri sebelah timur dari sekolah. Namun, sore itu, mereka berjalan bersama menuju ke koperasi sekolah yang terletak di sebelah Ruang Perkumpulan Siswa-Siswi tingkat I. Para siswa-siswi sedang merapatkan tentang pekan seni pelajar yang akan dilaksanakan bulan depan.
Saat para siswa-siswi melihat mereka berjalan ke arah mereka, mereka mulai bersenang diri dan mulai berbangga bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini tidak sia-sia. Ketua perkumpulan memanggil mereka berdua, " Vino, Veta, akhirnya kalian terbuka juga, bahwa eksak itu bukan satu-satunya, bahwa masih ada seni dan olahraga yang dapat kalian lakukan guna mengisi waktu luang kalian dan mengembangkan kreatifitas kalian. Maafkan soal Olimpiade Sains yang tidak dapat kalian ikuti, kami hanya ingin kalian bergabung bersama kami dan mengikuti pekan seni pelajar bersama kami di bulan depan."
Mendengar kata "maafkan soal Olimpiade Sains", sontak Vino dan Veta saling bertatap muka dan mempunyai satu pikiran sama tentang bagaimana formulir pendaftaran mereka bisa salah format, padahal mereka yang mengisinya sudah yakin mengisi dengan benar. Vino menjawab, "Apa maksudmu tentang Olimpiade Sains itu? Bagaimana kamu bisa tau kalau kami batal mengikutinya? Padahal yang mengetahuinya hanya kami berdua dan pembimbing club eksak kami saja?" Ketua perkumpulan hanya bisa diam, seolah tidak mengerti harus menjawab apa.
Tiba-tiba dari belakang ketua, si sekertaris yang polos dan jujur menjawabnya: "Ketua yang mengganti itu dengan persetujuan kami semua, kami hanya ingin kalian bergabung dengan kami, apa itu salah? Sebenarnya akupun tidak setuju dengan pergantian itu, karena aku tidak mau menghalangi prestasi kalian. Tapi di sisi lain, aku ingin walaupun kalian berbakat dalam bidang eksak, aku juga ingin membantu kalian untuk mengembangkan kreativitas lewat seni dan olahraga. Aku juga ingin kita semua disini saling membantu, kami membantu kalian berdua untuk mengembangkan otak kanan kalian dan kalian membantu kami untuk mengembangkan otak kiri kami. Apa itu salah?"
Veta menjawab dengan menahan air mata,"Benar, tapi caranya bukan seperti ini. Mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional itu menjadi impianku dan kalian semua telah menghancurkannya." Veta berlari meninggalkan mereka semua dan menuju ke asramanya, tujuan Veta dan Vino yang semula untuk ke kopsis menjadi batal akibat kejadian itu. Vino mengejar Veta, begitu pula si sekertaris, langsung mengejar Veta juga. Tiba di depan asrama putri dan Veta telah masuk, Vino hanya bisa memanggil Veta dan tidak berani melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam asrama karena aturan bahwa asrama putri hanya untuk putri. Namun, si sekertaris polos tersebut bisa masuk dan mengejar Veta. Veta masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu, sehingga si sekertaris tidak bisa masuk dan hanya dapat meminta maaf atas apa yang telah perkumpulan perbuat kepada mereka selama ini, semua seolah-olah hanya ingin Vino dan Veta bergabung dan tidak menyendiri, bukan untuk membatasi bakat Vino dan Veta dalam bidang akademik.
Veta menelpon kedua orang tuanya atas apa yang terjadi dan meminta berpindah sekolah karena Veta menganggap bahwa sekolah ini beserta teman-temannya hanya mendukung bidang non-akademik saja. Kedua orang tuanya mengiyakan, karena mau bagaimana lagi, tindakan teman-temannya dianggap sudah keterlaluan. Vino dihadang oleh seluruh siswa kelas IB dan IA lainnya, dengan rasa menyesal mereka semua meminta maaf pada Vino dan berharap Vino tidak melakukan hal yang sama seperti yang Veta lakukan, karena sejujurnya mereka semua memerlukan pribadi unik seperti Vino dan Veta.
Vino berusaha untuk memaafkan mereka dan menerima sisi positifnya, Vino tidak ada niatan untuk berpindah sekolah seperti niatan dari Veta. Mereka mengerti niatan Veta, bahwa akhir minggu ini Veta resmi berpindah sekolah ke sekolah lain pada umumnya. Misi mereka selanjutnya adalah membuat Veta tidak jadi pindah sekolah. Mereka akan mengatakan semua sejujurnya kepada Veta dan berharap Veta dapat menerima sisi positifnya seperti yang Vino terima. Vino sebagai teman dekat Veta juga berusaha membicarakannya kepada Veta. Namun Vino tidak bisa bertemu dengan veta hingga akhir minggu tiba.
Akhir minggu tiba, seluruh siswa-siswi tingkat I berkumpul di depan asrama putri. Terlihat sebuah mobil berwarna merah telah berparkir di depan pintu gerbang asrama dan benarlah Veta membawa seluruh barang dibantu oleh kedua orang tuanya bersiap menuju mobil dan berteriaklah Vino dari arah berlawanan, "Veta jangan pindah!". Di barengi dengan teriakan lain dari kawan-kawan IA dan IB, "Maafkan kami Veta, kami tau kami salah." Kemudian si sekertaris berteriak dan berlari menuju ke arah Veta, " Veta, kami perlu kamu. Maafkan kami. Kami berjanji, tidak akan menghalangi dan membatasi bakatmu dalam bidang eksak."
Veta kaget melihat tingkah teman-temannya dan mau bagaimana lagi, orang tuanya sudah jauh-jauh menjemputnya dan administrasi di sekolah yang baru juga sudah hampir selesai urusannya. Veta tetap saja mengelak dan memasukkan seluruh barang-barangnya ke mobil, dalam pikiran Veta hanya mereka semua jahat karena sudah menghalangi keiikutsertaannya dalam Olimpiade Sains Nasional. Orang tua Veta bertanya kepada Veta, apa Veta tetap ingin pindah atau batal pindah, tapi Veta tidak bisa menjawab. Tiba-tiba terdengar suara teriakan kompak dan berulang kali dari seluruh teman-temannya,"Veta, don't move, Veta, please stay, We need you, Please join with us."
Di dalam mobil.. "Ma, Pa, kalau aku tetap disini bagaimana?" tanya Veta kepada kedua orang tuanya. Orang tua Veta memasrahkan semuanya pada Veta. Akhirnya Veta turun dan berteriak "I'm here guys, I still here." dengan mata berkaca-kaca beserta senyuman. Akhirnya seluruh siswi kelas IB mengerubung ke arah Veta dan berpelukan.
Veta dan Vino jadi anggota mereka, namun mereka berdua juga tetap menjadi anggota klub eksak. Seiring waktu berjalan, simbiosis mutualisme itu terjadi, bahwa Vino dan Veta berbagi ilmu dengan teman-teman lainnya dan teman-teman yang lain juga berbagi krativitas dengan mereka berdua. Yang pada awalnya mereka berdua hanya memfokuskan diri pada mata pelajaran eksak, kini mereka berdua lambat laun dapat berolahraga bersama teman-teman lainnya dan pada pekan seni pelajar, mereka dapat bergabung bersama-sama dengan yang lain untuk mengisi acara lewat alunan lagu ataupun tarian.
Pada tahun yang kedua, mereka semua naik menjadi siswa tingkatan II, mereka dapat bersama-sama hadir dan join dalan bulan bahasa, pekan olahraga antar kelas, dll. Dan yang lebih penting juga, di tingkat II ini, Veta dan Vino berhasil mengikuti Olimpiade Sains Nasional. veta berhasil meraih impiannya di tahun ini. Persahabatan bukan hal yang mengekang dan membatasi anggotanya satu sama lain, namun persahabatan adalah tempat dimana anggota-anggotanya saling berbagi satu sama lain. (by:AiLing)