Senin, 09 Februari 2015

APA YANG DILAKUKAN JIKA PUTUS PACARAN?


Berpacaran adalah persiapan untuk menuju pernikahan yang kudus, yang seturut dengan kehendak Tuhan. Sekalipun demikian, hubungan pacaran tetap ada kemungkinan putus, artinya tidak jadi menikah.
Penyebab putusnya hubungan pacaran:
1.      Dalam perjalanan menuju ke pernikahan, tidak ada kecocokan yang terjadi.
2.      Salah  satu merasa tidak cocok.
3.      Terjadinya pengkhianatan, salah satu membangun hubungan dengan pihak lain.
4.      Ditinggal pergi, tanpa kabar berita.
5.      Ada pihak luar yang mempengaruhi, misalnya keluarga tidak setuju.

Yang dapat dilakukan adalah:
1.      Ketika sudah tidak cocok, lebih baik dihentikan. Daripada putusnya pada saat pernikahan, apalagi sudah punya anak. Ketika menghadapi seperti ini, harusnya masing-masing tenang, membicarakan ketidakcocokan, menjaga emosi baik marah ataupun takut kehilangan dan mengambil waktu berpikir dan mencari kehendak Tuhan. Lebih baik juga jika didiskusikan dengan pembimbing rohani, bergumullah, dan ketika sudah mendapat keputusan, jika memang tidak cocok, ya sudah beranilah mengatakan putus. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dulu kita salah mendengar dan mengartikan kehendak Tuhan.
2.      Apabila salah satu merasa tidak cocok dan memutuskan hubungan. Hal yang perlu dilakukan adalah mengambil waktu untuk berpikir dan mendoakan, kedua-duanya bertanggungjawab untuk mencari kehendak Tuhan. Jika memang salah satu tidak cocok, ya sudah putus. Hubungan pacaran adalah tidak berdasarkan paksaan, hubungan berpacaran tidak ada keterikatan, tidak boleh saling memiliki dan adanya saling menyerahkan diri. Jika anda mau menyerahkan diri anda kepada pasangan, namun pasangan tidak mau menyerahkan diri, sama saja, tidak boleh, maka putus. Daripada berbahaya pada pernikahan nantinya.
3.      Pengkhianatan dan ditinggal pergi. Jika anda dikhianati atau ditinggal pergi, maka ingatlah bahwa dia bukan yang tepat bagi anda dan bersyukurlah itu masih terjadi dalam proses pacaran, bukan dalam proses pernikahan. Kehendak Tuhan tidak 100% menjamin  orang tersebut tidak berbuat dosa atau kesalahan. Orang yang sudah menikahpun, kadang juga bisa berbuat dosa, selingkuh atau meninggalkan keluarganya pergi. Sarannya, tenangkan diri dan mencobalah berdoa lagi untuk mencari yang baru.
4.      Jika ada pengaruh dari orang lain, maka putuslah dan bersyukurlah bahwa dia bukan orang yang tepat. Hubungan anda masih bisa diintervensi, dicampuri oleh orang lain. Ingat, bahwa nantinya dalam pernikahan, hubungan suami-istri adalah hubungan yang paling dekat, tidak boleh dan tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain, bahkan termasuk anak.

Hal-hal praktis yang harus dilakukan untuk mengatasinya:
1.      Bersyukurlah, sebab itu semua menyelamatkan anda dari pernikahan yang rusak nantinya. Seberapapun sakitnya hati kita, ingatlah bahwa Tuhan berdaulat atas hidup kita.
2.      Menguasai diri. Jangan sampai keadaan yang menguasai anda. Jangan membiarkan diri kita untuk terluka. Ingat, hidup anda adalah milik Tuhan. Jangan biarkan juga anda membenci dia. Jika anda membenci orag lain, maka anda hanya akan merusak karakter anda, bahkan ketika anda sudah bertemu dengan orang lain yang mau menikah dan mencintai anda dengan sungguh-sungguh. Jangan merasa gagal membangun hubungan, jangan menghukum diri.
3.      Temuilah seorang teman yang dewasa atau pembimbing rohani untuk bercerita dan mengatasi perasaan-perasaan yang tidak enak.
4.      Mulailah berdoa untuk mencari pasangan baru. Tutup masa lalu, jangan mengingat-ingat kenangan indah di masa lalu. Masa depan adalah kebahagiaan.
Maka bersyukurlah jika anda putus, karena Tuhan menyelamatkan anda dari pernikahan yang rusak, dari calon pasangan hidup yang tidak baik. Tetaplah bersyukur dan jangan berlarut-larut dalam luka.


(beside on Radio Immanuel)

APA YANG DILAKUKAN PADA MASA BERPACARAN?


Keinginan Allah dalam hubungan pria-wanita adalah pernikahan. Pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting, memiliki satu tanggungjawab yang besar, yakni mengerjakan pekerjaan yang Allah siapkan sebagai makhluk ciptaan. (Kej 26-27). Berpacaran adalah masa mempersiapkan pernikahan. Pernikahan yang dimaksud adalah hubungan pria-wanita dalam keluarga yang berlangsung seumur hidup.  Berpacaran bukan hanya relasi untuk bersenang-senang saja. Dengan demikian, hal-hal yang dilakukan dalam berpacaran antara lain:
1.      Membangun pengenalan dan relasi yang lebih dalam agar semakin diyakinkan bahwa orang tersebut adalah tepat.
Hal yang perlu dikenali adalah hubungannya dengan Allah, dapat dilihat dari persekutuan dan relasi pribadinya dengan Allah (saat teduh, waktu doa, waktu PA, apakah dia mendengar suara Tuhan untuk setiap keputusan yang diambilnya, dll). Kemudian, sifat-sifatnya, wataknya, melihat bagaimana reaksinya dalam waktu menghadapi kesulitan dan tantangan, bagaimana penundukan dirinya terhadap otoritas, apakah dia baik dalam menata waktunya, apakah ia semakin bertumbuh ke arah Kristus, dll. Kemudian juga tata nilainya, keyakinan dasar yang dia miliki, misal pandangannya terhadap uang, harta, kesenangan, masa depan, apakah tata nilai tersebut dibangun berdasarkan FT, dll. Kemudian juga, kenali latar belakangnya, bagaimana keluarganya, bukan hanya tentang suku atau ras, tapi bagaimana tata nilai keluarganya. Kemudian pelayanannya, karena pernikahan adalah untuk melakukan pekerjaan Tuhan.
Cara membangun pengenalan adalah memiliki waktu berkomunikasi yang berkualitas, kesempatan melakukan kegiatan bersama, kegiatan sosial, saling menolong dalam studi. Untuk keluarga, hanya cukup untuk mengenal saja, bukan terlibat terlalu dalam di keluarganya.
2.      Meneguhkan keyakinan
Seiring dengan adanya pengenalan, diharapkan adanya keteguhan keyakinan yang lebih lagi.
3.      Persiapan untuk menikah
Biasanya dalam masa tunangan. Mengikuti bimbingan pernikahan secara sungguh-sungguh. Kemudian, memikirkan apa yang dilakukan setelah menikah, tugas apa yang kita emban setelah menikah, menyusun tata nilai, seperti anggaran keuangan, pola pendidikan anak, hubungan dengan keluarga besar, dll.
4.      Penyatuan apa yang dimiliki
Seperti untuk membeli rumah, mempersiapkan hari pernikahan, dan mengenal lebih dalam keluarga masing-masing.

Hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran:
1.      Hubungan fisik
2.      Posesif dan mengatur
3.      Eksklusif, mencabut hak pribadi
Menyatukan milik pribadi

(beside on Radio Immanuel)

ADAKAH CINTA SEJATI ITU?


Cinta sejati sangat penting dalam membangun pernikahan. Cintalah yang membangun pernikahan. Cinta sejati mengacu pada kehendak Tuhan, mengikatkan diri 2 orang untuk melakukan kehendak Tuhan. Ada 6 uji cinta:
1.       Ujian keinginan untuk merasakan sesuatu bersama, suka cita bersama, memikirkan kebahagiaan orang lain, saling berbagi. Cinta dalam pernikahan menginginkan pasangannya berbahagia.
2.       Kekuatan. Cinta membuat kita menjadi kuat, kreatif, dan kebahagiaan hidup dan berkarya dalam hidup. Bukan untuk konflik, dan hal-hal lain yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
3.       Penghargaan. Jika kita mencintai seseorang, kita akan menghargai dia secara utuh. Cinta sejati bangga kepada pasangannya secara utuh.
4.       Kebiasaan. Jika kita mencintai dengan sungguh-sungguh, kita menerima dan tahan terhadap seluruh kebiasaannya dengan tulus.
5.       Pertengkaran. Bagaimana solusi/penyelesaian dari pertengkaran tersebut, dengan baik dan bijakkah? Cinta sejati menghadapi pertengkaran itu dan menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik dan bijak.
6.       Waktu. Perlu waktu yang cukup untuk melihat apa cinta itu adalah cinta yang sejati.
Cinta yang sedemikian, juga perlu diuji dengan kehendak Tuhan selain ujian dari keenam hal itu.
Seseorang yang baru saja tertarik, tidak dapat dikatakan bahwa itu cinta sejati karena perlu diuji dengan waktu. Uji awal, jika dia ditolak dan dia terluka, maka itu bukan cinta sejati karena cinta sejati juga untuk menyenangkan diri orang lain, bukan hanya diri kita sendiri.

(beside on Radio Immanuel)


LANGKAH MENDAPAT PASANGAN HIDUP


Dalam Kej 2:18-25, Allah melihat bahwa manusia perlu pasangan hidup supaya manusia punya teman yang sepadan untuk mengelola mandat Allah, yakni mengelola alam semesta. Tuhan tidak hanya melihat, tapi Tuhan juga menyediakan dan membawa Hawa kepada Adam dan Adam menerimanya sebagai karunia dari Tuhan. Adam dan Hawa bersatu dan menjadi satu daging.
Dalam Kej 24, kisah Abrahan mencarikan istri bagi anaknya, Ishak. Abraham membuat suatu kriteria untuk pasangan bagi Ishak. Dalam proses pencarian, hamba Abraham melakukan dengan hati-hati, ditunjukkan bahwa ia berdoa. Akhirnya, Tuhan menyediakannya.
Intinya, pasangan hidup itu berasal dari Allah, Allahlah yang memberi. Langkah awal mencari pasangan hidup adalah BERDOA. Kita berdoa meminta kepada Allah, supaya kita diberi pasangan hidup yang tepat. Jadi, yang mengikatkan kita kepada pasangan hidup adalah karena Allah adalah yang memberikannya. Bukan berdasarkan rasa tertarik atau perasaan saja.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan/lakukan dalam mencari pasangan hidup:
1.      Bagian kita adalah menentukan waktu yang tepat untuk memulai hubungan serius dalam pasangan hidup. Waktu yang tepat dilihat dari kematangan hidup seseorang, dimana ia sudah bisa mengerti dan melakukan kehendak Tuhan, yang bisa mengendalikan emosinya, yang bisa bertanggungjawab atas setiap keputusannya, dan ada pertumbuhan, bisa menanggung ketidakenakan, terus menjadi dewasa dan makin menyelesaikan luka-luka dalam hidupnya. Selain itu, diperhatikan juga waktu kapan akan menikah. Pernikahan ideal pada usia 26-28 tahun. Saran, pada usia 22-23 tahun, sudah dapat dimulai hubungan tersebut, yang serius. Dengan catatan, sudah matang dalam kerohaniannya.

2.      Menetapkan kriteria yakni dengan berdoa secara tulus, pasangan hidup seperti apakah yang Tuhan inginkan bagi kita. Terus berdoa dan sambil berpikir, dan menuliskannya berdasarkan keadaan kita juga. Menentukan pula kehidupan dasar yang utama, yakni apakah dia punya persekutuan yang benar dengan Tuhan, apakah dia sudah melakukan kehendak Tuhan, bagaimana kematangan wataknya, apakah dia bertumbuh atau tidak, dan apakah dia punya kesediaan untuk melakukan kehendak Tuhan. Hal selain itu, bagaimana kehidupan sosialnya dan kesehatannya.


3.      Pintu masuk untuk memulai hubungan dengan orang lain, misalnya lewat rasa tertarik (bukan dari fisik, latar belakang keluarga, profesi, tapi tertarik pada kehidupannya), kecocokan kriteria, nasihat pembimbing.

4.      Lewat pintu masuk, mendoakan agar kita lebih mengenalnya, dengan cara bergaul dengan dia lewat persekutuan atau sebagainya.


5.      Jika sudah mantap, jika pria, datanglah kepada si wanita untuk mengajak berdoa. Dan jika wanita, berdoalah pada Tuhan supaya si pria datang dan mengajak berdoa untuk mencari kepastian apa bisa menjadi pasangan hidup.

6.      Setelah ketemu, maka ambillah waktu berdoa sendiri-sendiri untuk merenungkan dia dan meminta Tuhan memberi hikmat agar mengerti apakah dia yang dikehendaki Tuhan.

(radio Immanuel)



7.      Memastikan hubungan, apa hasil dari pergumulan. Jika iya, ambilllah komitmen untuk menikah. Jika tidak, maka perlu ada pengenalan dan pergaulan lagi. Dan jika tidak seterusnya, maka berhentilah, berarti dia bukanlah pasangan hidup yang Tuhan sediakan.