Minggu, 29 September 2013

DIALOG BAHASA JERMAN - EINE TOUR



Airin                                  :   Guten Morgen
Melly                                :   Guten Morgen
Airin                                  :   Wir haben eine Tour nach Bandung und Yogyakarta gemacht.
Melly                                :   Ja, von 23. Juni bis 27. Juni 2013 fahren wir nach Bandung und Yogyakarta.
Airin                                  :   Die Abfarht ist am Sontag. Um Veile Uhr?
Melly                                :   Um 24.00 Uhr, wir fahren mit dem bus.
Airin                              :   Ja, mit 6. Busse. Wir fahren mit Freundin und Freudinen, Lehrer und Lehrerin, und die Suppire.
Melly                                :   Sind die Busse Schon und Bequem?
Airin                                  :   Ja, die Busse sind Schon und Bequem. Was bringst du nach Bandung und Yogyakarta?
Melly                                :   Ich bringe den Koffer, die Kopftuch, das Uniform, das Buch, und die Gelt. Und du?
Airin                                  :   Ich bringe den Koffer, die Tasche, das Uniform, das Buch, und die Gelt.
Melly                                :   Wie viele Gelt bringst du?
Airin                                  :   Ich habe Rp 800.000,00 gebracht. Und du? Wie viele Gelt bringst du?
Melly                                :   Ich habe Rp 600.000,00 gebracht. Was besuchen wir in Ersten in Bandung?
Airin                                  :   Wir besuchen Tangkuban Perahu am morgen. Dann, nach Cibaduyut besuchen wir.
Melly                                :   Am Dienstag, besuchen wir nach ITB.
Airin                                  :   Am Mitwoch, fahren wir nach Yogyakarta. Was besuchen wir in Yogyakarta?
Melly                                :   Wir besuchen Borobudur, AAU, Malioboro, UGM, und Prambanan.
Airin                                  :   Wo ubernachtest du in Yogyakarta?
Melly                                :   Ich ubernachtest in einem Quartier.
Airin                                  :   Ist das zu Bequem?
Melly                                :   Ja, das ist zu Bequem. Die Reise ist sehr wunderbar Erlebnis.
Airin                                  :   Ja, naturlich. Wann kommen wir in Banyuwangi?
Melly                                :   Am Freitag kommen wir in Banyuwangi.

MENURUT WISATAWAN BROMO



                Dalam perjalanan wisata ke Bromo, tim ekstrakulikuler jurnalistik juga melakukan wawancara kepada wisatawan. Tujuan untuk melakukan wawancara domestik, tim ekstrakulikuler jurnalistik bertemu dengan wisatawan dari Jakarta, namanya Pak Jaja. Pak Jaja ini merupakan seorang wiraswasta di ibukota negara, dan di pekan itu, sedang berwisata ke Bromo. Ini adalah pertama kalinya beliau ke Bromo.
                Menurut Pak Jaja, Bromo merupakan salah satu tempat wisata yang sangat terkenal dengan pemandangan sun rise yang sangat menakjubkan keindahannya. Walaupun beliau baru tiba dini hari itu di Bromo, walaupun beliau telah menempuh perjalanan jauh dari Jakarta, beliau tidak kecewa, karena rasa letihnya telah dihapuskan dengan keindahan sun rise di Bromo. Tentang fasilitas dan akomodasi, wisatawan yang satu ini cukup mengacungi jempol, karena guest house telah tersedia dimana-mana dengan harga yang cukup terjangkau. Selain itu, akses menuju puncak juga telah tersedia kuda, ojek, maupun mobil jip sewaan yang cukup memfasilitasi wisatawan.
Menurut beliau, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengelola pariwisata di Bromo, yaitu masalah sampah yang cukup mengganggu pemandangan di atas, di tempat melihat sun rise. Di samping itu, para wisatawan lain pun seharusnya sadar dan peduli akan kebersihan lingkungan, sehingga tidak ada lagi sampah yang tidak pada tempatnya. Hal yang kedua adalah keterbatasan tempat melihat sun rise, dimana para wisatawan sangat berdesakan saat melihat sun rise. Perlu diketahui, walaupun hari itu bukan hari libur panjang, namun jumlah pengunjung yang hadir sangat padat.
Selain mewawancarai wisatawan domestik, tim jurnalistik SMA Negeri 1 Giri juga bermaksud untuk mewawancarai wisatawan mancanegara. Tim jurnalistik telah berulang kali mencoba mewawancari wisatawan mancanegara, namun tidak berhasil, karena keterbatasan bahasa. Mayoritas wisatawan mancanegara berasal dari Perancis dengan bahasa Perancis, tanpa bisa speak in English. Sehingga tim jurnalistik tidak bisa mewawancarai para wisatawan mancanegara. (by: AiLing n Au)

SAMPAH MASYARAKAT




                Sepertinya habis sudah kesabaranku untuk meladeni seorang pengecut seperti dia. Fisiknya lelaki, namun kelakuannya seperti banci. Lagaknya berani, ternyata tidak bernyali. Dari mulutnya keluar segala sesuatu tentang kejelekan orang lain, padahal dalam dirinya tersimpan kebusukan tersendiri yang tentu telah diketahui oleh orang lain. Memang demikian sampah masyarakat, membuat sampah omong kosong tentang orang lain, padahal dirinya sendiri adalah sumber sampah.
                Di depan orang yang ia jelekkan, ia berlagak tidak tau apa-apa, termasuk di depanku. Di belakang, mulutnya membeberkan segala fitnahan, segala hal yang memojokkan orang lain, termasuk aku. Di hadapan si korban, dia selalu bersikap biasa. Di belakang si korban, semua umpatan keluar dan pengungkitan masa lalu pun terjadi. Masalah yang terselesaikan, diungkitnya kembali. Masalah di dalam kamus organisasi, dibeberkannya ke seluruh bumi. Memang demikian ciri sampah masyarakat, munafik dan mencari-cari kesalahan orang lain.
                Ketika ditegur oleh sang surya, sampah masyarakat membalikkan omongannya, semua dianggapnya baik-baik saja, namun semua dilakukan untuk menutupi kebusukan dirinya. Berkata bahwa si korban demikian dan begitu, mencari kesalahan korban tetap ia lakukan. Tidak gentle, tidak berani mengakui kesalahan yang ia perbuat, coba ketika orang lain bersalah, malahan ia pojokkan setengah mati hingga si korban sakit hati. Ya, memang demikian sampah masyarakat, selalu menutupi kebusukannya, tidak mau membuka ruang untuk mengusir kebusukan itu, sehingga akibatnya adalah ia sendiri yang tambah busuk.
                Sampah masyarakat selalu ada dalam kehidupan kita, entah apapun yang ia lakukan pasti itu merugikan kita semua. Diulas dan dipikir kembali, menurutku, sampah masyarakat sama sekali tidak memiliki nilai positif. Semua dalam dirinya adalah kebusukan dan hal negatif, namanya juga sampah masyarakat. Semua yang ia lakukan semata-mata hanyalah untuk merugikan si korban dan membuat si korban selalu sakit hati dengannya dan satu hal lagi, sampah ya tetap sampah, tetap kotor dan tetap busuk. Tak peduli seberapapun ia menyalahi orang lain, kata maaf tidak akan keluar dari mulutnya, dan sekali lagi itu hanya menambah kebusukannya saja.
                Lantas, apa sih yang harus kita lakukan untuk menyadarkan si sampah masyarakat? Dengan teguran? Tidak mempan, terbukti ketika sang surya menegurnya, ia tetap saja membela dirinya dan berlagak dialah yang paling benar. Menegurnya, hanya membuat kita menambah sakit hati kita kepadanya. Lalu bagaimana cara kita menyadarkannya? Menurutku, tidak ada yang dapat kita lakukan untuk menyadarkannya, mungkin dengan doa saja, karena kita kan tidak bisa mengubah karakter orang lain, termasuk mengubah aroma busuk sampah menjadi aroma yang wangi dan enak dicium. Namanya juga sampah, tetap saja busuk.
                Lalu, bagaimana cara kita untuk menyikapi si sampah masyarakat? Ya, yang pertama adalah bersikap baik padanya, perintah Tuhan sih  berbunyi kasihanilah musuhmu. Namun kalau kita masih sulit melakukannya, ya coba dulu untuk bersikap biasa padanya, intinya jangan menjelekkan dia, kalau menjelekkan dia, kita sama aja dengan sampah masyarakat. Tho, orang lainpun juga udah tau kejelakannya, hihi. Kalau masih sulit juga, ya jaga jarak aja dengannya seperti saat kita di jalan dan berhadapan dengan sampah, kan kita akan menjaga jarak sehingga bau busuk sampah itu tidak tercium oleh hidung kita. Demikian dengan sampah masyrakat, jaga jaraklah dengan dia, sehingga hati kita tidak peka dengannya, hati kita tidak lagi sakit oleh kebusukan si sampah.
                Sulit ya? Iya, memang sulit, tapi itu yang saat ini coba kulakukan. Coba untuk menjaga jarak dan mungkin tidak berkomunikasi dengan si sampah masyarakat. Kini aku menutup telingaku, terserah apa yang mau ia katakan tentang aku, tentang kejelekan atau mencari-cari kesalahanku tentang masalah yang lalu. Mungkin sekarang bukan hanya aku yang tau kebusukkan si sampah masyarakat, karena bau busuknya mulai tercium oleh semua manusia, semua teman-temanku. Aku tidak harap permohonan maaf dari si sampah, karena itu tak berguna, yang aku harapkan hanyalah Tuhan menguatkan aku ketika si sampah memojokkanku.
                Begitulah sampah masyarakat yang busuk, yang merugikan orang lain. Pesanku buat si sampah masyarakat, “Semakin kamu menjelekkan dan memojokkan orang lain, semakin kamu bertindak munafik dan membenarkan kesalahanmu, semakin busuk aromamu, semakin banyak orang lain yang tahu dan menjauhi dirimu!”. (by: AiLing)-(to: sampah masyarakat)

Selasa, 03 September 2013

PERAYAAN HARI ULANG TAHUN KE-68 REPUBLIK INDONESIA DI PERBATASAN NEGARA



                Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh rakyat Indonesia memperingati kemerdekaan Republik Indonesia. Di tahun 2013 ini, Indonesia telah 68 tahun sudah merdeka dari penjajahan. Perayaan dirgahayu Republik Indonesia ini biasa diperingati dengan upacara peringatan detik-detik proklamasi yang dilakukan di lapangan di dalam kota dan karnaval serta gerak jalan. Namun berbeda dengan upacara dan perayaan kemerdekaan yang ada di daerah terpencil, khususnya daerah perbatasan negara. Bagaimana perayaan HUT Republik Indonesia di perbatasan negara? Mari kita ulas satu per satu.
                Wutung, Papua, merupakan perbatasan antara Indonesia dan Papua Nugini. Di Wutung ini, perayaan dirgahayu ke-68 Republik Indonesia dilaksanakan dengan upacara seperti biasanya dan dilanjutkan dengan pemasangan 5000 bendera merah putih di sepanjang perbatasan. Pemasangan bendera merah putih di sepanjang perbatasan ini memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa kebangsaan dan rasa cinta masyarakat Indonesia di perbatasan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
                Belu, Kupang, merupakan perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Di Kabupaten Belu ini, perayaan hari ulang tahun ke-68 Republik Indonesia dilakukan dengan upacara bendera menjelang detik-detik proklamasi yang dilaksanakan pukul 10.00 waktu setempat dan dihadiri seluruh pejabat kabupaten dan 99% masyarakat di daerah perbatasan tersebut. Selain itu, perayaan dirgahayu RI juga diwarnai dengan lomba gerak jalan se-Kabupaten dengan rute 10 km, 25 km, dan 45 km.
                Pulau Sebatik, Kabupaten Nunuka, Kalimantan Utara, merupakan garis perbatasan antara Indonesia dan Sabak, Malaysia. Di pulau ini, warga dengan antusias menyambut dirgahayu ke-68 RI. Malam hari, pada tanggal 16 Agustus 2013, diadakan marching band dan doa serta renungan suci menyambut dirgahayu Indonesia. Tepat pukul 00.00 waktu setempat, yang menandakan pergantian hari dan tanggal menjadi 17 Agustus 2013, kembang api mewarnai langit pada malam itu, menandakan perayaan kemerdekaan. Guna meningkatkan nasionalisme warga Pulau Sebatik akan kebaharian Indonesia, pemerintah setempat juga mengadakan lomba perahu ketinting yang dinamakan Sebatik Boat Race 2013.
                68 tahun sudah negara ini merdeka, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengisi kemerdekaan dan untuk meningkatkan rasa nasionalisme. Di manapun kita berpijak, apapun yang kita lakukan, 1 yang tetap kita pegang, bahwa Indonesia adalah tanah air kita, yang harus kita jaga sepanjang hayat kita. (by: LevinAiLing)