Sabtu, 27 Oktober 2012

RENUNGAN KRISTEN : SIMPLE/SEDERHANA

Simple, dalam bahasa Indonesia berarti sederhana. Sederhana, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna “cukup, pertengahan, tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, tidak menuntut karena menerima semua apa adanya.” Sederhana selalu berkaitan dengan sesuatu yang baik, tidak muluk-muluk, rendah hati, dsb. Dalam Kisah Para Rasul 2 : 41 - 47, tentang kesederhanaan cara hidup jemaat pertama, yang dapat kita teladani. Cara hidup jemaat yang pertama antara lain: • Bertekun dalam pengajaran dan persekutuan (ay.42) • Selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (ay.42) • Mengadakan mujizat dan tanda atas karunia dan kuasa Allah (ay.43) • Mereka bersatu, milik mereka adalah milik bersama, mereka berbagi kepunyaan mereka dengan sesama sesuai kebutuhan masing-masing (Ay.44-45) Kesederhanaan jemaat yang pertama dapat terlihat dari bacaan tersebut, khususnya pada ayat 44-45, mereka berbagi satu sama lain sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Berarti, mereka tidak berlebihan dan tidak kekurangan, mereka berkecukupan. Dalam Doa Bapa Kami pun, kita diajarkan untuk sederhana, untuk hidup secukupnya, dalam Matius 6:11 dicatat: Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. Orang yang sederhana memiliki banyak manfaat, antara lain: • Bahagia, karena mensyukuri semua yang diberikan oleh Tuhan dan dekat dengan Tuhan, dan merasakan penyertaan Tuhan yang luar biasa itu. • Tenang dan damai, karena tidak pernah iri atas apa yang terjadi pada orang lain dan tidak pernah menuntut segala sesuatu. Yang ada hanya mensyukuri apa yang terjadi dan mengerti akan apa yang terjadi. Dan tentunya semua karena Tuhan, bukan karena diri sendiri, sehingga tak perlu untuk memegahkan diri. Jadi, apa buruknya jadi orang yang sederhana? Apa jeleknya? Sederhana adalah sesuatu yang baik. Then, cobalah untuk menjadi orang sederhana. Memang susah di awalnya, tapi cobalah belajar dan minta penyertaan Tuhan, pasti bisa pada nantinya. Semoga jadi berkat, thanks. Tuhan Memberkati. GBU.  (by: AiLing)

Kamis, 18 Oktober 2012

DON'T SAY IT

Lelaplah kita bersama di dalam waktu, mungkin saja perlahan hati kita menyatu. Tapi bukan seperti itu yang ku mau, hanya saja ingin kita bersama selalu. Bukan bersama dengan ikatan cinta, hanya bersama dalam bahagia, dari kasih dan persahabatan semata saja, bukan cinta. Memang jalani waktu tanpamu itu tak mudah, kesepian maupun duka akan menghampiri. Tapi jalani hari denganmu begitu indah, hanya ada bahagia, hilang sudah rasa sepi. Namun jangan pernah, meminta lebih, karena ini aku, aku yang memang aku. Jangan paksakan kehendakmu, ikutilah hari dan waktu. Biarkan semua mengalir tanpa hambatan, tanpa paksaan, tanpa hal-hal yang buat kita jauh. Jangan pernah katakan cinta, bila hanya perkataanmu semata. Jangan katakan kata, biar hati yang bicara, sebagai sahabat, sebagai teman, sebagai saudara dalam dunia. Kita tak akan pernah bisa satu dalam cinta, karena pada faktanya, kita sangatlah berbeda, ingatlah Firman Allah berkata bahwa cintailah orang yang sepadan. Ingat.. ingat.. jadi, jangan pernah katakan cinta. Ini semua hanya karena waktu, karena waktu yang buat kita takkan menjauh saat ini. Namun bila nantinya, sungai itu akan bercabang. Kau akan mengalir, ke kiri. Dan aku akan ikuti arus tersebut ke kanan. Dan pada akhirnya, kita akan berpisah, cinta takkan pernah satu. Nantinya kita akan bersama di lautan luas, di mana sungai bermuara, kita akan kembali satu sebagai kawan yang selalu bersama dengan kasih saja, tanpa cinta.

CELATHU

What is celathu? Maybe for Banyuwangi people, itu sudah banyak didengar dan dimengerti. Namun, bagi sebagian orang, khususnya orang luar Banyuwangi, itupun jarang sekali didengar, bahkan mungkin tidak dimengerti. Arti pendek dari "celathu" adalah omelan atau ocehan. Celathu sendiri merupakan bahasa using, yakni bahasa tradisional dari daerah Banyuwangi, khususnya daerah Kemiren hingga Licin. Celathu sering digunakan untuk memarahi orang, mengungkapkan kekesalan, atau apapun yang sejenisnya. Mungkin bagi mayoritas orang, celathu merupakan suatu kejelekan, karena di identikkan dengan marah-marah. Namun, dengan celathu ini juga lah, yang akan menumbuhkan dan melestarikan bahasa using khususnya, dari penggunaan kata dalam bahasa using, dan sampai logat using. Dalam era globalisasi ini, seringkali generasi muda hanya menggunakan bahasa-bahasa gaul, dan meninggalkan bahasa tradisional dari daerahnya sendiri, contohnya saja, kebanyakan siswa-siswi banyuwangi, lebih banyak menyebut lo-gue, daripada menyebut "isun-riko", dll. Dari contoh sederhana seperti itu, membuktikan, bahwa budaya lokal seringkali ditinggalkan. Waw, gak kebayang rasanya, kalau bahasa Using diklaim oleh negara lain, misal diklaim oleh negara Amerika Serikat. Yang di Indonesia, bilangnya pakai "I and You, shit, etc". Yang di Amerika pakai "isun, siro, riko, neng kene, nagud", hahahaha :D Back to celathu and using, rasanya patut deh, masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah Banyuwangi, benar-benar bisa dan lancar dalam berbahasa Using, sebagai ajang pelestarian budaya. Sedikit menyinggung tentang Bahasa Using, bahasa Using sendiri merupakan bahasa turunan/ sub-language dari bahasa Jawa. Waaa, masih ada hubungannya lohh... Ya, maybe that's my opinion about Celathu in Using. Then,, semoga bermanfaat dan juga tetap cinta budaya Indonesia yaaa :D (GBU)

LOVE OUR CULTURES

Globalisasi semakin merajalela di dunia, dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan komunikasi, tidak ada memiliki dampak positif, melainkan memiliki dampak negatif pula. Akhir-akhir ini, jarang sekali ditemukan generasi muda yang benar-benar cinta, melestarikan, bahkan mau mengakui kebudayaan daerahnya sendiri. Yang ada, hanya budaya barat, Korea, Jepang, dll, yang malah justru menarik perhatian generasi muda Indonesia. Yang patut disayangkan adalah ketika budaya tradisional Indonesia diklaim atau dipatenkan oleh negara lain, malah justru seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi mudanya yang berapi-api marah terhadap negara lain yang meng-klaim tersebut.Padahal, justru negara lain berbaik hati untuk merawat budaya yang diambil tersebut, karena di negara asalnya, budaya tersebut tidak dirawat, tidak diakui, bahkan tidak disentuh sekalipun oleh generasi muda. Hal inilah yang mungkin tidak terpikirkan oleh sebagian besar orang. Namun, yang pasti, apabila tidak ingin, budaya Indonesia direbut lagi oleh negara lain, patutlah kita semua menjaga budaya-budaya tersebut, khususnya bagi kita, generasi muda Indonesia. Kalau generasi mudanya saja tidak mau tahu tentang budaya tradisional, mungkin 50 tahun lagi pun, budaya Indonesia akan habis karena dipatenkan oleh negara lain. So, that's why, we must more really care to our traditional cultur. So, from the start, from now, begin to love our cultur, maybe from the songs, the dance, the traditional grammar, and etc. Semoga, tidak ada lagi budaya Indonesia yang dipatenkan oleh negara lain. Cukup sudah yang lalu, namun yang saat ini sampai seterusnya, try to love our cultur, supaya lestari dan jadi satu hal yang membuat negara ini sedikit, walau perlahan, untuk maju.

Sabtu, 13 Oktober 2012

CHORAL SPEAKING CIA

Setiap tahun, dalam rangka menyambut Dies Natalis SMA Negeri 1 Giri dan GPGNSS, OSIS SMAN 1 Giri mengadakan berbagai perlombaan antar kelas. Salah satunya adalah choral speaking. Choral speaking merupakan perlombaan per tim, dimana satu tim terdiri dari satu kelas, yang membawakan serangkaian cerita seperti obade, dalam bahasa inggris, di sertai dengan mimik, ekspresi, gerakan tubuh, dan improvisasi yang meningkatkan kreatifitas masing-masing tim. Pada perlombaan tahun ini, CIA (nama kelas 11 IPA 4), membaawakan choral speaking dengan tema "The Game". Tema ini dipilih karena di anggap memiliki pesan moral, yakni bahwa kekalahan dalam suatu permainan,bukanlah segalanya, karena masih banyak kesempatan lainnya. Seperti dipaparkan dalam penampilannya: "SO, LOSE IS NOT THE END OF THE WORLD. THERE ARE STILL SO MANY ANOTHER CHANCES". Disamping itu, tema ini juga menunjukkan ciri khas dari choral speaking, yaitu cheers, atau ceria. Perlombaan / Classmeeting choral ini dinilai oleh 3 orang juri, yakni Bu Laila Kartikasari, Bu Rita Dolarina, dan Bapak Ashadi. Kelas XI IPA 4, menggunakan kostum dengan bawahan celana training hitam, dan atasan warna-warni seperti warna pelangi, yakni merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Kostum ini dipilih sesuai tema choralnya, yakni game. dan warna-warni dari kostum tersebut, semakin menampakkan bahwa keceriaan dari mereka sendiri yang menjadi salah satu ciri khas choral speaking.